7

17 7 17
                                    

Aku bisa melihat senyuman yang terukir di bibir Rafa setelah melihat perempuan di ujung sana. Idih najis, sama aku aja ga ada senyum-senyumnya tu orang!  Yang ada setiap hari disuguhi mukanya yang  jutek dan nyebelin.

Rafa duduk di sebelah perempuan itu, perempuan itu langsung mencium pipi kanan Rafa. Aku melotot melihatnya, kalo mau mesra-mesraan lihat tempat juga dong!

Rafa menyelipkan ramput perempuan itu ke telinganya, tatapannya sangat lembut.
Aku mah ga bakal ditatap seperti itu sama Rafa, mau sampai aku pacaran sama jefri nichol juga ga bakal ditatap seperti itu—yang berarti ga akan terjadi.

"Gimana di kampus? " tanyanya lembut.

Aku hanya melihat jengah ke uwu-uwuan di depanku. Hadeh, ga menghargai ada jomblo di sini napa ya.

Mereka terus berbincang-bincang sampai tidak menyadari makanan sudah dihidangkan.

Ku raih piring di hadapanku, tidak peduli mereka belum menyentuh makanannya. Siapa suruh asik sendiri, seperti dunia milik mereka.

"Eh, ini siapa ka? " tanya perempuan itu yang akhirnya menyadari keberadaanku. Ini aku makhluk ghaib apa gimana si....

Rafa hanya menjawab dengan senyuman manis ke perempuan itu. Seperti mengerti maksud Rafa, perempuan itu langsung menjulurkan tangannya, "Nama aku Kate, salam kenal ka"

Aku membalas uluran tanganku ke Kate, " Rara, salam kenal juga"

Aku menatap Rafa ragu, Rafa yang menyadari tatapanku, "ngomong aja"

"Kate siapa kamu, raf?  tanyaku ragu.

" Orang spesial, " jawabnya. Bukan, bukan! bukan Rafa yang berbicara, tetapi Kate.

Rafa hanya sibuk mengelus kepala Kate. Idih, geli banget ngeliatnya.

Setelah makan malam yang diisi suasana panas,akhirnya selesai juga.

.......

Ketika aku membuka pintu rumah, baru satu langkah aku menginjakan kaki. Aku langsung disuguhi oleh pemandangan yang membuat aku muak.

"KAMU MAU CERAI DARI AKU HA?! IYAA?! "

"IYA KENAPA EMANGNYA? "

"TEGA YA LO NINGGALIN GUA DI SINI? "

"LO LEBIH TEGA, LO GA TAU APA YANG DIRASAIN ISTRI SAMA ANAK-ANAK LO"

"TEGA LO, TEGAA! "

"LO YANG LEBIH TEGA! EGOIS TAU GA LO! EGOIS! "

Aku memejamkan mataku lelah. Seharusnya aku tidak perlu sedih, bukannya ini sudah biasa? seharusnya aku gapapa kan?

Aku melewati mereka yang sedang berteriak satu sama lain. Sebelum menaikki tangga, aku nengok ke belakang untuk melihat mereka. Mamaku sedang menangis tersedu-sedu, aku sakit melihatnya.

Aku mendobrak pintu kamarku, lalu memutuskan untuk mandi. Mungkin mandi membuat pikiranku lebih tenang.

.....
Tok!

Tok!

Suara ketokan menghentikan aktivitas membacaku. Ku buka pintu lalu langsung disuguhi oleh wajah papa.

"Kamu harus nikah sama Rafael, " aku melotot mendengarnya.

"Papa kalo bercanda lucu banget, " aku langsung tertawa mendengarnya.

"Papa serius, " tawaku makin kencang, lalu aku terdiam setelah melihat muka serius papaku. Aku cari letak kebohongan di raut mukanya dan aku tidak menemukannya.

"Pah.., " cicitku pelan.


Jangan lupa vote dan comentnya, terima kasih sayang.

Kematian yang diharapkanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang