Prolog

249 78 165
                                    

Nara, kalian bisa memanggil ku dengan nama itu. Tak banyak hal yang bisa ku ceritakan, hanya secercah rasa sakit yang terus mengudara. Terkadang aku berfikir untuk mengakhiri hidup dan segera menyusul dia ke surga. Namun, aku harus tetap berjuang disini agar dia tidak kecewa kepada ku. Sembilu sembilu luka terus menghujaniku tanpa ampun, seakan semesta benar benar menghukum diriku.

21 Januari. Aku membenci tanggal itu, sangat. Dulu, aku sangat menantikan tanggal itu, dimana akan ada pesta meriah menyambut ku dengan gaun indah. Namun sekarang tidak lagi, jangankan menanti, mendengarnya saja mataku akan memerah menahan air mata. Banyak orang yang bertanya, kenapa aku membenci tanggal kelahiran ku ini? Aku mempunyai segudang alasan kenapa aku tidak menyukainya.

Semua bermula dari mama yang sedang berada diluar kota bersama ayah, aku merengek kepada mereka untuk segera pulang dan membelikan hadiah untukku. Karena situasi untuk pulang tidak memungkinkan, ayah memarahiku dan berkata akan pulang minggu depan. Aku tidak memperdulikan omongan ayah, aku masih saja merayu mama untuk pulang. Tidak tega melihat diriku merengek, akhirnya mama membujuk ayah untuk pulang. Namun ayah menolaknya karena masih mempunyai pekerjaan pada saat itu, dan akhirnya mama memutuskan pulang sendiri untuk merayakan ulang tahun ku.

Namun siapa yang menyangka, mama mengalami kecelakaan dan tewas ditempat. Hancur? Tentu saja aku hancur ketika itu, kecelakaan itu disebabkan mobil yang dikendalikan mama mengalami rem blong, jangan lupa dengan cuaca yang sedang hujan lebat waktu itu mengakibatkan mama panik dan berakhir menabrak pembatas jalan.

Dari situ, dimulai lah kisah kelam ku, ayah yang dulu sangat menyayangi ku sekarang sangat membenci ku. Terkadang ia tidak segan segan memukul ku, menarik ku di keramaian. Menuntut ku untuk mempunyai nilai sempurna, padahal ayah tau. Aku tidak cukup handal dalam bidang akademik, aku mempunyai bakat dibidang seni. Namun seakan buta dengan kemampuan yang aku punya. Ayah menghentikan semua les tari, music, dan melukis yang aku kuasai, ia menggantinya dengan buku buku yang sebenarnya bukan ahliku.

Aku ingat betul ketika ayah menarik lengan ku dengan kasar didepan teman-teman sekolah ku. Aku tau sebabnya, karena itu aku hanya diam dan menahan setiap pukulan pukulan yang ayah layangkan ketubuhku. Dia menghardik dan membentak, aku merindukan sosok ayah yang dulu, ayah yang slalu memperlakukan ku dengan baik dan lembut. Kenyataan nya itu hanyalah kenangan, sekarang ia sudah menjelma menjadi moster yang siap menghabisiku kapan pun. Kadang aku berfikir, apakah aku memang putri dari monster ini, namun aku slalu menepisnya dari pikiran ku, aku yakin ini hanya sementara dan semua akan kembali baik baik saja. Namun aku salah besar, ini tidak pernah berakhir. Ayah bahkan lebih menyayangi saudara tiri ku.

Namun, aku sangat bersyukur mempunyai sahabat yang sangat mengerti dengan diri ini, sebut saja namanya Bintang dan Jihan. Mereka selalu menemaniku disaat aku terpuruk, mendukung semua yang aku suka. Sayangnya itu tak lama, semuanya hilang begitu cepat. Apa kalian percaya dengan kutukan 3 persahabatan? Ya, sekarang aku percaya dengan itu. Dimana persahabatan kita hancur hanya karena cinta. Aku sempat menjalin kasih dengan sahabat ku Bintang, ternyata Jihan tidak menyukai hubungan kami. Aku tidak tau kalau Jihan menyukai Bintang, tapi tak apa. Persahabatan kita mulai sehat setelah Jihan mau mengalah untuk kami.

Bintang, laki laki yang slalu aku banggakan, ia yang mengembalikan rasa percayaku kepada pria, setelah dihancurkan oleh ayah tentunya. Ia datang dan menghapus luka-luka di hati kecilku. Na'asnya ia berbohong kepadaku, ia berbohong dengan kondisinya. Bintang mengalami kanker otak stadium akhir, namun ia menyembunyikan semua itu dari ku, hanya aku. Aku hancur, menatap nanar tubuh tanpa jiwa.

Sekarang bagaimana aku bisa melanjutkan duniaku? bagaimana aku akan menempuh asa kehidupan? rasa takut kehilangan terus saja menghantui. Aku berharap semua akan baik-baik saja, keluarga, persahabatan, cinta dan diri yang mulai rapuh. Ya, semoga. Jangan lagi, aku akan benar benar menyerah jika itu terjadi.

Hallo prenaku datang dengan Nara nihDisini aku menggunakan sudut pandang tokoh utama yaJadi jangan bingungJangan lupa komen and votenya prenBiar akunya tambah semangat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hallo pren
aku datang dengan Nara nih
Disini aku menggunakan sudut pandang tokoh utama ya
Jadi jangan bingung
Jangan lupa komen and votenya pren
Biar akunya tambah semangat

RAIN NARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang