Bab 8 - Markas Gedung Tua

601 304 206
                                    

      PENCET DULU BINTANGNYA YUK!

      PENCET DULU BINTANGNYA YUK!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🦥🦥🦥

Dentingan jarum jam tangan seorang pria terdengar lebih kencang karena sunyinya malam. Deru angin malam mengembang di udara, rintikan air hujan berangsur turun dari gumpalan awan hitam. Di roof top, di situlah Deon duduk melamun tak menghiraukan hujan akan semakin deras.

Apakah aku terkesan egois? Aku mencintai Winnie, tapi ... aku juga tidak suka melihat Zoya bersama dengan pria lain, batin Deon.

Ia meremas minuman kalengnya dan membuangnya asal, namun, tepat masuk ke dalam tempat sampah di sampingnya. Bersambung setelah ia membuang kaleng, hujan pun mengguyurnya begitu deras. Pergi? Tidak, Deon justru berdiri dan berjalan ke tengah roof top seraya merentangkan kedua tangannya.

Lama Deon hujan-hujanan, terdengar suara teriakan dari belakang. Seorang suster memanggilnya, "Docteur, il y a un nouveau patient!" ¹

"D'accord, je serai la!" ²  Pria berjas dokter itu segera menyadarkan pikirannya untuk fokus kembali pada pekerjaannya.

•••

Cuaca hari ini begitu cerah dan udara yang mendukung untuk berekreasi di Taman Jardin du Luxembourg. Di sana ada taman mawar dan rumah kaca dengan koleksi bunga anggrek, tentu menyenangkan. Bukan hanya menenangkan pikiran saja, setiap orang juga bisa melihat-lihat 106 patung, tempat pemeliharaan lebah, atau bisa juga belajar cara memelihara lebah.

Gadis yang memakai topi, masker, dan kaca mata hitam, mengambil ponsel di saku roknya. "Foto sini, ah! Bunganya pas buat background," gumam Zoya.

Cekrek!

"Kirim ke Echa, biar enggak khawatir mulu," cetus Zoya sesaat setelah berhasil menangkap jepretan fotonya beberapa kali.

"Oke, sip!"

Berhasil fotonya terkirim, kini ia duduk di kursi panjang di sudut taman. Ia hanya melihat-lihat orang-orang yang berlalu-lalang di sekitarnya, kupu-kupu yang beterbangan maupun hinggap di bunga, dan menikmati waktu sendirinya sebelum belajar lagi dengan guru galaknya.

"Masih satu jam lagi dia baru pulang. Enaknya aku ngapain, ya? Bosen duduk-duduk aja," keluhnya.

Belum menemukan ide untuk melakukan kegiatan lain mengisi waktu satu jamnya, akhirnya Zoya memutuskan untuk pulang ke apartemen Galih. Selama ia berjalan, Zoya cukup was was jika penyamarannya diketahui. Bukan karena kerumuman para penggemar yang menghampirinya, hanya saja ia tidak ingin diganggu untuk saat ini.

"Zoya Michelle?" tegur seseorang di belakangnya.

Zoya menengok ke belakang, ada seorang pria asing yang tak jauh di belakangnya sedang berlari mengampiri Zoya. Ia segera berdiri lalu berlari menghindar, terus menghindar jauh. Napas Zoya terengah-engah tak terasa keringat sudah membanjiri seluruh tubuhnya, terlebih masker hitam yang ia pakai semakin membuatnya engap.

My Journalist [SUDAH TERBIT] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang