3. [This Love]🌻

1.3K 146 21
                                        

SEPERTI biasa aku menunggu Bang Tama di gerbang, abangku itu yang selalu menjemputku, dia yang selalu mengantarku berangkat dan menjemputku waktu pulang. Padahal sering aku menolak, dan ingin memilih pergi kesekolah menggunakan kendaraan sendiri, sepeda motor contohnya, teman-temanku semua berangkat kesekolah menggukan sepeda motor sendiri. Tapi Bang Tama melarang. Katanya 'belum cukup umur' benar juga aku belum legal untuk mendapatkan SIM. Butuh setahun lagi untuk aku boleh membuat SIM.

Beberapa menit aku menunggu dan mobil hitam berhenti didepanku. Aku menarik napasku sebentar bang Tama telat menjemput, mungkin pura-pura merajuk akan seru.

"Nggak bisa lama lagi Bang jemputnya," ucapku, bersamaan aku yang masuk kedalam mobil, duduk dikursi depan samping Bang Tama.

Bang Tama menoleh, dan terkekeh kecil selanjutnya menatapku dengan tersenyum.

"Nih." Bang tama melemparkan paperbag berwarna biru. Aku membuang napas berat. benda itu terlempar cukup sakit karena isinya yang kelihatan berat.

"Sakit tau." Aku mencebikkan bibirku menatap Bang Tama. Bang Tama hanya terkekeh.

Aku membuka apa yang ada didalam paparbag yang diberikan Bang Tama kepadaku.

Bentuknya kotak, warna hijau apa coba tebak?

Adudu, alien kecil yang datang untuk mencari coco.

Ternyata novel. Aku menengok kearah Bang Tama sambil tersenyum senang. Ini adalah Novel yang dari kemarin aku ingin-inginkan, tapi di gramedia belum ada ditambah uang tabunganku habis. Padahal rencananya aku baru mau memajak abang ku ini untuk membelikanku Novel, ternyata Bang Tama tau dan sudah membelikanaku Novel ini. Kok Bang Tama tau? Tau lah karena aku pernah cerita pengen novel ini.

"Udah nggak ngambek kan?" Tanyanya. Tau aja ni cara bikin mood seorang Yumna membaik. Aku terkekeh Bang Tama ikut kerkekeh tanganya mengentuh ujung kepalaku dan mengusap kepalaku. Entah, Bang Tama ini dari kita masih kecil suka sekali mengusap kepalaku.

"Is, nanti krudung Yumna miring, kaya otak Abang." Bang Tama tertawa terbahak, mendengar apa yang aku lontarkan, sedangkan aku ikut tertawa bukan karena joke ku ini, karena Joke ini termasuk garing, cuma orang-orang yang selera humornya rendah yang bakal ketawa. Tapi karena melihat Bang Tama tertawa, aku adalah salah satu orang yang suka melihat orang lain tertawa, karena otomatis aku akan ikut tertawa ditambah Bang Tama kalo ketawa nular, matanya yang sipit akan semakin menyipit.

"Bang kok bisa beliin Yumna Novel?" Tanyaku, setelah Bang Tama selesai tertawa. Benar juga Bang Tama masa mampir ke Gramed cuma mau belikan aku Novel, kalo gitukan uwu banget, ya nggak tu. Awas jangan ada yang baper dan pengen jadi pacar Bang Tama. Abangku ini jomblo sih tapi paling nggak mau dibilang jomblo katanya dia itu singgle, Bang Tama setauku belum pernah pacaran sama sekali, perinsip kita sama sih 'pacaran setelah menikah' dan tau lah Bang Tama nggak bakal mau pacaran. Tapi... banyak yang ngantri bahkan dulu aku suka dititipin surat dari ciwi-ciwi sekolahanku buat Bang Tama. Dia kan mantan ketua Tim futsal di sekolahku dulu.

"Sekalian beli buku bisnis." Aku melirik kedashboard mobilnya benar juga ada satu buku bisnis tebal disana. Kalo aku suruh baca buku setebel itu nggak deh, nggak. Baca buku setebel itu nggak semudah ngupil eh sensor. Bang Tama kalo sudah baca buku setebel itu bisa duduk sampai berjam-jam, pantesan Bang Tama pinter, dan bisnisnya Alhamdulillah berkembang pesat.

"Mampir ke kafe 02 dulu ya." Aku mengangguk. Kafe 02 adalah kafe cabang pertama yang Bang Tama dirikan. Jarakanya nggak terlalu jauh dari sekolahku ini. Cukup waktu sepuluh menit untuk sampai ke kafe itu.

Bang Tama turun dari mobil setelah sampai ke kafenya. Sedangkan aku masih terdiam di mobil menatap novel yang baru saja Bang Tama belikan, sudah tidak sabar untuk membacanya. Aku turun dari mobil, tanganku memegangi novel hijau itu dan mataku malah terfokus pada deretan huruf didalamnya. Novel ini terlalu menarik.

This LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang