Klandestin 20

13K 1.3K 16
                                    


20. Masih gantengan gue - Niel

Letta memandangi malam yang bertaburan bintang itu dengan senyum tipisnya.

Entah apa yang gadis itu pikirkan sehingga mampu menimbulkan senyum dibibirnya. Daniel yang melihat sang adik tengah tersenyum pun ikut tersenyum. Lantas laki laki jangkung itu menghampiri sang adik.

"Seneng banget?" Ujar Daniel setelah berada tepat dibelakang Letta. Letta menoleh ke belakang dan mendapati kakaknya itu dengan balutan kaos hitam serta celana training hitam melekat pas pada tubuh itu.

"Hehe, seneng dong! Kakak sini deh!" Ujarnya lalu mengode Danie agar mendekat kearahnya. Daniel pun menurut.

Saat ini mereka berdua tengah berada di teras rumah. Ulang tahun Letta pun sudah lewat empat hari yang lalu. Daniel ikut berdiri disamping gadis itu. Letta memandang keatas langit.

"Salah satu dari mereka, pasti Letta kan?" Tanya gadis itu. Daniel pun ikut memandang kearah langit lalu mengangguk.

"Iya. Letta anak baik!" Ujarnya dengan tatapan sendu.

"Letta emang baik kak! Dia baik banget! Dia ngasih kehidupannya buat Febi. Febi bahkan kayanya nggak layak nempatin tubuh ini." Ucap Letta lalu menunduk.

"Siapa bilang?" Tanya Daniel lalu memegang kedua bahu Letta dengan senyum hangatnya.

"Kamu layak kok, seharusnya kami yang gak layak Nerima orang sebaik kamu dan Letta." Ujarnya lalu memeluk Letta dengan erat seakan akan tidak mau gadis itu pergi lagi darinya.

Walaupun adiknya telah pergi, namun raga dan rasa tetap sama.

Walaupun jiwa itu telah berbeda, mereka tetap sama. Mereka terlalu baik untuk keluarganya.

Letta dan Febi. Mereka berdua sungguh anugrah terindah yang diberikan Tuhan untuk keluarganya.

Mungkin ini cara Tuhan untuk menyadarkan Daniel dan keluarganya betapa berharganya gadis itu. Meski terlambat menyadarinya, ia bertekad untuk menebus semua rasa bersalahnya lewat Febi.

###

"Raden, Lo jangan bilang tertarik sama Letta?" Tanya Revan tidak percaya. Raden hanya tersenyum tanpa mengatakan sepatah katapun.

Tentu saja hal itu mendapat sorakan tidak percaya dari kedua temannya.

"Anjir!" Umpat Kiki.

"Lo beneran tertarik sama Letta?" Tanya Kiki memastikan.

"Kalo iya kenapa? Gak boleh?" Tanya Raden balik dengan alis memicing satu.

Kedua sahabatnya tampak tercengang. Mereka takut, ini adalah sifat terburuk dari seorang Raden. Jika laki laki itu sudah menginginkan sesuatu, laki laki itu akan berusaha mendapatkannya apapun resikonya.

Raden tersenyum miring.

"Dia punya gue!" Gumamnya.

Waahh sinting - author

###

Disisi lain Letta mendengus kesal karena sedari tadi ia mengoceh tidak ditanggapi apapun oleh Niel yang sibuk membaca novel. Gadis itu memberenggut kesal lalu berdiri tapi duduk kembali.

"Hih! Gue bicara dengerin kenap sih?!" Ujar Letta gemas dengan tangan bersedekap.

"HM"

"Kak Niel!!! Dengerin kekk ihh!!" Sebal gadis itu lalu menggebrak meja kasar. Niel terlonjak kaget lalu menatap tajam sang pelaku yang nampak memberenggut kesal.

Klandestin [End] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang