Bab 17. Terungkapnya Kasus

454 214 150
                                    

Putar dulu musiknya, ya temen2!

OKE, KALO UDAH JANGAN LUPA PENCET BINTANGNYA, YA!

OKE, KALO UDAH JANGAN LUPA PENCET BINTANGNYA, YA!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

📽📽📽


Ting! Tong!

Bel apartemen Galih berbunyi. Buru-buru ia berjalan mendekati pintu untuk melihat siapa yang bertamu. Zoya masih duduk di sofa sambil meratapi bonekanya yang rusak. Meskipun begitu, akhirnya mereka berhasil menemukan titik ujung dari kasus pembunuhan yang selama ini belum terpecahkan.

"Apa udah dipublish di berita, ya? Nonton TV aja, lah!" Zoya beringsut sedikit dari sofa, lalu menyalakan TV Galih di hadapannya.

"Farel? Kamu habis main perang-perangan sama siapa?" ucap Galih sesaat setelah melihat wajah Farel babak belur.

"Ck! Kamu sahabat macam apa, sih, Lih? Ini habis dihajar beneran, bukan main perang-perangan!" sewot Farel diiringi melangkahkan kakinya masuk ke apartemen Galih.

Zoya tercengang melihat wajah Farel yang penuh warna merah dan biru. Zoya berdiri mendekati Farel. Ia mempersilakan Farel duduk di sofa, sedangkan Galih mengambil kotak obat dan kompres air dingin.

"Duh, sakit banget pasti. Sini, Lih! Biar aku aja yang obatin." Zoya mengambil alih kotak obat dan kompres dari tangan Galih.

"Punya teman kayak Zoya pasti bikin hidup penuh warna. Perhatian, ceria, baik hati, cantik, lagi! Enggak buthek kalo temenan sama Galih," sindir Farel lirih. Ia melirik sekilas Galih yang duduk di pojok sofa sambil menonton berita di TV.

"Hahahaha ...." Zoya terkekeh. Meski fokus merawat Farel, ia tetap bisa mendengar ucapan Farel yang cukup lirih.

"Ngetawain apa?" Galih menatap tajam kedua orang di dekatnya. Farel dan Zoya saling menatap dan tersenyum jahil.

Cahaya keceriaan yang terpancar dari wajah Zoya mampu merubah suasana yang semula dingin menjadi mencair. Ditambah adanya Farel, suasana lebih meriah dan menyenangkan. Galih hanya terdiam menikmati berita di TV sambil mendengarkan percakapan Farel dan Zoya.

"Ish! Duh, sakit, Zoy ...," keluh Farel.

"Aduh, maaf, ya. Oke, pelan-pelan." Zoya mengompres wajah Farel hati-hati.

Farel melirik Galih yang duduk di sampingnya. "Eh, Zoya!"

"Hm? Kenapa?"

"Minta tolong nanti habis dikompres buatin aku kopi hangat, ya."

"Oh, oke oke. Siap!" Zoya memposisikan tangan kanannya seperti hormat bendera.

Galih melihat kedekatan antara sahabatnya dengan Zoya. Entah mengapa perasaannya kesal dan tak suka mereka berlama-lama bercanda gurau seperti itu.

Memangnya ini warkop? Minta dibuatin kopi segala, lagi. Padahal tuh kaki juga masih bisa buat jalan. Dasar, caper! Galih mencibir Farel dalam hati. Ia menatap sinis ke arah Farel.

My Journalist [SUDAH TERBIT] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang