•19•

5 0 0
                                    

Kamu; tidak terdefinisi.

S

etelah siap-siap, Lusi turun ke ruang keluarga di mana ada Sarah dan Renal sedang menonton tv. Dia duduk di sofa sebelah kedua orang tuanya tersebut.

"Berangkat dengan siapa?" tanya papahnya

"Arga, pah. Soalnya Anugerah dan teman osis lain langsung ke rumah sakit" jawab Lusi

"Kamu sudah makan?" tanya papahnya, lagi

"Sudah" jawab Lusi

"Obatnya sudah diminum?"

Lusi menghela nafas. Papahnya ini memang benar-benar memiliki jiwa reporter sejati.

"Sudah, pah. Lusi sudah menyelesaikan semua, termasuk tugas sekolah. Papah gak perlu khawatir" ucap Lusi sejelas mungkin

"Bukan begitu. Kalau kamu gak disiplin, kamu akan kewalahan" ucap papahnya membuat Lusi tersenyum

Lusi memberikan sikap hormat seperti saat upacara. Dia mengambil dan memakan jeruk di depannya dan sesekali mengobrol ringan dengan mamanya. Tak lama Arga datang dan mereka pamit.

Lusi dengan Arga menyusuri lorong rumah sakit, hingga akhirnya mereka sampai di depan ruang ICU. Terdapat orang tua Clezi dan beberapa anak MPK, termasuk Caca. Lusi menyapa orang tua Clezi dan berbicara sedikit tentang kejadian mengapa ini bisa terjadi. Lalu dokter memanggil orang tua Clezi untuk ke ruangannya karena baru saja Clezi di check kembali keadaannya. Lusi menatap Aydan yang sedang tertidur dengan posisi duduk. Lusi menoleh kepada Arga dan juga Anugerah agar mereka menghampiri Aydan. Lusi duduk di sebelah Aydan, sedangkan Arga dan Anugerah tidak ikut duduk. Lusi menatap ketuanya ini, sangat terlelap. Mukanya menandakan perasaannya yang berantakan. Aydan masih menggunakan seragam sekolah lengkap. Lusi enggan untuk membangunkannya, namun Anugerah ingin dia membantu Aydan untuk pulang ke rumahnya sekedar membersihkan diri. Terlebih tidur dengan posisi seperti ini pun akan membuat badannya sakit.

Lusi membangunkan Aydan dengan lembut dan sangat hati-hati. Dia paham akan perasaan Aydan, meskipun perasaannya pun terasa sedikit aneh. Aydan membuka matanya perlahan dan mendapati Lusi saat matanya terbuka sempurna. Dia menatap Lusi membuat pandangan mereka bertemu. Mata Aydan yang sayu menjadi jauh lebih sayu. Aydan mengambil tangan Lusi, lalu mengusapnya. Anugerah membawa Arga ke teman-teman yang sedang berada di depan ICU, dia tahu bahwa Arga akan tidak baik-baik saja menyaksikannya. Lusi hanya diam, membiarkan mereka pergi.

"Lus" panggil Aydan dengan suara yang serak sekali

Ah dia paham kalau Aydan pasti menahannya sejak tadi siang, kesedihannya.

"Ay, gak apa. Jangan ditahan" ucap Lusi

Aydan menarik tubuh Lusi dan memeluknya. Lusi cukup terkejut. Lusi mencoba melepas, namun Aydan memeluknya erat. Sudah jelas teman-temannya dan beberapa orang di sana menyaksikan mereka berdua. Tapi mereka paham, meskipun Arga harus mengepalkan tangannya kuat-kuat.

"Lus" panggil Aydan dengan lembut

"Gue takut. Gue takut, Lus" lanjutnya

Aydan terisak hingga menangis di dalam pelukannya ini. Lusi tertegun. Selain karena baru melihat Aydan yang seperti ini, dia merasa seperti mendapat kehangatan jauh di dalam tubuhnya yang selama ini tidak dia dapatkan. Lusi membalas pelukan Aydan sambil mengusap punggungnya pelan. Dia menenangkan Aydan. Dia tahu bahwa Aydan pasti sedang sangat kesakitan.

Sekarang, Aydan dan Lusi sedang duduk di bangku taman rumah sakit. Tidak begitu ramai, namun ada beberapa orang di sini. Lusi menyodorkan termos kecil kepada Aydan. Dia sengaja membuat teh manis hangat untuk Aydan sebelum berangkat ke sini, karena dia tahu bahwa Aydan pasti sedang tidak baik-baik saja. Aydan mengambil lalu meminumnya. Lusi mengetuk-ngetuk lututnya dengan jarinya, dia merasa canggung setelah Aydan memeluknya tadi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 08, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

TRAPPEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang