Pagi buta sekali Jennie sudah berkutat di dapur, padahal ada Bi Naeun selaku pembantu rumah tangga keluarga Siwon, tetapi tetap saja Jennie akan memasak untuk orang yang dia sayangi siapa lagi kalau bukan Lisa, dia selalu memasak makanan yang disukai Lisa sedangkan bagian Bi Naeun adalah makanan yang biasa, yang bisa dimakan Siwon, entahlah Jennie terlalu apik memainkan perannya sebagai Ibu dan istri yang baik.
Siwon yang melihat istrinya sudah berkutat di dapur tersenyum senang, dipikirannya dia sangat beruntung memilih Jennie sebagai istrinya, selain baik sebagai istri dia juga baik kepada anaknya, hanya itu point pentingnya.
"Mas sudah bangun? Ayo duduk sarapan, aku panggil Lisa dulu biar ikut sarapan, mungkin sekarang dia sudah selesai berkemas." Siwon mengangguk berjalan kearah Jennie lalu mencium puncak kepala istrinya, Jennie membalasnya hanya dengan senyuman, harusnya sebagai istri dia memeluk suaminya mungkin (?)
"Makasih ya udah jadi istri yang baik dengan rela bangun pagi untuk memasak makanan kesukaan aku." Belum tau saja yang memasaknya adalah Bi Naeun, Bi Naeun sejak tadi sudah meninggalkan mereka karena mengerti situasi.
Jennie mengangguk lalu berjalan menaiki tangga menuju kamar kesayangannya.
Ternyata Lisa belum bangun, dia lupa hari ini Lisa memang tidak ada jadwal.Jennie mendekat, mengusap rambut Lisa, kemudian mencium bibir manis milik anak tirinya itu.
"Morning kiss babe." Ucapnya setelah itu kembali mengecup bibir Lisa, untung saja Lisa kalau sudah tertidur seperti mayat, jadi tidak akan terusik hanya dengan sebuah ciuman.
"Ngghhh, Eh Mama belum balik ke kamar nanti Papa nyariin." Suara Lisa serak khas bangun tidur membuat bulu kuduk Jennie merinding.
"Ini Mama mau bangunin kamu biat sarapan bareng, Mama udah masak makanan kesukaan kamu." Lisa mengangguk, baru ingin berdiri mencuci muka dan menggosok gigi Jennie menahannya lalu mencium pipinya.
"Morning Kiss." Ucapnya dengan senyum kucingnya, belum tau saja kalau ibu tirinya menciumnya dibibir pada saat dia tidak sadar, kesempatan dalam ketidaksadaran orang.
Lisa speechless, entahlah dia masih berpikir ini adalah cara Jennie menunjukkan kasih sayangnya sebagai seorang Ibu.
Sembari menunggu Jennie mengotak atik handphone Lisa, ternyata ada Line dari Rosè, dia buru-buru membacanya, hatinya panas dengan interaksi anak tirinya dan Rosè, memang Rosè sangat cantik Jennie mengakui hal itu, makanya Jennie selalu marah kala Lisa bersama Rosè.
"Keganjenan banget ini cewek." Ucap Jennie lalu memblockir kontak Rosè.
Tidak perduli nanti dengan reaksi Lisa.Saat ini keluarga Siwon tengah sarapan, Siwon menunggu istri dan anaknya, dia tidak sarapan duluan walau matahari kian terlihat, apa salahnya terlambat demi keluarga toh dia yang punya perusahaan.
"Gimana kuliah kamu?." Tanya Siwon disela suapannya.
"Baik pah, cuman kadang males aja, monoton." Siwon mengerti dengan ucapan Lisa karena sewaktu kuliah dulu dia juga merasa demikian.
"Bolos aja sekali-kali gak masalah nak, bisa ke bar ajakin temen kamu buat minum biar mereka rileks." Lisa mengangguk, memang Papanya tidak pernah memaksa dia, Papanya sudah percaya dengan anaknya karena Lisa anak baik dan bisa menjaga dirinya sendiri.
"Nanti dia mau nemenin aku pemotretan Mas." Lisa menoleh lalu tersenyum.
"Bagus dong, ketimbang kamu nanti gabut mending nemenin Mama kamu, yaudah Papa berangkat ya." Siwon mengelap bibirnya dengan tissue makan, berdiri lalu mencium kepala istrinya, bergantian dengan anaknya.
Jennie mengantar Siwon ke depan pintu, dia sangat apik memainkan perannya bukan?
