9. [This Love] 🌻

536 48 19
                                    

Bang Tama memapah Nathan kedalam cafe 02. Tadinya Bang Tama akan membawa ke rumah sakit. Tapi Nathan menolak, cowok itu enggan dibawa kerumah sakit. Padahal badanya babak belur bahlan lengannya mengeluarkan darah.

"Dek, ambilin P3K dideket dapur," perintah Bang Tama. Aku mengangguk berlari kearah dapur mengambil P3K setelah itu memberikannya pada Bang Tama.

"Makasih Dek." Bang Tama mulai membersihkan luka Nathan, dengan telaten Bang Tama memberikan obat merah pada luka Nathan agar tidak infeksi. Juga memberikan perban pada lengan Kaesar yang mengeluarkan darah.

"Bawa kerumah sakit aja ya? Ini luka lo..."

"Nggak usah, makasih." Belum selesai Bang Tama menyelesaikan ucapannya tapi Nathan menyela. Bang Tama nampak berdecak kesal, bagaimana tidak. Nathan keras kepala sekali padahal lukanya kumayan parah. Takut jika luka itu bisa infeksi.

"Ini bisa infeksi," kata Bang Tama. Nathan menatap Bang Tama kemudian melirik kearahku. Tatapan cowok itu masih dingin seperti biasa.

"Biarin aja, gue nggak peduli," ucap Nathan nyolot. Bang Tama sudah nampak kesal. Kemudian menaruh P3K dengan keras berlalu dari hadapan Nathan duduk menjauh dari Nathan.

"Lo dikasih tau nyolot ya," desis Bang Tama.

Aku yang sedari tadi duduk memperhatikan Bang Tama yang sedang mengobati luka Nathan berajak mengambil P3K yang dipakai untuk mengobati Nathan berniat untuk menaruhnya kembali. Tapi Nathan malah mencekal tanganku yang tertutup kain lengan gamis, membuatku berhenti dan dengan cepat menghempaskan tangannya.

"Lo pacaran sama Kaesar?" Tanya Nathan. Aku mengeyit. Buat apa Nathan menanyakan hal itu padaku.

"Nggak, kenapa?" Jawab dan tanyaku balik. Nathan menatap dengan tatapan yang sulit diartikan kemudian membuang muka.

"Terserah lo mau tau apa nggak, sesuatu yang gue suka harus gue dapatin," ucapnya setelah itu beranjak. Nathan nampak tertatih bahkan sempoyongan tapi aku hanya diam. Masih mencerna apa yang cowok itu ucapkan.

Bang Tama memang kesal tapi tak bisa membiarkan orang yang kesusahan begitu saja. Bang Tama mengejar Nathan dengan aku yang masih diam didalam kace 02 dengan bingung.

***

"Nathan ngomong apa sama kamu dek?" Tanya yang Tama karena sedari tadi aku hanya diam, biasanya ngoceh mungkin Bang Tama bingung karena tiba-tiba aku diam.

"Nggak ada bang," jawabku. Bang Tama hanya mengangguk. Tidak menanyakan lebih lanjut.

"Abang jadi ngeri kalo kamu deket-deket sama Nathan," ucap Bang Nathan sambil melirikku sejenak kemudian lanjut menatap kearah jalan.

Aku hanya diam tidak menanggapi. Akupun tidak berniat dekat dengan Nathan tapi entah kenapa melihatnya seperti itu aku sedikit merasa kasihan, seperti ada yang ditutupi dari Nathan.

"Kamu jangan dekat-dekat sama dia ya dek. Abang bakal suruh anak-anak ngawasin kamu." Bang Tama memang selalu takut jika aku kenapa-kenapa. Tipe kakak yang sangat takut jika ada hal yang dapat mencelakai adiknya. Aku tau itu, dan aku senang saat Bang Tama mengkhawatirkanku, walaupun kadang berlebihan karna aku sudah bukan anak kecil lagi.

"Iya bang," hanya iya yang bisa menjadi jawaban, tapi aku nggak tau kedepannya bakal kayak gimana. Untuk sekarang membuat Bang Tama tidak panik dulu.

***

Hari ini hari senin, dimana hari pertama ulangan semester, semalam aku sudah mempersiapkan ujian. Bahkan pagi-lagi sekalipun aku bangun untuk membaca kemali materi rangkuman yang aku tulis.

Aku memasuki ruangan ulanganku dalam hati aku berdoa semoga nilaiku memuaskan hari ini. Aku mengernyit ketika diatas meja yang sudah tertempel namaku, terdapat paper bag. Aku menatap kesekeliling semua teman satu ruangan ujianku sekarang tengah fokus membaca buku. Perlahan aku membuka paper bag itu. Ternyata isinya roti dan minuman, sekali lagi aku menatap sekeliling takut ini punya teman satu ruanganku.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 12, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

This LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang