Klandestin 06

18.7K 1.8K 3
                                    


06. Tentang letta

Tercengang. Begitulah keadaan Letta saat ini. Peti yang baru dia temukan itu berisi foto foto serta satu buah buku berwarna pastel. Ia tebak buku itu adalah diary milik Letta asli.

Bukannya mengambil diary itu, Letta malah mengambil salah satu foto yang berada dalam peti itu.

Tangannya bergetar ketika melihat foto itu, air matanya meluruh semakin deras. Gadis itu membekap mulutnya agar suara isakannya teredam.

Foto itu berisi dua orang anak kecil tengah saling merangkul dengan senyum lebar mereka.

Foto yang terlihat sangat usang itu mampu membuat dia membuka kenangan indah di dunia nyatanya.

Foto itu tak lain dan tak bukan berisi dirinya yang masih kecil dengan sesosok anak laki laki, dia adiknya.

Air mata semakin deras meluncur dari mata cantiknya.

"Hiks...hikss Vian kakak kangen" lirih gadis itu.

Masih ingat bukan jika pertama kali Letta-- Febi melihat wajahnya Letta adalah gambaran Letta jika dia glow up?

Difoto itu, dia melihat dirinya sendiri dengan adiknya.

Letta membalikan foto itu disana tertulis nama letta dan nama anak itu. Hal ini tidak pernah dijelaskan dalam novel. Gadis itu sempat kaget namun kekagetannya berganti kesedihan.

Kerinduan mendalam pada sang adik.

Pertanyaannya adalah siapa anak laki laki yang menyerupai adiknya itu?

Garlleta febiolla
Adimas Daksa Amerta

Amerta? Nama belakang itu mirip dengan namanya. Sebenarnya apa yang terjadi??

Kepala Letta mendadak pusing ingatan asing mulai menyerbu otaknya. Jantungnya berdetak begitu cepatnya.

"ARGGHHHH"

"LETTA!!!"

###

Sementara itu beberapa menit sebelumnya, Bryan tengah berjalan dengan santainya menuju kamar miliknya.

Kamarnya berada tepat disebelah kamar Letta. Saat melewati kamar Letta, alis bryan terangkat satu.

Dilihatnya sang adik tengah duduk bersimpuh dengan memegang sebuah foto ditangannya serta isakan tangis yang terdengar pilu.

Semula Bryan hanya membiarkannya saja. Jiwa keponya meronta ronta ingin meminta penjelasan dari gadis itu namun sebelum ia masuk, gadis itu berteriak histeris dan setelah itu pingsan.

"LETTA!!!"

Bryan berlari  dan memanggil manggil sang mama. Wajah panik terpampang dengan jelas pada wajah rupawan Bryan.

Padahal dulu sewaktu dia membully Letta, tak ada secuil pun kepanikan yang terlihat diwajahnya.

Entah itu karena benar benar tak peduli atau karena peduli tetapi menjaga gengsinya.

Dengan tergopoh gopoh mama Dyah menghampiri putrinya itu. Wajahnya berkeringat, takut takut terjadi sesuatu yang buruk pada putrinya itu.

Sekali lagi , dulu ketika melihat Letta pulang dengan keadaan berantakan, wanita itu hanya membiarkan Letta tanpa mau peduli pada gadis itu.

Namun karena terungkapnya suatu fakta, membuat mereka benar benar berubah menyanyangi Letta layaknya putri keluarga itu.

Sayangnya, apakah mereka tau kalau jiwa yang mengisi raga Letta ini berbeda?

Klandestin [End] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang