Klandestin 09

16.8K 1.7K 17
                                    


09. Tentang Letta dan temannya


"pah, mah kayanya yang dibilang dokter bener mengenai keadaan letta." Ujar Bryan disertai helaan nafas berat. Saat ini mereka sekeluarga tanpa adanya Letta tengah berbincang serius.

"Maksud kamu?" Tanya sang papa.

"Maksud Bryan itu, Letta depresi dan melupakan sebagian ingatannya" jawab Bryan yang mendapat respon terkejut dari keluarganya.

"Dia gak inget tentang apa aja?" Tanya Daniel setelah beberapa saat terjadi keheningan .

"Tentang Dimas" jawab Bryan yang membuat mereka membelalakkan matanya.

"Dia tanya ke Bryan Dimas itu siapa terus Bryan jelasin ke Letta. Sama penyebab kita semua benci Letta dan cuek ke Letta." Ucap Bryan dengan kepala menunduk.

Sementara itu Dyah dan Bagas, mama dan papa Letta tampak sedih mendengar kenyataan pahit tersebut.

Letta menguping pembicaraan mereka berempat. Senyum tipis tersungging pada bibirnya

"Sayangnya, penyesalan kalian telat. Letta udah gak ada." Ujar Letta dengan nada sendunya. Tatapan Letta kosong. Gadis dengan rambut panjang itu lalu pergi tanpa sepengetahuan mereka.

Baru bangun tidur aja udah kaya gini. Moodnya menjadi buruk. Untungnya hari Sabtu jadi dia tidak akan membolos lagi disekolah.

Entahlah setelah tiba di novel ini, gadis itu lebih nakal dibanding didunianya dulu. Jika dulu dia anti membolos maka sekarang beda lagi.

Walaupun setiap mengumpulkan tugas ia selalu terlambat dulunya tapi untuk membolos ia pikir dua kali dulu.

Lagi gadis itu menghela nafas pelan.

Bagaimana ya reaksi keluarga ini jika tau bahwa jiwa Letta sudah tidak ada? Apakah mereka akan marah dan mengusirnya? Gadis itu bergidik ngeri.

Sebaiknya dia mencari pekerjaan saja, setidaknya jika dia diusir dia gak akan gembel gembel amat.

Pintu kamar Daniel terbuka,menampakan laki laki manis dengan senyum tipisnya.

Oh iya, Letta masih nyaman berada dikamar Daniel yang dinilainya cukup estetik dan rapi!

Dan oh iya! Di kamar Daniel banyak camilan jadi gadis itu betah sekali dikamar Daniel.

Daniel berjalan kearah adiknya yang tengah duduk dipinggiran ranjang dengan senyum yang tak luntur.

Laki laki berusia dua puluh tahun itu duduk disamping adiknya lalu mengelus kepala Letta dengan sayangnya.

"Abang kenapa?" Tanya Letta heran.

"Maaf in Abang ya?"

"Maaf buat apa bang?"

"Semuanya" jawab Daniel seraya memeluk adik perempuan nya itu. Letta hanya mengangguk walaupun Daniel tidak melihatnya.

Perasaan Letta campur aduk untuk saat ini, entah dia harus sedih atau merasa bersalah. Merasa bersalah karena harus membohongi Daniel dan keluarganya serta sedih karena yang sekarang didepan mereka bukan lagi Letta yang sama.

Letta tersenyum dengan tulus seusai pelukan itu dilepaskan.

"Udah..abang gak usah nangis Letta udah maafin kok" gumam gadis itu dengan senyum tulusnya.

Letta ragu untuk memberi tahu mereka perihal Letta yang asli.

"Kamu rahasiakan saja Febi." Gumam seseorang yang membuat Letta merinding seketika.

Klandestin [End] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang