Klandestin 35

8.1K 844 13
                                    


35. Tunggu aku!

Setuju nggak kalau apa yang Tuhan rencanakan pasti yang terbaik buat kita?

Niel bersyukur, dengan dirinya terjebak dalam novel yang dirinya buat sendiri dia bisa bertemu Letta.

Atau bisa dipanggil Febi.

Febi dan Axel memiliki nasib yang sama. Mereka berdua saling mengerti perasaan masing masing walaupun kadang Niel sendiri kerap menjahili gadis yang menyandang status pacarnya itu.

Tidak terasa, sudah satu tahun Letta berada di tempat ini. Dan hari ini adalah hari yang ditunggu tunggu pun tiba. Niel lulus dengan nilai sempurna.

Saat ini bahkan cowok jangkung itu tengah mengenakan pakaian wisudanya. Acara wisuda memang telah selesai dan saat ini adalah sesi foto foto ria.

Letta memghampiri Niel dengan buket bunga ditangannya. Cewek itu tersenyum dengan manisnya ke arah Niel. Tatapan mereka beradu.

Letta mendekat ke arah Niel lalu menyerahkan buket bunga itu.

"Ciee udah wisuda!!" Ucap Letta masih dengan senyum manisnya. Niel mengacak pelan rambut Letta.

"Makasih sayang" ucap Niel tulus.

"APE NIH SAYANG SAYANGAN?!" heboh gio lalu merangkul Niel.

"Udah bucin Mulu ni dua manusia!" Gerutu jevon.

"Alah! Bilang aja Lo iri kan?" Tuduh Bryan dengan Reyhan yang nempel disampingnya.

"Reyhan dari tadi nempel Mulu sama Bryan, gue curiga deh sama kalian berdua?" Tuduh Aldo dengan tatapan menyelidiknya.

"Curiga apa Lo?!" Ucap Bryan dengan nada ngegasnya lalu menghempaskan tangan Reyhan.

"Sakit bangsat!" Umpat Reyhan sampe air ludah nya muncrat ke muka Niel.

Niel hanya menghela nafas pelan lalu mengusap wajahnya. Salah apa dia coba sehingga wajah tampannya harus tersembur air ludah teman laknatnya itu.

"Rasain!"

"Letta! Masa Lo cuma ngasih ke pacar Lo, ke Abang Lo mana nih?" Ucap Bryan dengan bibir melengkung kebawah.

"Gue lupa bang!" Ucap Letta lalu nyengir.

"Sabar teman!" Ucap jevon seraya ngakak dibarengi yang lain juga.

"Sialan!" Desis Bryan dengan tatapan sebal bin kesal.

Tidak lama kemudian, kedua orang tua Bryan datang dan tersenyum kearah anaknya itu.

"Selamat anakku sayang!" Ucap mama Dyah seraya memeluk Bryan. Dalam hati Bryan mencibir 'sayang apa nya? Fasilitas gue dicabut!'

Untung Bryan masih ingat kalau sedari kecil orang tuanya lah yang merawatnya.

"Hmm ya!" Ucap Bryan dengan nada canggung. Setelah kejadian perdebatan yang mengakibatkan Bryan dicabut fasilitasnya, ia tidak sedekat dulu dengan orang tuanya.

Ia terkesan malah menjauh.

"Papa bangga sama kamu!" Ucap sang papa dengan mengelus kepala anaknya.

Ditempatnya lagi lagi Letta mencibir. Niel yang melihat Letta menirukan bicara kedua orang tua Bryan pun terkekeh kecil.

Bukan Niel saja tapi teman teman Bryan yang lain juga.

Ga ada ahlak emang!

Dasar durhaka!

"Eh, Letta!" Ucap mama Dyah lalu menghampiri Letta yang mengalihkan pandangannya. Malas menatap wanita itu.

"Letta belum bisa maafin mama ya?"

Klandestin [End] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang