3

46 27 60
                                    

Aku terus bertanya-tanya apa tujuan ku hidup di dunia ini.

Aku terus bertanya-tanya untuk apa aku terus tetap bertahan, sementara rasanya ingin pergi.

Aku menatap diriku dari pantulan kaca. Aku akui, aku sangat cantik. Namun, apakah hal itu harus ku banggakan?

Dunia ku sudah hancur, keluarga aku hancur berantakan, mentalku tidak stabil.

Aku menghela nafas panjang saat melihat diriku sendiri. Di dalam pantulan kaca itu ada sosok yang tak akan pernah pergi meninggalkanku sendiri.

Ponselku bergetar menandakan ada pesan yang masuk. Aku membuka pola ponsel ku yang terbilang rumit, aku tidak suka ada yang membuka ponselku selain diriku.

Aku melangkah ke luar kamar, rasanya aku haus sekali. Aku membuka pintu kulkas mencari air dingin.

Kutuangkan ke gelasku sambil tangan sebelahnya sibuk menscroll akun sosmed.

Ria bawel

Ra, liat twitter gc, kasian banget :(

Aku mengklik link twitter yang ria kirimkan.

Aku membaca dengan seksama, mengegam erat gelas yang ku pegang dengan erat. Mungkin jika aku punya kekuatan super, gelas itu akan hancur, tapi sayangnya hal tersebut hanya khayalan semataku.

Aku membaca isi comentnya, sangat disayangkan isinya membuat aku terkekeh miris.
Akun tersebut berisi tentang cerita seseorang yang dilecehin, aku tau dia dengan susah payah bisa mengetik itu.

@Asdfghjklyou
Itu sih karena lo nya aja yang pakaiannya terbuka, lo yang undang sendiri buat dilecehin.

Miris sekali aku membacanya, kenapa selalu saja pakaian yang harus disalahkan? Padahal di luar sana ada yang sudah berpakaian sopan tetap saja dilecehkan, seperti aku.

Bahkan di luar sana, ada yang memakai hijab ataupun cadar tetap dilecehkan. Apa bukti itu kurang?

Sampai kapan ini akan terus berlangsung? Sampai kalian semua merasakan sendiri?

@sumberkebahagian

lagian lo ko bego banget si? kenapa diam aja coba? Tuhan tu ciptain kedua tangan kedua kaki, kenapa lo ga berontak melawan coba? menikmati, heh?

Aku bergumam membaca username akun tersebut.
Aku mengangkat bibirku dengan sinis, "sumber kebahagian? atau malah sebaliknya? "

Sebagai informasi, dalam psikologi ada fenomena yang dinamakan tonic immobility atau sensasi kelumpuhan sementara yang terjadi pada korban pelecehan atau perkosaan, korban yang diserang jadi tidak bisa menjerit minta tolong, melarikan diri, apalagi melawan balik pelaku karena sekujur tubuhnya tidak bisa digerakkan.

Tonic immobility ini diakui dalam jurnal Acta Obstetricia et Gynecologica Scandinavica (AOGS) tahun 2017. Para ahli mencatat 70 persen korban perkosaan mengalami sensasi seolah seluruh tubuhnya lumpuh. Akibatnya, mereka pun tak mampu bergerak, apalagi melawan serangan pelaku sehingga ketidakberdayaan ini bukan karena suka sama suka atau senang disakiti. (sumber: TEMPO.CO)

Sudah aku tidak sanggup lagi membacanya, yang ada mentalku semakin terguncang.

Jam sudah menunjukan waktu 07.00 WIB. Satu jam lagi, kelasku dimulai.

Aku meraih tasku bergegas pergi ke kampus. Aku kuliah di suatu kampus swasta yang terbilang mahal. Jika kalian mengira aku anak orang kaya, kalian salah.

Jika tidak mendapatkan beasiswa mana mungkin, aku bisa berkuliah di situ.

Aku melangkah ke halte bus sambil memikirkan hal-hal yang menyedihkan.

Bus datang tepat jam 07.30, segera aku menaikinya. Aku tengok di dalam bus, masih ada satu kursi yang kosong. Buru-buru aku tempati.

Di dalam bus, aku asik membaca wattpad daripada aku memikirkan hal itu.

Bus berhenti menandakan ada yang ingin naik. Ku lihat seorang wanita yang jika ku tebak sudah berusia 45 tahun.

Dia berdiri di hadapan seorang pemuda yang sedang duduk.

Huft, aku tau cowo itu hanya pura-pura tidur.

Aku bangkit dari tempat duduk ku, "maaf Bu, silahkan duduk"

Ibu tersebut menengok kau arahku sambil tersenyum, "terima kasih, nak"

Aku berdiri sepanjang perjalanan sambil bersenandung. Bus berhenti, ku liat kampusku sudah berdiri dengan megah.

Aku langsung turun dan langsung tarsenyum tak kala melihat tulisan Fakultas Hukum terukir dengan indah.

Ya, aku akhirnya memilih jurusan hukum. Dulu, aku hanya berharap akan datang suatu keadilan untukku. Tapi, kini aku mengubah pikiranku. Dulu yang aku pikirkan hanya balas dendam dengan cara keji, tapi sekarang aku akan balas dendam dengan cara yang berbeda.

Sekarang, aku berdiri di sini akan memperjuangkan keadilan, untukku dan untuk semua anak-anak di luar sana.

Ini ceritaku, rara, gadis biasa yang rapuh dan kokoh di saat bersamaan. Tak pernah terpikirkan olehku bahwa di depan sana akan ada sosok lelaki yang akan menjadi mimpi terindah sekaligus mimpi burukku.

Kematian yang diharapkanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang