6

16 9 18
                                    

Aku menatap undangan pernikahan di tangan ku, di sana tertulis Bumi dan Sartini.

Aku mendengus malas dan meremas undangan yang berada di genggaman tanganku.

Bangkit dari kasur, aku merogoh ponsel dari saku celanaku.
Aku mencari nomor seseorang langsung ku telfon.

"Ada di rumah ka? "

"..... "

"Otw"

Aku mendaratkan bokongku ke atas jamal, motor kesayanganku. Motor bersejarah yang menemaniku dalam perjuanganku selama ini, hujan, badai, petir, dan salju ku lewati semua dengannya.

Oke, aku mulai lebay.

......

"Kakak mau nikah sama ka Bumi? "tanyaku kepada kakak sepupuku setelah sampai di dalam kamarnya.

" yoi, dateng ya, "balasnya sambil mengoleskan masker ke wajahnya.

" Kenapa si kaa?" ujarku gemes, ini gemes ingin nampol orang yah kawan-kawan.

"Kamu kan tau ra, aku cinta sama dia. Aku sama dia udah pacaran selama 5 tahun loh kalo kamu lupa"

"Kakak nikah sama dia setelah diselingkuhi berkali-kali sama kak Bumi? waras kak? " jawabku tidak suka.

Sebenarnya ka Bumi sangat baik kepada orang lain, sopan lagi sama orang yang lebih tua. Tapi percuma kalo dia tidak bisa menghargai pacarnya dan malah dengan sengaja menyakiti berkali-kali.

"Ra" panggilnya pelan.

"Aku peduli kak sama kakak, kaka berharap apa si sama orang yang hobinya tukang selingkuh?! " nada suaraku mulai meninggi.

"Aku percaya ra, setelah nikah dia bakal berubah"

"halah bullshit, " umpatku pelan.

" Jangan ikut campur napa ra, kamu tau apa si ra masih bocah juga, " jengah ka Sartini.

"Aku udah 18 tahun kalo kaka lupa"

"Iya iya iya, tapi kita aja beda 5 tahun. Pengalaman hidup aku lebih lama daripada kamu," ucapnya tidak suka.

Aku terdiam seketika, cape bilangin orang batu dan udah dibutain cinta.
Makan tu cinta!

"Yauda seterah kaka, tapi pesan aku cuma jangan pernah berharap seseorang bakal berubah setelah menikah karena jika tidak sesuai dengan apa yang inginkan, hanya akan ada rasa kekecewaan dan rasa sakit—"

Aku lihat kak Sartini seperti tertegun oleh ucapanku, "Dan yeah selamat atas pernikahan kakak"

Dia menghampiri aku yang sedang berdiri dan menepuk pundakku, "tidak semua pernikahan itu seseram pernikahan orang tua kamu, jangan terus-terusan takut akan suatu yang bernama pernikahan. Yauda yu, ke meja makan tadi aku buat nasi goreng kesukaan kamu.

Aku menghela nafas sambil mengikuti Kak Sartini keluar kamar.

......

Rafa iblis jelek

Di mana?

                             Di hatimu

Keluar dari hati aku sekarang
                       

Jahat kamu mas

Bct

Idih galak masnya

Di mana?

Di rumah kak Sartini

Oh

Raf?

Hm?

Jemput dongg

Ogah, males amat

             gitu amat sih jadi sahabat

kalo gini baru bilang sahabat

kamu tau kan rumahnya ka
Sartini

terus, hm?

Seterah

Kek cewe lu

kaget lu kalo nanti gua
jadi LAKIK

Aku lihat chatku hanya dibaca doang. What the hell?!
Emangnya ini koran apa?

" Ra, sini dah, "teriak ka sartini di ruang televisi.

Pandangan dia lurus ke arah televisi, " sini nonton bareng" sambil menepuk sofa di sebelahnya.

Aku duduk di sebelah dia sambil mendengar suara nyanyian ku menangis... membayangkan...

Ting!

Rafa iblis jelek

Keluar

Aku langsung buru-buru ke jendela, kusibak hordeng di jendela. Ternyata benar dia di luar. Aku mengambil tasku di kamar kak Sartini lalu pamit pulang. 
Dasar! katanya males jemput.

"Ra, mampir  ke tempat makan dulu ya, " kata Rafa sambil memegang kemudi mobil yang hanya dibalas anggukan kepalaku.

Aku mengedarkan pandangan ke dalam restoran. Rafa berjalan mendahuluiku, aku mengekor di belakangnya.

"KA RAFAA" panggil seseorang di ujung sana.

Aku bisa melihat senyuman yang terukir di bibir Rafa setelah melihat perempuan di ujung sana. Idih najis, sama aku aja ga ada senyum-senyumnya tu orang!  Yang ada setiap hari disuguhi mukanya yang  jutek.

Jangan lupa vote dan coment, terima kasih beb.

Kematian yang diharapkanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang