Klandestin 11

16.4K 1.6K 7
                                    


11. Sama kaya covid-19

Menurut Febi pribadi, dia gak pengen sih sahabatan lagi sama Tasya dan Alan tapi berhubung ini bukan tubuh miliknya, ia akan berusaha .

Tergantung pada Tasya sih, dia mau nggak merjuangin hubungan persahabatan yang udah kandas itu? Kalo dia gak mau ya, buat apa Febi berjuang?

Toh gak ada keuntungannya.

Di isi novel dulu, hanya diceritakan bahwa Tasya dan Alan adalah sahabat Letta, namun bagian Tasya dan Alan ingin kembali membangun persahabatan yang hancur itu tidak tertulis. Mungkin karena alur ceritanya sudah selesai.

Sudah dua hari terhitung semenjak kejadian makan seblak bareng kakaknya, Tasya mencoba mendekatinya.

Letta hanya cuek saja. Berbicara jika ditanya, itu pun dengan jawaban singkat dan simpel.

"Let, ayo ke kantin!" Ajak tasya saat istirahat kedua.

"Bentar." Ucap Letta sambil membereskan buku bukunya.

Letta berdiri dan langsung berjalan begitu saja. Tasya, menghela nafas pelan.

"Tungguin!! Ih main tinggal aja Lo mah!" Protes Tasya yang hanya mendapat senyum tipis dari Letta.

Tasya mengerucutkan bibirnya.

Sesampainya mereka berdua dikantin, Letta langsung memilih membeli nasi goreng dan diikuti oleh Tasya. Setelah pesanan mereka berdua selesai, Letta memilih bangku tentu saja diikuti oleh Tasya.

"Letta." Panggil Tasya.

Letta mengangkat kepalanya.

"Gue boleh gak main ke rumah Lo?" Tanya dia, Letta hanya mengangguk.

"Lo sejak kapan suka timun?"

Letta tersedak dan membuat Tasya panik karenanya. Buru buru gadis berkacamata itu memberikan minum kepada Letta.

"Tadi gue makan timun?" Tanya Letta balik yang mendapat anggukan dari Tasya.

"Pantes aja rasanya aneh." Gumam Letta yang mendapat kekehan dari Tasya.

"Ngapain ketawa?" Ketus Letta.

"Nggak! Lucu aja Lo nya."

"Gue dari dulu emang lucu kalo Lo lupa!" Balas Letta dejga kepedean tingkat dewanya. Tasya hanya mengangguk setuju lalu melanjutkan acara makannya.

Cukup lama mereka berdua membisu hingga tiba tiba seseorang duduk disamping letta. Letta melirik sekilas namun ia abaikan. Tapi ketika menyadari siapa orang itu, mata Letta memelotot.

Letta yang terkejutpun otomatis langsung menjaga jarak yang naas nya gadis manis itu malah jatuh ke lantai.

"Aduh! Sialan!" Desis gadis itu. Baru juga pantatnya sembuh dari acara dijatuhin Niel ini malah jatuh lagi.

"Anjir! Lo gak papa?" Tanya orang itu khawatir.

"Gak papa gundulmu !" Ucap Letta sebal lalu segera berdiri dan duduk kembali. Sebenarnya dia malu. Pake banget malah.

"Ngapain sih Lo kesini?!" Ketus Letta yang ditanggapi kekehan dari Alan dan Tasya.

"Ga usah ketawa!" Sebal gadis itu dengan mengerucutkan bibir.

"Lucu banget dah mantan sahabat gue ini!" Puji Alan dengan tangan hendak mencubit pipi gadis itu namun Letta mengelak.

"Apa sih Lo! Dari dulu kali gue lucu! Gak nyadar Lo?" Ucap Letta dengan mengibaskan rambutnya.

Klandestin [End] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang