Oke, kalimat itu terngiang ngiang dalam ingatan Nara, apa maksud dari sahabatnya ini? Suasana berubah menjadi canggung membuat Nara menjadi kurang nyaman. Dengan ragu ia menanyakan kembali maksud Bintang itu.
"Maksud lo tadi apa Bin?"
"Oo-oh iit-itu." Bintang menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, mencoba mencari alasan yang bisa mengalihkan Nara.
"Itu apa?"
"Ada bintang jatuh tadi hahaha iya itu. Bintang jatuh." Jarinya menunjuk ke arah hamparan bintang yang ada di langit.
Nara melihat gelagat Bintang yang sedikit aneh menurutnya. Namun sebisa mungkin Nara menepisnya. Ia percaya Bintang akan cerita jika sudah siap.
"Bin. Gw pengen masuk." Ujar Nara memecah kecanggungan.
Pemuda itu berdiri terlebih dahulu, memberikan tangannya untuk segera digapai oleh Nara, agar mudah untuk berdiri. "Yaudah, ayok!"
Ingatkan ada hati yang terluka mendengar percakapan mereka. Jihan, ia kembali kerumah sakit setelah beradu argumen dengan kakaknya. Niat ingin melupakan masalahnya dengan bertemu kedua sahabatnya. Namun ia melihat Bintang dan Jihan sedang duduk di taman dengan Bintang yang terlihat begitu mengangumi Nara.
Jihan mendengar semua percakapan antara Bintang dan Nara, Jihan juga tau Bintang sangat mencintai Nara. Jihan adalah tempat Bintang mencurahkan perasaannya terhadap Nara, namun satu hal yang Bintang tidak tau. Tentang perasaan Jihan, tentang perasaan yang dipendam dalam oleh Jihan. Merasa sakit di ulu hati. Jihan lebih memilih untuk kembali pulang, ia tidak mau menggangu momen diantara Bintang dan Nara.
Mengusap air matanya kasar dan segera membawa mobil yang ia kendarai dengan kecepatan tinggi. Jihan memilih berhenti di salah satu jembatan yang agak sepi. Berjalan dengan agak terseok menuju pinggir jembatan itu. Membiarkan air mata yang luruh, digenggam erat pembatas jembatan dengan perasaan yang menderu sakit. Biarkan Jihan berteriak sekarang, harapannya untuk Bintang sudah hancur.
"ARGGGHHH GW BENCI SUASANA BEGINI, KENAPA GW HARUS MENCINTAI LO SEDALAM INI. GW BENCI LO LEBIH MILIH NARA DARIPADA GW. GW BENCI LO TIDAK PERNAH TAU PERASAAN GW BINTANG. GW BENCI!!"
Dadanya begitu penuh sesak, Jihan menangis dengan tersedu-sedu. Salahkah ia mencintai seseorang yang sudah menjadi sahabatnya. Menyakitkan.
Sedangkan dirumah sakit, Bintang sedang memperhatikan pahatan yang maha kuasa terhadap Nara, sangat indah. Senyum di bibirnya merekah, menyelipkan beberapa rambut Nara yang mengganggu. Menggenggam tangan itu seperti genggaman itu akan hilang.
Nara terlelap setelah mendengarkan dongeng dari Bintang, untuk kesekian kalinya perasaan takut menghampiri Bintang. Takut ia akan meninggalkan permata nya ini, takut jika permatanya terluka. Tapi tak apa, selagi ia hidup, ia tidak akan membiarkan pria tua itu menyakiti Nara lagi.
^^^^^~^^^^^
Pagi ini Nara sudah diperbolehkan untuk pulang, ia menunggu Bintang yang sedang mencari sarapan, sebenarnya sarapan Nara sudah disiapkan oleh rumah sakit. Namun ia merengek ingin makan makanan siap saji, menurutnya makanan rumah sakit itu hambar. Atensinya setia pada kupu kupu cantik dengan sayap biru, matanya mengikuti kemana kupu kupu itu terbang. Namun atensinya beralih ke arah Jihan yang sedang bersama Bintang. Desiran hangat menyambut 2 sahabatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAIN NARA
Fiction générale"Jika akhir dari semua ini tetaplah kematian, lalu untuk apa bersusah payah mencari tujuan disaat kita tidak diberi pilihan." "Aku tidak menyangka ternyata kau seputus asa itu. Kau salah jika beranggapan kita tidak diberi pilihan Nara. Kita bisa mem...