Promise

8 1 0
                                    

Hari yang dijanjikan telah tiba, setelah berkutat dengan soal ujian akhir semester, akhirnya liburan telah tiba. Menginjak kelas 12 yang rasanya sangat cepat sekali. Baru kemarin aku merasakan jadi siswa baru di SMA tanpa diduga sekarang aku sudah masuk kelas 12, waktu emang nggak pernah mau tau dan terus berjalan maju.

Tama sudah meminta izin Ibu untuk mengajakku bepergian selama dua hari kedepan, dan entahlah Ibu dengan mudahnya memberikan izin kepada Tama, terkadang aku juga bingung, padahal aku sendiri putri kandungnya jika ingin bermain dengan Kiki saja terkadang tidak boleh. Lah, ini Tama manusia baru yang dengan tiba-tiba nya datang dalam kehidupanku juga keluargaku langsung dibolehkan begitu saja. Jadi, anak kandungnya ini siapa sebenarnya?.

"Kamu sudah membawa yang aku pesan, Ki?"

"Sudah, memang ini mau kemana? Camping?"

"Bisa dibilang seperti itu," Tama sudah membawa tas mendaki yang entah berisi apa saja. Sedangkan, aku hanya membawa tas ranselku yang menurutku bawaannya tidak terlalu banyak.

Setelah memakai helm, dan mengendarai motor trail miliknya, menuju ke tujuan selanjutnya, Tama bilang perjalanan tidak lebih dari tiga puluh menit.

"Sama siapa saja, Ta?"tanyaku dengan mendekatkan wajahku ke pundaknya.

"Temanku."

"Aku tidak mengenalnya, aku tidak ikut saja ya."

"Ada aku, buang rasa cemas dan takutmu."

"Tetap saja, Ta." Dan menjauhkan wajahku dari pundaknya. Justru tanganku ditarik untuk dilingkarkan di perutnya.

"Pegangan, nanti bisa jatuh."

"Halah, bilang aja modus."

"Suka kan?"

"Nggak, nggak boleh pegang-pegang." Dan menarik tanganku yang justru ditahannya.

Tiga puluh menit terlewati, tiba di perumahan penduduk, sudah terdapat beberapa orang yang berada di halaman  rumah penduduk tersebut, juga motor trail yang terparkir di sana.

"Turun, jangan bengong."barulah aku turun dari motor trail tersebut.

"Ayo."dan menggandeng tanganku begitu saja.

"Telat nih gue,"ucap Tama dan bertos ria dengan temannya, sedangkan aku? Jelas saja aku mengikuti apa yang dilakukan Tama.

"Qian aja belum datang coba, jemput Rara dia."

"Loh, Rara ikut. Kok Lo nggak bilang gue,"dan aku hanya menyimak obrolan mereka.

"Kalau gue bilang, Lo nggak jadi ikut Ta. Udahlah, Lo juga udah sampai sini."

Tiba-tiba saja Tama mengajakku menjauh dari teman-temannya.

"Ki, kalau kamu sampai disentuh atau dapat ucapan nggak enak dari Rara, perempuan yang kita temui di bukit, bilang sama aku."ucapnya dengan serius.

"Kenapa gitu?"

"Ya ... Aku nggak mau kalau kamu jadi badmood tiba-tiba gitu."

"Iya, kalau nggak lupa."

"Aku serius."

"Iya-iya."

Suara motor terdengar, dan menandakan seseorang baru datang, Tidak ada perempuan yang waktu itu, justru teman Tama itu dengan perempuan lain.

"Lah Bebku? Rara nggak jadi ikut?" Tanya teman Tama yang aku sendiri tidak tau namanya.

"Rara nggak jadi ikut, untung aja Risa mau gue ajak."

"Lah, doa Tama ini."sahut perempuan yang sedang menguncir kuda rambutnya.

"Syukur kalau gitu." Balas Tama.

Senja Bersama Cerita yang Telah UsaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang