"Ra, gw janji bakal buat lo bahagia disisa hidup gw, walaupun gw tau itu tidak akan lama, tapi gw akan tetap berjuang untuk lo Ra," batin Bintang dengan tatapan kosongnya.
Flashback Bintang on
Seorang bocah berusia 10 tahun itu sedang terbaring lemah di ranjang pesakitan, tubuhnya dipenuhi dengan alat yang membantunya bertahan hidup. Sudah 5 bulan lamanya bocah itu terkapar dengan persetanan rasa sakit.
" Dok, bagaimana kondisi anak saya?" sahut seorang ibu dengan mata sembab nya.
"Tenang lah sayang, anak kita akan baik baik saja"
"Seperti nya keajaiban sedang terjadi kepada Bintang, anak itu berhasil keluar dari masa kritisnya dan sekarang kita hanya menunggu Bintang untuk kembali, untuk bapak dan ibu jangan lupa slalu mengajak Bintang mengobrol walau kita tau dia tidak akan merespon, namun itu sangat baik untuk kesehatan nya." Penjelasan seorang dokter yang menangani Bintang selama dirawat.
Dan benar saja Bintang bangun setelah 1 hari dinyatakan keluar dari masa kritisnya Dan kondisinya pun mulai membaik.
Seseorang masuk keruangan pesakitan bocah itu dengan secarik berkas ditangan nya.
"Bagaimana kabar kamu Bintang?" Tanya dokter itu dengan senyum merekah seperti tak akan luntur.
"Saya baik dok" Sahut Bintang yang sambil disuapi jeruk oleh sang ibu.
"Saya ada kabar baik untuk kalian semua."
"Kabar apa itu dok?" Tanya penasaran kedua orang tua Bintang.
"Bintang akan diperkirakan sembuh jika melakukan kemoterapi terakhirnya minggu depan." Antusias dokter itu, bagaimana tidak, pasien kecil yang tak sepantasnya menanggung sakit yang luar biasa itu akan bebas menikmati dunia anak anaknya.
Dan sampai hari itu pun tiba, benar saja sekarang Bintang sudah dinyatakan sembuh dari penyakit yang Merenggoki nya.
Setelah kesembuhan Bintang keluarga nya berencana untuk tinggal di New York karena ayah Bintang mendapat kan pekerjaan yang menjanjikan disana.
Tahun demi tahun pun berlalu, sekarang Bintang sudah menginjak umur 17 tahun. Namun di sweet seventeen nya ia mendapat kado yang sangat menyayat hati.
Penyakit yang dulu sudah pergi darinya kini menghampiri nya lagi dengan kondisi yang lebih parah. Ayah Bintang memutuskan mengirim Bintang untuk kembali ke tanah kelahiran nya untuk Menemui dokter yang dulu pernah menangani nya waktu Bintang sekarat.
Namun di saat Bintang ingin menyerah ia bertemu dengan gadis seperti Nara dijalan, menurut Bintang sungguh aneh cerita pertemuan mereka. Namun itu mampu membuat Bintang ingin berjuang sembuh lagi.
Flasback off
Tak terasa manik coklat itu meneteskan air mata yang sedari tadi ia bendung, terbayang rasa sakit yang selalu bisa membuat Bintang menyerah dengan hidupnya. Ia sudah merancang masa tua dengan sangat indah, namun brengseknya penyakit sialan itu muncul lagi setelah bertahun-tahun hilang. Tak jarang Bintang menangis dalam diam, ia lelah.
Disisi lain Jihan tampak gusar, sedari tadi ia tak bisa fokus terhadap materi yang diterangkan Pak Edi, guru biologi. Sudah 3 jam berlalu, dan Bintang belum kembali, mampu membuat Jihan sedikit cemas. Bagaimana tidak, pak Edi adalah salah satu guru killer. Sepertinya Bintang harus siap untuk membersihkan wc satu sekolah jika ia tak segera datang.
