Yusuf berusaha menghibur Aisyah. Meskipun hati Yusuf terasa teriris mendengar Aisyah akan menikah, Yusuf berusaha menyembunyikan perasaannya.Sampai di depan rumah Aisyah, Martin dan Romlah sudah berdiri di depan rumah. Romlah sangat marah melihat putrinya diantar Yusuf. Aisyah masih polos tidak mengerti kalau ibunya sudah menahan marah ingin memaki Yusuf.
"Ais! Kenapa kamu bisa pulang bersama berandalan ini?!" Tanya Romlah dengan nada ketus.
"Tadi tidak sengaja bertemu Yusuf di jalan Bu, dia menawarkan aku mengantarkan pulang." Jawab Aisyah.
Martin menatap Yusuf tidak berkedip. Wajah Martin kelihatan tidak suka dengan kehadiran Yusuf. Martin menghampiri Yusuf dengan sikap tidak ramah.
"Jangan pernah dekati lagi calon istriku," gerutu Martin.
"Santai brow! Aku hanya mengantarkan Ais. Kamu sendiri kemana saja? Masa calon istrimu yang membagikan kartu undangan?" Balas Yusuf.
"Martin! Tidak perlu ladeni dia. Usir saja dari sini," sela Romlah.
Aisyah melihat sikap ibunya sangat sedih. Aisyah mendekati Yusuf dengan perasaan bersalah.
"Maafkan ucapan ibuku ya? Sebaiknya kamu pulang saja. Terima kasih sudah mengantarkan aku." Ucap Aisyah.
"Ais, jangan lupa sholat istikhoroh," bisik Yusuf.
Aisyah hanya mengangguk. Romlah melihat Aisyah ngobrol dengan Yusuf langsung menarik tangan Aisyah. "Masuk! Tidak pantas gadis mau menikah bicara dengan pria lain, apalagi pria macam dia!" Gerutu Romlah.
Yusuf langsung pergi dari hadapan Aisyah. Hati Aisyah sangat hancur Yusuf diperlakukan dengan kasar. Aisyah duduk di ruang tamu bersama Martin.
"Kok kamu bisa mengenal laki-laki preman seperti dia?" Ucap Martin sinis.
Ucapan Martin membuat Aisyah sangat tersinggung. Aisyah tidak menyangka Martin menilai orang hanya dari penampilannya.
"Dia bukan preman. Dia temanku." Jawab Aisyah ketus.
"Kamu membela dia? Apa kamu suka dengan dia?" Tanya Martin cemburu.
"Kenapa Mas bisa berpikir seperti itu?" Tanya Aisyah keheranan.
"Ya, siapa tahu saja kamu sudah selingkuh di belakangku," jawab Martin dengan santai.
"Kalau Mas menuduhku selingkuh, kenapa Mas mau menikahiku? Bukankah dalam sebuah hubungan harus ada rasa saling percaya?" Ucap Aisyah dengan nada sengit.
"Kok kamu jadi belain dia? Apa dia mempengaruhimu untuk melawanku? Tidak biasanya kamu bersikap seperti ini." Ucap Martin dengan nada marah.
Aisyah tidak menjawab lagi. Aisyah memilih diam, dia teringat kembali ucapan Saskia dan Yusuf. " Ya, Allah... Pernikahanku semakin dekat, kenapa aku jadi semakin tidak nyaman berada di dekatnya? Ada apa ini?" Keluh Aisyah dalam hati.
Ponsel Martin berdering. Martin tidak berani mengangkat telepon. Martin mematikan ponselnya di depan Aisyah. Martin tidak mau Saskia mengganggu dirinya saat bersama Aisyah.
Melihat sikap Martin mematikan ponsel, Aisyah jadi curiga. Martin tiba-tiba izin pulang pada Aisyah.
Malam itu Aisyah sholat istikhoroh. Pikiran Aisyah tidak tenang. Disaat Aisyah sedang bingung justru wajah Yusuf selalu ada di benaknya. Aisyah ingat kembali perilaku ibunya pada Yusuf langsung buru-buru mengambil ponsel.
"Suf... Maafkan sikap ibu dan Martin ya?"
Pesan singkat dikirim untuk Yusuf. Membaca pesan Aisyah, Yusuf langsung membalas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ratu Kuntilanak
HorrorReal Story (Kisah nyata) Kisah ini perjalanan seorang perempuan yang pernah melakukan ritual untuk penglaris dan pengasihan. Mohon maaf tidak diizinkan untuk copas, share tanpa izin saya. judul Keranda Pocong kisah nyata pernah di plagiat seseorang...