AKU benar-benar takut jika bertemu dengan Nathan bahkan aku coba menghindar jika dirinya ada didekatku. Kejadian kemarin benar-benar membuatku merasa ngeri saat bergemu dengannya. Aku tak tau apa maksudnya sampai berbuat seperti itu padaku. Bukankah aku tak pernah mengganggunya.
Aku menghenbuskan nafas kasar. Mengambil tasku yang aku taruh dilaci, memasukan buku-bukuku selanjutnya beranjak dari duduk karena bel pulang sudah berbunyi.
Afra hari ini nggak masuk dia demam karena kemarin kehujanan sehabis pulang dari eskul tari. Perlu aku beritau Afra yang petakilan itu sangat jago dalam bidang seni, dari menari, menyanyi pasti kalian tidak percaya karena suaranya yang cempreng saat berbicara, tapi jika sudah menyanyi suara merdulah yang akan keluar dari bibirnya.
Sepi rasanya jika Afra tidak masuk, tidak ada yang jail dan tidak ada yang berkelahi dengan Bobi.
"Afra sakit apa Yum?" Aku menengok kebelakang ketika Bobi bertanya padaku. Bobi sedang berdiri bertanya padaku bersama dengan Kaesar dan Kamal.
"Kangen lo?" Goda Kamal sambil mengelitik pelan perut Bobi yang berisi. Aku menahan tawaku saat Kamal terus mengelitiki perut itu, sedangkan Bobi nampak tenang dan tak keganggu dengan kelitikan itu, walau aku bisa melihat Bobi seperti malu-malu.
Seperti boneka es sungguhan.
"Demam Bob," jawabku. Bobi nampak mengangguk pelan setelah itu berjalan pergi dari tempat berdirinya tadi. Kamal dengan cepat mengejar sahabatnya itu sedangkan Kaesar masih berdiri didepanku.
"Lo gak pulang?!" Terika Kamal pada Kaesar.
"Saya pulang sama Yumna!" Balas Kaesar dengan terikan juga. Aku menatapnya sekilas apa maksudnya pulang denganku.
"Pepet terus pak Ketua!" Teriak Kamal lagi.
Dan saat itulah aku mulai berjalan meninggalkan Kaesar yang masih menatap lurus kearah Kamal.
Kaesar mengejarku membuat aku mempercepat jalanku, dan akhirnya kita nampak seperti sedang kejar-kejaran, tapi itu semua sebelum dia mencekal tanganku, membuatku berbalik menghadapnya, dengan cepat aku menarik tanganku kasar, aku tak menatapnya kini aku tertunduk.
"Kenapa?" Suaraku terdengar pelan sungguh aku akan sangat amat tak suka ketika aku disentuh oleh seseorang yang bukan mahromku, terlebih kini kita hanya berdua dilorong koridor yang sudah mulai sepi ini.
"Saya kan sudah bilang bakal ngejagain kamu," ucapnya. Aku menaikan alisku menatap kedepan bukan menatap kearahnya tapi pandanganku kebelakang badanya. Tapi samar aku masih bisa melihat dirinya tersenyum cukup lebar.
Mungkin tak ada lagi yang mau dibicarakan, lebih baik aku pergi. Aku membalik badanku dan mulai berjalan cepat meninggalkan Kaesar. Aku kira sudah tidak ada yang dia mau bicarakan, dirinya tak akan mengejarku. Nyatanya cowok itu malah mencegat jalanku.
"Saya bakal jagain kamu Yumna," ucapnya kini penuh penekanan. Aku menarik napasku dalam sebelum aku mengernyeritkan alisku.
"Tidak perlu dan terimakasih sekali," balasku dengan suara pelan, ku harap dia mengerti. Setelah itu aku berjalan kembali meninggalkan Kaesar.
Pasti Bang Tama sudah menunggu didepan. Aku berjalan semakin cepat, aku harap Kaesar tak mengejarku, atau mungkin Bang Tama melihatku sedang bersama dengan Kaesar entah kenapa aku takut.
"Woy!" Aku berbalik mendengar teriakan itu, bukan-- itu bukan suara Kaesar aku dan mataku membola saat teriakan itu adalah teriakan Nathan yang ditujuan padaku.
Perlahan aku memundurkan badanku, sambil menunduk percayalah aku takut berhadapan denganya, ditambah kini dia menatapku sambil tersenyum lebar.
"Mau apa lo baj*ngan." Kaesar dari arah berlakang Nathan muncul, berlari dengan cepat dan berdiri tepat didepanku seolah melindungiku, aku yang amat sangat ketakutan hanya tertunduk dengan badan gemetar.

KAMU SEDANG MEMBACA
This Love
Novela Juvenil● Yumna memiliki prinsip untuk tidak berpacaran. Cewek dengan hobi membaca novel itu sangat menghindari diri berdekatan dengan lawan jenis yang bukan mahramnya. ● Kaesar, cowok yang menjabat sebagai ketua tim futsal disekolahnya, juga teman dekat da...