Wajah gusar itu dapat ditangkap oleh manik pemilik surai hitam yang duduk di sebelah Jihan. Seakan ingin bertanya, tapi tak berani, itulah yang dirasakan Nara saat ini. Namun penasaran nya lebih dominan sekarang, sehingga ia memberanikan diri untuk bertanya. "Lo kenapa Ji? Dari tadi gelisah mulu." Tanyanya tanpa mengalihkan pandangan dari pak Edi.
Jihan meremas jarinya, apa ia harus jujur tentang rasa khawatir nya. "Mmmm itu- Bintang belum kembali juga." Ucapnya sedikit berbisik.
Mata Nara menelisik setiap ruangan kelas, dan benar saja tak ada Bintang. Kenapa Nara tidak sadar kalau bocah itu tidak ada disini, gadis itu menggaruk tengkuknya.
"Yaudah, biar gw yang cari Bintang." Nara sedikit berbisik di telinga Jihan.
Seketika Jihan membolakan matanya, bagaimana bisa Nara mencari Bintang di jam PBM seperti ini. "Lo gila ya? Ini jam PBM bodo. Gimana mau nyarinya?" Umpat Jihan yang mendapat delikan malas dari Nara.
Seakan tak menghiraukan pertanyaan Jihan, Nara mengangkat salah satu tangannya tanda izin permisi. Pak Edi yang melihat lambaian tangan nara, bertanya dengan sedikit ketus. Karena merasa penjelasan nya terpotong. "Kemana kamu?" Tanyanya kepada Nara yang sudah berdiri.
"Saya izin pak. Mau ke wc,"
"Yaudah! Jangan lama-lama! Ingat," ucap pak Edi penuh penekanan.
Setelah mendapat izin keluar, Nara berjalan santai di lorong-lorong sekolah yang tampak sepi. Menimang nimang dimana Bintang berada, ia mengirup udara pelan. Pikirannya teringat dengan perkataan Jihan beberapa menit yang lalu 'tadi dia gw tinggalin di taman' sepenggal kalimat yang di dengar Nara. Dengan langkah cepat Nara segera menuju taman sekolah yang tak terlalu jauh .
Manik sipemilik surai hitam itu terlihat sendu ketika melihat siluet Bintang yang duduk di bangku taman. Dapat ia lihat tatapan kosong disana, Nara berjalan pelan ke arah Bintang. Membuyarkan lamunan panjangnya. "Kenapa masih disini? Pelajaran sudah dimulai dari 3 jam yang lalu. Lo bisa-bisa dihukum pak Edi kalau berani membolos." Ucap Nara menepuk pundak Bintang.
"Hah, lo Ra. Bikin gw jantungan aja," kaget Bintang.
Nara tersenyum lembut, "ada apa? tumben-tumbenan lo bolos kek gini. Ada masalah?"
"Harusnya gw yang nanya kek gitu,"
"Nanya apa?" tiba-tiba Jihan datang dari belakang, berhasil membuat dua jantung Bintang dan Nara hampir copot, canda.
Bintang yang kesal berhasil memberi jitakan di jidat manis Jihan, "lo benar-benar ya! Kek jailangkung aja. Pergi bareng ayang pulang jalan kaki," sahut Bintang kesal.
"Pergi tak di antar, pulang ga dijemput begooooo," Jihan merotasi matanya malas, kesal dia mah ngomong sama Bintang.
"Ya! ya! Sama aja,"
Udah, berantem mulu heran. Sekali-kali akur kek." Ucap Nara melerai debat yang tidak penting itu. "Sekarang ayok masuk kelas!" Lanjutnya dengan berjalan santai mendahului Bintang dan Jihan.

Kira kira Bintang lagi nyembunyiin apa ya?
KAMU SEDANG MEMBACA
RAIN NARA
Ficción General"Jika akhir dari semua ini tetaplah kematian, lalu untuk apa bersusah payah mencari tujuan disaat kita tidak diberi pilihan." "Aku tidak menyangka ternyata kau seputus asa itu. Kau salah jika beranggapan kita tidak diberi pilihan Nara. Kita bisa mem...