****
Setalah menemani Jennie pemotretan kini Lisa tengah menemani ibu tirinya berbelanja pakaian, perlu waktu 3 jam hanya untuk memilih baju, muter-muter ujungnya yang dibeli di tempat pertama, kalau Lisa dia akan mempersiapkan apa yang akan dia beli, agar tidak selama Jennie."Ma abis ini makan ya, aku laper." Lisa memegang perutnya yang terasa keroncongan.
"Iya sayang, sambil ketemu temen Mama ya." Jennie menyerahkan bajunya ke kasir kemudian membayar, Lisa yang tidak tega melihat Jennie kesusahan menawarkan diri untuk membantunya dan Jennie dengan senang hati menerimanya.
Kini mereka tidak terlihat seperti Ibu dan anak melainkan layaknya sepasang kekasih, Jennie bukan tak menyadari tatapan orang kepadanya, bahkan ada yang terang-terangan meminta foto tetapi dia bisa sebebas ini tidak merasa takut di gep paparazi hanya dengan Lisa, Lisa membuatnya merasa aman.
Mereka telah sampai di restaurant Jepang, makanan mentah adalah makanan kesukaan Jennie dan teman-temannya, sedangkan Lisa? Dia sama sekali tidak bisa memakan makanan mentah.
Jennie melambaikan tangannya kearah 4 wanita yang seumuran dengannya, penampilan mereka sangat modies, wajah mereka sangat terawat apalagi tubuhnya, sudahlah Lisa seperti menjadi ufik abu disini.Jennie cipika-cipiki khas Ibu-ibu arisan rempong, Lisa hanya melihatnya dengan wajah polosnya, dia tidak pernah begini kalau bertemu Seulgi, yang ada Seulgi akan membenturkan kepalanya dengan dirinya kalau dia begini.
"Duh ini gemes banget yang sering kamu ceritain Jeng? Pantes aja dia betah, kecantol anaknya bukan bapaknya, sini sama tante aja, nanti tante jadi Sugar mommy deh demi kamu." Ucap wanita dengan banyak perhiasan ditubuhnya seperti jewellery berjalan mungkin?
Jennie merasa tidak suka dan tak nyaman kala temannya memncubit gemas kesayangannya.
"Kasian dia kesakitan, jangan digodain." Jennie melotot tajam kearah mereka, sedangkan mereka hanya tertawa terbahak-bahak."Padahal di grup selalu bicarain ni bocah, kenapa sekarang jadi sok cool begini, nikahin Papanya yang ganteng, kecantol sama anaknya yang manis." Lisa tidak mengerti dengan ucapan tante-tante ini, mungkin saja mereka bercanda.
Jennie mengkode teman-teman rempongnya dengan tatapan mata, agar tidak menggodanya lagi, temannya hanya tertawa menanggapi Jennie yang dianggapnya sangat lucu.
Lisa menoleh ke belakang, dan benar disana ada Rosè, gadis itu melambaikan tangannya kearah Lisa.
Jennie mengikuti arah pandang Lisa, dan emosinya kembali tersulut saat melihat Rosè, lebih tepatnya cemburu."Ma aku mau nemuin temen dulu, bosen disini." Ucapnya kemudian berdiri tetapi Jennie mencekal pergelangan tangannya.
"Jangan coba-coba temuin dia saat kamu sama Mama." Lisa tak habis pikir dengan Jennie, padahal Rosè sama sekali tidak pernah berbuat salah kepadanya tetapi mengapa Jennie bisa membenci Rosè, aneh pikirnya.
Lisa melepas paksa cekalan itu "Maaf, tapi dia orang baik ma, aku gak bakalan rela liat dia sendirian, permisi Ma, permisi tante." Ucap Lisa sopan lalu meninggalkan mereka dengan Jennie yang langsung diledekin teman-temannya.
"Aku liat kamu agaknya tertekan disana, HAHAH seperti simpenan tante girang." Rose tertawa diikuti Lisa yang mencubit pipinya gemas, perhatian itu tak luput dari tatapan ingin membunuh dari Jennie.
.
.
Hidup jomblo🤞
KAMU SEDANG MEMBACA
STEPCHILD [JENLISA]
Fanfiction18++ tidak disarankan untuk yang masih dibawah umur dan homophobic. Jennie si uke barbar yang terjebak dalam hubungan ibu dan anak, bukannya jatuh cinta sama bapaknya, Jennie malah kepincut sama anaknya.