Bab 6 - Urusan Penting

645 320 213
                                    

🕜🕜🕜

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🕜🕜🕜

Malam yang hening semakin larut. Jam di dinding sudah menunjukkan pukul 01.30 waktu setempat. Belum ada dari keduanya yang ingin beranjak dari tempat makan lalu bergegas istirahat.

"Eee, aku biar tidur di sofa aja. Lagian ini apartemen milikmu, sana istirahat!" usul Zoya memecah kecanggungan.

Galih mengangguk, "Oke."

Galih menguap lalu mengusap kedua matanya yang tiba-tiba gatal. Langkahnya sedikit gontai membuat suara alas kakinya menyaruk-nyaruk kasar di lantai. Zoya merapikan meja makan, mencuci piring dan gelas yang mereka pakai, setelahnya ia mengelap meja.

Dirasa sudah rapi dan bersih, Zoya mulai menatap tempat untuk tidurnya, yaitu sebuah sofa. Baginya tidak masalah tidur di sana, sebab sofanya cukup nyaman untuk ditiduri. Jarum jam sudah bergerak memutar dan menunjuk pada angka dua, sedangkan kedua mata Zoya masih belum merasa mengantuk.

"Ck! Ayok, bisa! Bisa, yok! Merem, yok!" suruh Zoya pada dirinya sendiri.

"Argh!!!" Zoya menggeram kesal.

Zoya berlarian ke sana ke mari supaya lekas lelah dan akhirnya bisa mengantuk. Gagal, usahanya tidak berhasil untuk tidur cepat. Cara kedua, gadis itu mencari-cari buku yang ada di dekatnya, tentu itu milik Galih. Sudah dua puluh halaman ia baca, tetapi rasa kantuk tak kunjung datang.

"ARGHHHH! GIMANA SIH?!"

"Oke, tarik napas ... buang .... tarik napas ... buang ... Ayok, pokoknya cari cara lagi biar bisa tidur."

Zoya terus menggeledah segala tempat yang ada di apartemen Galih. Hingga akhirnya ia mendapatkan sebuah mainan dengan lampu yang menawan. Mainan berbentuk kuda dengan lampu kelap-kelip sambil memutar beraturan, membuat gadis itu tertarik untuk mengambilnya.

Ia baringkan tubuhnya di sofa, lalu meletakkan mainan di meja dekat dengan kepalanya. Begitu menenangkan meski hanya mainan klasik seperti itu. Perlahan, kelopak matanya berangsur menutup dan membuatnya terjun ke dalam dunia mimpi.

Di dalam kamar bernuansa hitam putih melankolis, Galih sudah tertidur pulas sambil memeluk erat gulingnya. Sama sekali tidak menghiraukan suara aneh yang ada di luar kamarnya, tentu itu pasti ocehan Zoya. Semakin lama tidurnya semakin tenang, sudah tak terdengar suara berisik dari mulut Zoya. Hingga sekitar jam setengah tiga pagi, Galih terbangun.

"Hem, udah tidur kali," gumam Galih.

Galih beranjak dari kasur, ia berjalan menghampiri Zoya di ruang tamu. Sedikit muncul rasa iba terhadap gadis yang kini sudah tertidur pulas. Ia kembali masuk ke dalam kamar lalu mengambil selimutnya. Lalu ia mendekati Zoya, setelahnya Galih menyelimuti Zoya yang tertidur sambil meringkuk.

•••

Pria muda berseragam kantoran berjalan menuju meja makan lalu mengambil roti sarapannya. Ia makan sambil berjalan, "Saya berangkat kerja dulu," pamitnya pada gadis yang tengah sibuk menyapu lantai.

My Journalist [SUDAH TERBIT] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang