11

12K 732 41
                                    

Lisa semakin terbiasa akan kehadiran dan kebiasaan Jennie yang dulu dianggapnya sangat aneh, walaupun kerap kali Jennie suka menjadi wanita yang ajaib, entah itu sifatnya spontanitas atau disengaja, kadang Lisa merasa aneh dengan dirinya karena bisa menerima sifat itu walaupun sedikit demi sedikit.

Seperti saat ini Lisa tengah berada di sebuah pusat perbelanjaan dengan menenteng belanjaan Jennie, bukan keinginannya, tetapi Jennie memaksanya dengan mengancam, Lisa yang memang anak baik pasti merasa takut dengan ancaman tersebut, padahal niat Jennie hanyalah agar orang-orang mengira mereka bahwa mereka sepasang kekasih.

"Kamu laper?." Tanya Jennie yang membuat Lisa menoleh lalu mengangguk semangat, "Laper banget, kamu belanjanya gak kira-kira." Ucap Lisa mengelus perutnya sangat kecil, soal panggilan (aku-kamu) Jennie yang memaksa, kalau tidak sedang bersama Siwon, Lisa tidak diperbolehkan memanggilnya dengan sebutan Mama.

"Yaudah mau makan dimana? Apa kita ke MCD buat drive thru?." Lisa terlihat berpikir, karena jujur dia sendiri juga sudah pusing melihat banyaknya orang berlalu lalang, dan jangan lupakan banyak pakaian yang ia lihat membuatnya ingin memuntahkan isi perutnya karena saking pusingnya.

Lisa mengangguk kemudian Jennie menggandeng lengannya, Lisa sudah biasa sekarang dengan Jennie yang selalu bermanja kepadanya, awalnya dia selalu merasa terpaksa tetapi sejak beberapa hari yang lalu dia sudah mulai terbiasa dan menerima.

Disinilah mereka, dibawah pohon yang cukup asri, tempatnya cukup sepi, tempat yang sangat mendukung untuk orang mesum seperti Jennie melakukan hal yang tidak senonoh.

Jennie memisahkan kulit ayam untuk Lisa, pasalnya gadis itu memang tidak menyukai kulit ayam, dia pernah memiliki pengalaman tidak mengenakkan dengan kulit ayam.
Dan satu lagi alasan Lisa tidak menyukai kulit ayam yaitu karena pori-pori nya, membuatnya merinding seketika.

"Makasih." Ucapnya tersenyum kemudian mencubit pipi Jennie, ahh rasanya Jennie ingin berteriak sekarang, dia terlampau bahagia, jiwa remajanya meronta-ronta kembali.

Mendapat perlakuan seperti itu Jennie bukannya tersipu malah makin menjadi, dia mencium pipi Lisa, hanya sebatas pipi, Lisa hanya menghela napasnya, karena jantungnya tidak bisa diajak kompromi.

"Nih, buka mulutnya." Lisa menyodorkan suiran ayam kepada Jennie, Jennie membuka mulutnya tetapi Jennie tidak langsungnya melepaskan jemari Lisa, melainkan dia mengemutnya terlebih dahulu, Jennie sangatlah mesum, dengan tergesa Lisa langsung menarik jemarinya, pilihan yang salah untuk menyuapi Jennie yang mesum itu.

Lisa menatap malas kearah Jennie yang meminta untuk disuapi lagi, sudah cukup jarinya yang diemut.

"Nggak mau, nanti kamu ngelakuin hal yang aneh-aneh lagi." Lisa tetap menyuapi dirinya sendiri walaupun Jennie terlihat memelas, tetapi rasanya dia tidak tega melihat wanita itu seperti kucing jalan yang ingin meminta makanan.

"Tapi jangan diemut lagi." Jennie mengangguk antusias, padahal umurnya sudah bukan dikatakan remaja lagi tetapi sifatnya saat bersama Lisa berubah 180°.

Lisa menyuapi Jennie yang terus menatapnya dengan senyuman diwajahnya, Lisa tidak suka ditatap, dia sangat anti skinship, tetapi entah kenapa saat bersama Jennie dia mulai terbiasa.

"Aku mau main game sama Seulgi, jangan nyariin, jangan nerror.'' Rasanya Jennie tidak ingin membagi Lisa dengan siapapun, bisa dikatakan egois tetapi rasanya tidak rela saja saat Lisa mementingkan orang lain selain dirinyadirinya apalagi orang itu perempuan.

"Yaudah tapi aku ikut." Lisa menggeleng cepat.

