1

58 30 87
                                    

Aku punya satu kisah di mana ada seorang anak perempuan cantik yang memiliki segudang mimpi dan semangat untuk terus berproses.

Anak perempuan tersebut bisa dikatakan sebagai murid berprestasi, selalu giat belajar, dan mengikuti berbagai macam lomba.

Bangga, bukan?
Ketika melihat seorang anak dengan semangat yang tinggi terus melangkah mengejar impiannya di tengah-tengah kemalasan yang kerap kali muncul tanpa diundang untuk hadir.

Mungkin, ketika kita melihatnya dari luar hidupnya bahagia, sudah cantik, pintar, dan lain-lain.

Tapi, itu jika kalian hanya melihat dari luarnya saja.

Ketika aku mendengar ceritanya, rasanya aku ingin marah!
Kenapa dunia jahat padanya!
Kenapa!
Apa yang salah dengannya?

"Aku dilecehkan oleh temanku ketika SD, " itu katanya.

Aku ingin menangis meraung-raung, tak kuat melihat matanya yang menyorot luka yang teramat dalam.

"Orang tua mu tau? " tanyaku lembut kepadanya.

"Tidak, aku takut, aku takut bahwa mereka akan kecewa, aku takut sampai aku tidak tau harus berbuat bagaimana"

"Dan bagaimana keadaanmu sekarang? bukan kah kejadian tersebut sudah lewat 7 tahun lebih? "

"Aku tidak bisa mengatakannya, "

"Kenapa? kamu tidak percaya denganku? "

"Bukan, hanya saja untuk apa aku menceritakannya? apa aku akan mendapatkan keadilan? tidak kan?"

Aku bisa melihat matanya yang sedang menahan tangis. Aku mengusap pucuk kepalanya lembut berharap dia tau bahwa aku akan selalu bersamanya, walaupun jika suatu saat nanti tidak ada yang peduli akan hadirnya ataupun lukanya.

"Aku memang tidak bisa berbuat seperti itu, tapi aku bisa mendengarkan apa maumu selama ini dan perasaanmu, bukankah begitu? "

Dia tersenyum tulus seakan perkataanku yang selalu dia ingin dengarkan, tetapi sayang sekali hanya aku yang baru mengatakannya.

" Seingatku dulu waktu kelas 5 SD dia melecehkan ketika aku pulang sekolah di tempat yang sepi hanya ada suara kendaraan yang melalu-lalang"

"Ternyata bukan aku saja yang dilecehkan olehnya, beberapa dari temanku juga. Yang membedakan aku dengan yang lain, aku hanya diam saja tidak mengadu ke orang tua sedangkan yang lain langsung melapor. Tapi aku tidak menyesal karena aku tidak melapor ke orang tuaku, "

Alis ku naik seakan bingung, "kenapa tidak menyesal?"

Kemudian dia tersenyum misterius, "kau akan segera tau nanti"

"Orang tua teman-temanku datang, lalu si brengsek di keluarkan dari sekolah, "

"Aku bingung, aku sedih, aku kecewa. Aku merasa hina ketika aku sd, tapi aku tidak tau harus bagaimana. Yang bisa ku lakukan hanya berpura-pura tidak terjadi apa-apa. Aku menutupinya dengan terus berprestasi"

" Kamu mau tau sesuatu?"tanyanya kepadaku.

" kenapa? "

"Ketika dia dikeluarkan dari sekolah, aku sedikit bisa bernafas kembali. Tetapi, setahun kemudian dia masuk dan kembali lagi bersekolah. Aneh bukan? sudah dikeluarkan lalu diterima kembali"

"Di situ aku sangat takut, setiap aku melihatnya tubuhku selalu bergemetar, aku ingin meminta tolong, tapi kepada siapa? memangnya ada yang bisa mengerti diri ku kecuali diri ku sendiri?"

"Ketika study tour ke Bandung, aku kembali dilecehkan olehnya, dia hanya tertawa melihat aku syok. Bejat! aku takut, tapi aku melakukan hal yang sama lagi yaitu pura-pura tidak ada apa-apa dan terus berprestasi"

"Mungkin kalian akan mengatakan aku bodoh, kenapa aku diam saja? kenapa aku tidak melapor? well, aku tidak menyalahkan kalian, tapi yang harus kalian ingat ketika kalian merasakan hal yang sama sepertiku kalian jangan meminta maaf kepadaku karena aku muak mendengarnya"

"Ketika lulus SD, aku terus menghilangkan rasa traumaku. Perlahan-lahan aku mulai sembuh, bahkan aku sudah tidak ingat kejadian itu lagi"

"Aku menjalani masa SMP ku tanpa rasa traumaku, sampai ketika aku sma-" kulihat dia terdiam sambil melihat ke arahku dengan pandangan kosong dan tersenyum yang siapapun yang melihatnya akan tau bahwa itu bukan hanya sekedar senyuman biasa.

"Kalo kamu tidak kuat melanjutkan, tidak usah dipaksa, aku hanya-"

"TIDAK! " aku terlonjak kaget ketika mendengar bentakannya.

Dia mengerjapkan matanya, lalu menghela nafasnya sadar dia salah, "maafkan aku, aku tidak bermaksud untuk membentakmu"

Kematian yang diharapkanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang