BAB 5 Romlah Mulai Panil

1.1K 81 3
                                    


Sepanjang jalan menuju rumah ayahnya Romlah terus menangis. Selama ini Romlah membesarkan Aisyah sendiri. Romlah sudah menjadi janda sejak Aisyah berusia tiga bulan. Romlah tidak pernah menikah lagi karena tidak bisa mencintai pria lain.

"Abah... Abah... " Teriak Romlah.

Abah Eko hanya tersenyum melihat putrinya datang sambil teriak. Abah Eko sudah menduga pasti ada masalah jika suara Romlah terlihat panik.

"Ada apa Rom? Abah ini tidak tuli, gak usah teriak-teriak," ujar Abah Eko.

"Abah... Tolong aku Bah... Ais... " Romlah tersendat ingin mengucapkan sesuatu. Air mata Romlah sudah tumpah.

"Sabar... Ada apa dengan cucu kesayangan Abah? Ais anak baik, anak soleha, tidak mungkin membuat ulah 'kan?" Ùcap Abah Eko.

"Abah selalu begitu, aku belum cerita Abah sudah terkesan membelanya." Ucap Romlah.

"Ceritakan ke Abah, ada apa?" Tanya Abah Eko.

"Ais ingin membatalkan pernikahannya. Gimana ini Abah? Dua hari lagi akad nikah akan berlangsung. Aku tidak mau menanggung malu. Apa kata orang nanti Abah?" Keluh Romlah.

"Tidak mungkin Ais membatalkan tanpa sebab. Dia anak yang penurut. Abah sudah bilang 'kan? Jangan ada perjodohan. Kamu saja dulu dijodohkan tidak mau 'kan?" Ucap Abah Eko.

"Abah, aku kemari mencari solusi. Tolong Abah jangan buat aku tambah pusing," ujar Romlah.

"Masalahnya apa dulu? Kenapa Ais bisa berubah pikiran?" Tanya Abah penasaran.

"Calon suaminya menghamili Saskia, sahabatnya Ais! Aku yakin pasti perempuan itu yang sudah menggoda Martin," jawab Romlah.

Abah Eko tersenyum kecut mendengar Romlah cerita. Abah Eko tidak berhenti terus tersenyum melihat Romlah menggerutu.

"Jadi kamu ingin tetap menikahkan Ais?" Tanya Abah Eko.

"Mau bagaimana lagi Abah? Aku sudah keluar biaya banyak untuk pernikahan Ais." Jawab Romlah.

"Jadi kamu lebih peduli dengan biaya hajatan dari pada nasib anakmu?" Abah Eko sedikit geram dengan pemikiran Romlah.

"Tentu saja Abah, aku malu pada tetangga, teman-temanku," gerutu Romlah.

"Berapa kerugian yang kamu keluarkan? Berapa biaya rasa malumu itu biar Abah ganti. Abah tidak izinkan cucu Abah menikah dengan laki-laki tidak bermoral," tegas Abah Eko.

"Abah... Kenapa Abah membela Ais?"

"Pikir sendiri jadi perempuan, jadi seorang ibu. Pantas tidak kamu bicara seperti itu. Seharusnya kamu membela anakmu, menyelamatkan anakmu. Bukan mempertahankan rasa malu dengan mengorbankan anakmu. Pulang sekarang, sholat! Minta pada Gusti Allah biar hatimu tenang, lurus dalam melangkah," ucap Abah Eko sambil berlalu dari hadapan Romlah.

Romlah hanya bengong melihat ayahnya pergi begitu saja. Romlah tidak menyangka kalau dirinya tidak dibela sama sekali.

Romlah memilih pulang kembali. Di tengah jalan Romlah bertemu dengan teman masa kecilnya.

"Rom!" Teriak Siti.

Romlah menghentikan langkahnya. Romlah masih melihat Siti lari ke arahnya.

"Duh yang mau mantu... " Ucap Siti.

"Kamu dari mana? Ini anaknya siapa?" Tanya Romlah.

"Ini cucuku, anaknya Rina," jawab Siti.

"Jadi kamu sudah punya cucu? Senangnya ya... " Ucap Romlah.

"Senang sih, tapi aku menyesal sudah menyuruh Rina menikah. Kalau aku tahu suaminya suka selingkuh tidak akan aku biarkan menikah! Anakku hampir mengakhiri hidupnya karena ulah suaminya." Ucap Siti.

"Sekarang anakmu dimana?" Romlah makin penasaran.

"Rina kerja di Taiwan, maklumlah hidup kita pas-pasan. Sejak bercerai dengan suaminya Rina memilih jadi TKW." Jawab Siti.

"Kamu yang sabar ya... " Ucap Romlah.