"Janganlah, aku mau ketemu Seulgi doang, bukan yang lain, kamu kan punya komunitas IRT kumpul sama mereka aja, ngapain ngintilin aku terus." Lisa memasukkan bekas makanannya kedalam kantung plastik lalu membuangnya ke tempat sampah.

"Gak, kalo aku gak ikut mending jangan pergi." Lisa meremas tangannya, menahan kesal yang teramat, bagaiman Jennie bersikap sangat kekanakan padahal umurnya sudah jauh dibanding Lisa.

"Yasudah tapi jangan mengacau, aku mau langsung ke rumah Seulgi." Jennie sangat senang sampai-sampai memeluk Lisa lalu mengecup bibirnya(bekas ayam tuh Jen, mayan gak perlu ke McD, tinggal cipokan udah kenyang).

Kini mereka berada di rumah Seulgi, Ibu Seulgi terkejut karena Jennie datang le rumahnya, bagaimana tidak, Jennie adalah model yang sedang naik daun, entah di majalah fashion yang sering ia lihat, dimanapun terpampang wajah Jennie.

"Ternyata dilihat aslinya lebih cantik jeng." Ahh Jennie lupa mereka mungkin seumuran, kini Jennie tengah memasak dengan Ibu Seulgi, mereka mengobrol lebih tepatnya seputar masalah fashion, biasalah Ibu-ibu sosialita.

"Saya kekamar Seulgi dulu, mau nemenin kesay-- eh anak iya anak." Ucapnya gugup karena hampir saja keceplosan.

Ibu Seulgi mengangguk, sejalan dengan Jennie yang hilang dibalik pintu kamar Seulgi.

Seulgi juga tak kalah terkejutnya, ternyata Jennie yang sering ia lihat di papan Billboard's kini terlihat jauh lebih cantik dari fhoto nya, Seulgi berpikir betapa beruntungnya Lisa tetapi gadis itu malah mengacuhkan Ibu tirinya, jika itu Seulgi pasti sudah di gasskeun.

Seulgi tanpa sadar menjatuhkan handphone nya kebetulan handphone nya sedikit berat yang langsung mengenai mata kaki Lisa, Lisa memekik tertahan karena sedikit nyeri.

Jennie langsung menghampiri mereka lalu mengelus mata kaki Lisa, Seulgi dibuat menganga oleh spontanitas Jennie, kalau ibunya sudah pasti dia akan semakin dipukul, Seulgi juga ingin memiliki Ibu tiri (dasar anak durhaka)

Sosok Jennie yang diceritakan Lisa tidak seperti ini, katanya Jennie adalah monster tetapi Jennie yang dia lihat sekarang adalah sosok bidadari.

"Cantik." Ucapnya masih melongo tanpa perduli kepada Lisa, Jennie yang sejak tadi membelakangi Seulgi kini menatap gadis polos itu dengan tajam, Seulgi menjadi gelagapan sendiri.

"Makanya hati-hati untung gak berdarah kan." Jennie dalam mode garangnya membuat Seulgi sengaja mengalihkan pandangannya kearah lain, benar kata Lisa, Jennie adalah monster, mungkin lebih dari monster, dia medusa.

"Maaf tante, abisnya tante cantik saya jadi terpesona." Ucap Seulgi polos yang membuat Jennie tak jadi memarahinya, sedangkan Lisa hanya cuek dengan gamenya.

"Saya tau, kamu jangan setakut itu, panggil Mama aja seperti Lisa." Ucapnya penuh penekanan agar didengar oleh Lisa tetapi gadis itu seakan tuli.

"Kalau kakak aja gimana, soalnya kamu keliatan masih muda, malahan keliatan lebih tua anaknya daripada ibunya." Lisa tidak bergeming, masih dengan posisinya, entahlah kenapa dia menjadi lebih pendiam sekarang.

"Boleh, senyaman kamu saja Seulgi."

"Boleh saya peluk kamu kak? Kamu wangi banget."

"Tangan lu mau gue patahin?." Itu bukan Jennie tetapi Lisa.
.
.
Kemarin ada yang bilang kalau cerita ini pernah dia lihat di youtube, padahal saya sendiri tidak pernah membaca di platform manapun selain wattpad, saya ini ngorek isi otak sampe ng blank loh, saya tidak pernah mencuri karya orang lain, karena saya tau susahnya menulis dengan konsisten!!

Saya agak males nulis jadinya..

STEPCHILD [JENLISA]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang