"Yang..."
Alby yang tengah memasang jam tangannya itu menoleh ke arah pintu kamar mandi di kamarnya ketika mendengar suara rengekan istrinya bersama wajah menggemaskannya serta bibir cemberutnya.
"Kenapa, Lav?"
Lavina mencebik. "Liat muka aku, kamu nyadar ada sesuatu nggak?"
Alby menaikkan sebelah alisnya, memandang wajah Lavina yang menurutnya tampak baik-baik saja dan semakin cantik. "Cantik."
"Ih, serius!"
"Kenapa sih? Kamu emang beneran cantik."
"Huhuhu... liat, ada jerawat di pipi kanan aku nih."
Alby tersenyum. "Oh, cuma jerawat kecil."
"Cuma kamu bilang?! Ini tuh masalah tahu!" Protes Lavina dengan suara meninggi seraya memukul dada bidang Alby.
Alby meraih tangan Lavina yang sempat memukul dadanya. "Ya udah, gak usah terlalu khawatir gitu. Pasti bisa di atasi, kamu pasti nggak cuma sekali kan ngalamin ini? Pasti kamu tahu apa yang harus kamu lakuin buat sembuhin itu."
Lavina mengangguk bersama bibirnya yang masih cemberut seperti anak kecil yang tidak mendapatkan apa yang dia inginkan. Terlihat lucu sekali, Alby yang melihatnya sampai ingin menggigit gemas pipi Lavina. Ah, jangan pipi. Bibir saja bagaimana?
Pria itu tersenyum lembut, lantas mendekat dan mengecup selama beberapa detik kening istrinya. "Udah, nggak usah terlalu di pikirin. Kecantikan kamu nggak berkurang sedikit pun. Percaya diri aja. Oke?"
Lavina perlahan tersenyum. Suaminya memang selalu bisa membuatnya percaya diri lagi. Dia tidak pernah membiarkan Lavina merasa insecure. Alby selalu menyebutkan banyak kelebihannya ketika dirinya menyebutkan satu yang menurutnya kurang dari dalam dirinya. "Makasih. Sayang kamu."
"Sayang kamu juga." Balas Alby yang langsung mengecup punggung tangan Lavina, lalu beralih pada bibir mungil istrinya setelahnya. Oh, ya ampun. Apakah mereka terlihat seperti pasangan remaja baru jadian yang di mabuk cinta sekarang?
"Kita jadi belanja ke pasar?" Tanya Lavina.
"Jadi dong, Sayang. Aku udah siap-siap nih," jawab Alby. "Jangan lupa pake jaket ya. Aku mau hidupin motor dulu di luar."
"Ah sayang tunggu."
"Apalagi, Lav?"
"Sun lagi. Yang tadi kurang lama." Ucap Lavina, lalu memajukan bibirnya.
Alby tertawa ringan, lantas mendekat dan langsung mendaratkan bibirnya di sana, di permukaan bibir mungil merah mudanya Lavina. Kali ini bukan sekedar kecupan, mereka berciuman, saling membalas dan saling menginginkan di setiap lumatan yang di berikan. Keduanya terlihat sama-sama ahli dalam hal ini.
Dan ciuman itu di akhiri oleh beberapa kecupan di bibir sambil tertawa pelan karena gemas dengan satu sama lain. Kecupan itu menimbulkan suara decapan ringan yang memenuhi ruangan pribadi mereka yang telah menjadi saksi tentang semua hal yang mereka lakukan berdua di dalam kamar ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pasutri Bucin
Romance[COMPLETED] [2nd of short story collections] Bucin setelah menikah itu nikmat dan menyenangkan. (17+) Copyright © 2021 by carameluv.