Romlah merenungi cerita Siti. Romlah merasa di tampar mendengar kisah Rina. Romlah tidak ingin nasib Aisyah sama dengan Rina.

"Tidak! Aku tidak mau hidup Aisyah menderita." Gumam Romlah.

Romlah buru-buru pulang dengan jalan sangat cepat. Romlah ingin memeluk putrinya. Romlah tidak ingin Aisyah melakukan hal yang tidak diinginkan.

Romlah tiba di rumah tidak menyangka Abah Eko sudah ada di rumahnya. Romlah melihat beberapa orang menurunkan tenda pernikahan.

Wajah Aisyah sangat tegang melihat ibunya datang. Aisyah sangat takut ibunya akan marah pada kakeknya. Aisyah langsung menghampiri ibunya.

"Bu... Maafkan Aisyah... "

"Tidak perlu minta maaf, ibu akan bicara dengan orang tuanya Martin. Ibu akan membatalkan pernikahanmu," ucap Romlah dengan wajah sedih.

Romlah bicara dengan Ani sahabatnya. Romlah menceritakan kalau Martin sudah menghamili wanita lain. Ani tidak terima begitu saja. Ani minta ganti rugi karena sudah mengeluarkan biaya untuk acara pernikahan putranya.

Romlah dan Ani akhirnya berdebat sengit. Persahabatan mereka berakhir dengan rasa saling menyalahkan dan mengutuk.

"Aku tidak terima kamu perlakukan anakku begini! Aku sumpahi anakmu tidak akan menikah seumur hidup, camkan itu, Rom!" Ancam Ani.

"Berani sekali kamu menyumpahi anakku, anakmu yang bersalah! Anakmu tidak akan menemukan kebahagiaan sampai kapanpun!" Balas Romlah.

Aisyah menangis mendengar ibunya bertengkar lewat telepon.  Aisyah merasa bersalah sudah membuat persahabatan ibunya berantakan.

Sementara itu, Martin mendengar pesta pernikahannya batal sangat emosi. Martin langsung keluar dari rumah menuju rumah Saskia. Martin tidak terima gara-gara Saskia pernikahannya dengan Aisyah batal.

Saskia sudah tahu kalau Aisyah batal menikah justru terus menangis. Saskia merasa sangat berdosa sudah membuat hidup Aisyah hancur. Zenab terus membujuk Saskia agar meminta tanggung jawab pada Martin.

"Kia... Kia... Keluar!" Teriak Martin.

Zenab dan Saskia terkejut mendengar suara Martin. Saskia biasanya senang jika Martin datang, tapi hari itu Saskia sangat ketakutan. Zenab membuka pintu melihat wajah Martin merah padam.

"Mana Saskia Bu? Aku ingin bicara dengan dia!" Ucap Martin dengan nada marah.

"Dari kemarin Ibu ingin bicara denganmu akhirnya datang juga!" Ucap Zenab menahan marah.

"Bu, gara-gara Kia pernikahanku dengan Aisyah batal." Tegas Martin.

"Bagus dong kalau batal, kamu seharusnya menikahi Saskia, bukan Aisyah!" Ucap Zenab kesal.

"Aku tidak akan menikah dengan orang yang sudah menghancurkan pernikahanku," ucap Martin.

Zenab langsung naik pitam mendengar Martin berkata kasar. Zenab mulai berkacak pinggang sambil menuding Martin.

"Kalau kamu tidak bertanggung jawab pada Saskia, aku akan melaporkanmu pada polisi! Kamu pikir setelah  merusak kehormatan anakku kami akan diam saja? Pergi dari sini bilang pada orang tuamu untuk ikut bertanggung jawab!" Gertak Zenab.

"Aku tidak takut dengan ancaman Ibu, Saskia itu wanita nakal. Kalau dia wanita baik-baik tidak mungkin merebut calon suami sahabatnya," balas Martin.

"Kamu pikir kamu laki-laki baik? Otak busuk kamu tidak pantas menikahi Aisyah! Kalau kamu laki-laki baik tidak mungkin meniduri sahabat calon istrinya. Pakai otakmu kalau bicara!" Bentak Zenab makin sengit.

"Jangan berharap aku bisa menikahi Saskia dan mengakui anak itu," ancam Martin.

"Melihat hatimu yang kotor, pikiranmu yang jahat, lebih baik Saskia hidup sendiri dari pada menikah dengan laki-laki busuk macam kamu. Pergi dari sini!" Usir Zenab sambil mendorong Martin keluar.

Saskia menangis sejadinya mendengar ibunya dan Martin bertengkar. Perut Saskia terasa kram. Saskia menangis menahan sakit di perut dan menahan luka batin atas perbuatannya.

***

Ratu KuntilanakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang