"Zaskia ..."panggil seseorang yang berada dibelakangku.Refleks aku melihat ke seseorang yang sedang memanggilku. Aku bahkan tidak mengenalnya, kenapa orang ini tau namaku. Bukankah aku setidak terkenal Tama bukan?
"Siapa Ki?"tanya Tama yang mungkin melihat raut wajahku kebingungan.
"Aku gatau."jawabku pelan yang masih bisa didengar Tama.
"Lo Zaskia kan? Gue Ardo, temannya Rey."ucapnya memperkenalkan diri dan mengajukan tangan untuk berkenalan.
Deg! Nama itu terdengar kembali, setelah lima tahun yang lalu tidak ada siapapun yang berusaha menyebut nama itu disaat ada aku, mereka tau, karena ketika nama itu terdengar semua gak akan baik-baik aja.
Terpaksa, dengan terpaksa aku menjabat tangan tersebut sambil tersenyum.
"Gue kira tadi salah lihat, udah lama juga nggak lihat Lo, terakhir waktu SD bukan sih." Lanjutnya.
"Mungkin Kak."
"Nanti ngobrol lagi ya, gue balik ke tenda dulu."pamitnya dan melangkah pergi.
"Gapapa, Ki?"
"Nggak kok. Gue ke tenda dulu ya."dan melangkahkan kaki masuk ke tenda.
"Nggak makan dulu, Ki?" Tanya Bintang, dan dengan segera aku menggelengkan kepala.
Kenapa? Kenapa semesta? Kenapa harus saat ini aku mendengarkan namanya kembali. Apa rencanamu? Bukankah susah payah menghindari mengingat, mendengar apapun tentangnya bukan? Lalu ini apa? Lalu bagaimana keadaannya saat ini? Bahagiakan? Itu mungkin pasti. Aku merindukannya, selalu. Dan itu buat aku nggak pernah baik-baik aja ketika apapun yang bersangkutan tentang dia.
Air mata yang terus mengalir, perasaan sesak yang menyerang tiba-tiba, ini emang nggak bener udah lima tahun yang lalu, dan perasaanku tetap utuh. Ini memang salahku, ini salahku yang udah terlanjur memberikan segenap hati yang aku miliki untukmu, bahkan aku tak menyisahkan sedikitpun untukku, bodoh. Memang, tapi ini sudah terlanjur. Aku tak pernah menyesal sedikitpun Rey, mencintaimu sedalam ini.
"Ki ... Makan dulu ayo, biar besok kalau turun kamu ada tenaga." Tama sudah memasuki tenda dengan membawa makanan.
"Iya, nanti aku makan. Maaf ya Ta. Aku merepotkanmu juga teman-temanmu."
"Tidak sama sekali, Ki.ayo makan dulu."
"Aku mau pulang,Ta." Ucapku dan memilih duduk dengannya.
"Iya, besok kita pulang pasti pulang."
"Aku maunya sekarang, Ta. Nggak besok."rengekku yang justru membuat air mataku jatuh.
Aku belum siap, ketika Kak Ardo nanti menghampiriku dan berbicara tentangnya. Aku ingin, ingin sekali mengetahui bagaimana kabarnya, sekarang dimana keberadaannya, tapi mungkin bukan saat ini, aku belum siap untuk itu.
"Ini udah mau isya', kamu mau menyia-nyiakan perjalananmu tadi dengan tidak menikmati malam di sini." Dan menghapus air mataku begitu saja.
"Aku takut, aku belum siap kalau harus denger nama dia lagi, Ta. Aku mau pulang sekarang. Toh, tadi kita udah lihat senja kan."
"Aku mengajakmu sedari awal kan bukan ingin melihat senja, Ki. Aku akan berusaha untuk tidak adalagi manusia siapapun yang berbicara tentangnya."
"Kamu makan dulu, sedih juga butuh energi." Lanjutnya dan memberikan makanan itu padaku.
Enggan membalasnya lagi aku menikmati makanan yang diberikan dan Tama justru dengan sengaja memperhatikanku.
moodku memang mudah sekali berubah-ubah tidak butuh waktu lama semenit bisa menangis bersedu sedan, selanjutnya bisa tertawa terbahak-bahak, kadang kalah juga merasa ini udah gila. Tapi ya begini adanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja Bersama Cerita yang Telah Usai
Fiksi RemajaTama Erhan Baskara berzodiak Pisces manusia paling menyenangkan yang aku temui setelah dia. Dia berbeda dari siapapun menurutku, sama dia rasanya senang terus. Apalagi ketika menghabiskan waktu menikmati senja yang tak pernah membuat kecewa, senja b...