'Bin jangan kambuh dulu please, disini masih ada Nara.' monolognya didalam hati.
Nara tidak menyadari perubahan pada raut wajah Bintang yang sudah kentara dalam menahan rasa sakit, antensinya masih setia dengan keindahan langit malam yang selalu menjadi tempat pelariannya di waktu ia benar-benar down.
Bintang merangkul tubuh mungil Nara untuk menyalurkan rasa hangat kepada Nara yang sudah terisak pelan. Dirasa Bintang sudah tidak kuat dengan rasa sakit di kepalanya, Bintang mencoba mengajak Nara untuk segera masuk. Melepas rangkulannya pada tubuh gadis itu. "Ra.... Masuk yuk! Ini udah terlalu larut. Ga baik untuk kesehatan lo." Ucapnya mulai berdiri di hadapan Nara, tangannya terjulur untuk membantu Nara berdiri dengan mudah, Nara mengangguk tanda mengiyakan.
^^^^^^^^^^
Nara merebahkan tubuhnya yang sudah lelahnya dengan hati-hati, menggantung infusnya kembali kepada tempatnya. Ia meraba luka yang sudah di perban dengan pelan, terbayang malam dimana ia begitu naif untuk mati. Lamunan Nara buyar setelah Bintang memegang pundaknya pelan. "Ra...., gw mau ke toilet dulu, lo tidak apa-apa sendiri dulu?"
"Gw tidak apa-apa kok, santai aja. Yaudah sana!" Jawabnya.
"Yaudah, nanti kalau ada apa-apa lo langsung kabarin gw, ya!" Ucapnya hati-hati, takut Nara curiga dengan perubahan suaranya yang sedang menahan rasa sakit.
"ay....ay..... Siap kapten!" Jawab Nara sambil melakukan sikap hormat.
Bintang berjalan dengan langkah lebar untuk menjauhi ruangan Nara, mencari ruang kosong di lorong sepi itu. Matanya tertuju pada sebuah ruangan yang tampak redup dan pintu yang sedikit terbuka, segera ia berjalan ke arah ruangan itu sampai brakkk bunyi pintu yang terhempas sangat kuat. Lutut itu terhantam kerasnya lantai rumah sakit, Bintang menjambak rambutnya kasar. Hidungnya mengucur darah kental nan sega "agrhhhh!" Lenguhnya tertahan.
"Jangan sekarang tuhan! Aku mohon!" Ucapnya lirih dengan derai air mata yang sudah bercampur dengan amisnya darah.
Pandangan nya menjadi sedikit buram, namun dapat ia dengar ada langkah kaki yang menuju ke arahnya. Ia tak tau pasti siapa orang itu, yang jelas ia sangat bersyukur ada orang yang akan menolongnya.
"Bintanggg......." Terdengar teriakan nyaring dari arah pintu, "heyy...... Bintang lo kenapa??" Tanya gadis itu sedikit berlari ke arah Bintang.
"To-tol...long." ucapnya terbata sebelum kegelapan mengecap indera coklat itu.
Jihan mengoyang-goyangkan tubuh Bintang, ia berharap ini hanya sebuah candaan yang sering Bintang lakukan dulu. Namun dilihat dari kondisi saat ini, ini bukanlah candaan. jihan panik, ia harus bagaimana, ia berlari dengan cepat ke arah UGD untuk segera mendapatkan bantuan.
Jihan POV
Ra....., gw lagi di kantin rumah sakit nih,
lo mau nitip sesuatu tidak?Gw titip coklat panas satu, ya!
Oke siap, si Bintang mau apaan?
Lo samain aja.
Bintang lagi ke toilet
Buruan kesini
Gw ditinggal sendirian disini!Yaudah sebentar lagi gw nyampe.
Jihan mematikan HP nya, sesegera mungkin memesan coklat panas pesanan Nara. Tidak perlu waktu lama pesanan nya sudah selesai dan Jihan langsung membayar pesanan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAIN NARA
General Fiction"Jika akhir dari semua ini tetaplah kematian, lalu untuk apa bersusah payah mencari tujuan disaat kita tidak diberi pilihan." "Aku tidak menyangka ternyata kau seputus asa itu. Kau salah jika beranggapan kita tidak diberi pilihan Nara. Kita bisa mem...