4

24 11 22
                                    

Aku mempercepat langkahku seakan-akan sedang dikejar monster atau lebih tepatnya beneran dikejar monster?

Monster tampan sekaligus menyebalkan!

"Ra, tungguin dong, jangan buru-buru gitu jalannya, " teriak monster tampan itu.

Aku mendengus tidak suka , " kamu udah di sebelahku, ga usah teriak-teriak gitu, "

"Lagian kenapa harus buru-buru coba, takut ketemu aku terus malah makin jatuh cinta ya, " goda dia sambil menaik turunkan aslinya yang tebal.

"Ih amit-amit deh Rafa, kalo misalnya sisa kamu doang cowonya, aku tetep ogah sama kamu ew, "

"Idih, kurangnya aku apa coba sebutin? udah ganteng, tajir-"

"KURANG WARAS! " sela ku sambil pergi meninggalkannya.

"RARA, " teriak rafa, membuat beberapa orang di sekitar kita menengok.

Aku menengok malas ke belakang, " APA!" sewotku.

"makin jelek aja si ck ck ck, " ejek nya sambil tersenyum miring.

Aku melotot ke arahnya yang dibalas dengan tawa dia, buta kali matanya! cantik begini dibilang jelek.

Aku jadi teringat awal aku mengenalnya, pertemuan yang sangat aneh! ingatanku melayang ke masa lalu dan ingatan tersebut meronta-ronta seakan ingin aku terus mengingatnya.

Hembusan angin menerpa wajahku, udara disini sangat menyejukkan.

Di bawahku berdiri gedung-gedung pencakar langit. Indah sekali.

Aku berdiri di atas rooftop rumah sakit. Aku sedang menjenguk sahabatku yang mengalami kekerasan oleh pacarnya. Aish itu cowo kalo ketemu aku, awas aja nanti!

Aku berpikir datang ke atas sini adalah suatu keputusan yang tepat, aku butuh menjernihkan pikiranku.

Mungkin dua langkah lagi, aku akan jatuh dari atas rumah sakit ini.

Apa aku loncat saja ya dari sini?

Menurut kalian, bagaimana?

Apa aku harus tetap hidup, tapi untuk apa?

Tolong, berikan alasan kepadaku bahwa aku harus tetap berjuang agar tetap hidup. Mungkin, itu bisa membuatku bangkit lagi.

Pikiranku melayang-layang, susah sekali ya membuat pikiran kita berhenti berpikir hal yang aneh.

"Ingin mati bersama? hayuuu, " ucap seseorang di sampingku.

Aku terlonjak kaget mendengarnya, kapan ya dia datang? ada yang tau?

Ini orang ngajakin mati kek ngakakin beli permen?!

Aku melihat ke arahnya, wajah yang bisa dibilang sangat tampan.

Aku melihat matanya yang bewarna coklat, alisnya yang tebal, lalu turun ke hidupnya yang mancung, dan terakhir ke bibirnya yang merah alami. Sungguh menggoda.

Astagfirullah tobat wahai manusia.

Dia melihat lurus ke arah depan seperti ada objek yang menarik, tapi yang ku lihat hanya ada lampu-lampu yang indah.

"Maksudnya? "

"Lah mau mati kan? gajadi?" jawabnya kelewat santai. Laki-laki itu sambil mengunyah permen, sepertinya aku bisa tebak sifatnya. Laki-laki santai yang suka kehidupan yang bebas.

"Gila lo! " desis aku yang hanya di anggap angin lalu baginya.

"Tau ga? kamu tu cuma salah negara aja? "

"Maksudnya? "

"eutanasia"

Aku terdiam mencerna ucapannya— berpikir apa maksudnya.

Dia melanjutkan ucapannya ketika melihat raut wajahku yang kebingungan, " eutanasia itu melegalkan untuk bunuh diri,"

"demi apa sii, serius?! " jawabku dengan mata berbinar-binar.

Dia mendengus pelan melihat raut wajahku, "ya ga segampang itu juga, ada syarat dan ketentuannya, kalo memenuhi syarat bakal disuntik mati, "

"Negara mana yang melegalkan itu? " tanyaku antusias—mulai tertarik dengan topik ini.

"Aku cuma tau Belanda doang, kamu cari aja di google, "

"Aku rasa ini banyak pro dan kontraknya,"

"Always"

"Apakah menurutmu Indonesia akan seperti itu? "

"Bisa-" dia menggantungkan ucapannya agar aku penasaran.

"In your dream"

Lalu, kami hanya terdiam menikmati hembusan angin. Deringan ponselnya memecahkan keheningan.

Dia mengotak-katik ponselnya dengan wajah tenang tanpa ada rasanya emosi.

Dia menengok ke arahku, " jangan mati dulu ya, bisa jadi kita bertemu lagi-" dia tersenyum lembut.

Aku tertegun mendengar kalimat dan melihat senyumnya.

"Siapa tau aku bisa ganggu hidup kamu dan kamu makin menderita, " ungkapnya sambil tertawa.

Hancur sudah ekspetasiku ke dia.

Aku berharap tidak akan bertemu dia lagi, tetapi nyatanya alam malah mempertemukanku dengan dia. Apakah ini bencana atau berkah?

.......

Haloo, terima kasih vote dan commentnya. Aku berusaha setiap ceritaku ada hal-hal baru yang bisa kita semua pelajari.
Cerita yang aku tulis terinspirasi dari true story, walaupun banyak alur yang berbeda karena dari imajinasi aku sendiri.Tetapi intinya sama. Pelecehan, pacar yang toxic dll.

Cerita ini aku persembahkan kepada mereka.

If you all read my story, I just wanna say that I love you more than you think. I awalys here for u.

Kematian yang diharapkanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang