03 : menghapus jejak

2.7K 245 127
                                    

Target vote sama komennya belum sampe sebenernya, tapi untuk kali ini gapapa, aku update aja sekarang karena aku mikirin yang udah vote sama komen. Mereka pasti udah nungguin cerita ini update dan ingin cepet baca next chapter.

Yang belum vote sama komen, yu vote komen dulu. Ga susah, gampang banget, ga bayar juga. Kalian pengen cepet aku lanjut, tapi vote sama komen aja macet, ya jadi akunya juga ikutan macet aja wkwk.

Oke gais, happy reading. Jangan lupa vote & komen. Thank u✨

.
.
.
.

Seraya menuruni setiap anak tangga, Alby mengancingkan setiap kancing kemejanya satu persatu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seraya menuruni setiap anak tangga, Alby mengancingkan setiap kancing kemejanya satu persatu. Langkahnya membawanya ke dapur yang menyatu dengan ruang makan dan ia langsung melihat Lavina yang tengah berkutat dengan alat-alat dapur untuk menyiapkan sarapan pagi ini.

Alby tersenyum melihat istrinya yang selalu terlihat cantik walaupun belum mandi dan masih mengenakan piyama tidur bersama rambutnya yang di ikat tinggi nyaris mencapai ubun-ubun. Cantiknya benar-benar alami dan Alby merasa beruntung memilikinya sehingga dapat terus melihat pemandangan ini setiap hari, bahkan dari jarak yang dekat sekali pun ketika mereka berada di bawah selimut yang sama.

Kini, pria yang memakai kemeja batik korpri itu duduk di hadapan meja makan sambil membenarkan letak kacamatanya yang agak melorot.

"Kamu hari ini nggak masuk kerja, Lav? Tumben belum mandi, biasanya udah siap dari subuh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kamu hari ini nggak masuk kerja, Lav? Tumben belum mandi, biasanya udah siap dari subuh." Tanya Alby setelah menegak sedikit air sejak tadi telah di sediakan Lavina di meja makan.

"Aku berangkatnya siang." Jawabnya seraya menyimpan sepiring sarapan ke hadapan suaminya.

"Berangkatnya sendiri dong?"

"Ya nggak masalah. Aku bisa naik ojek online, nebeng temen kalau emang ada yang mau aku tebengin," jelas Lavina. "Sebelum kamu nanya-nanya, temen yang sering aku sebut ini tuh cewek, dia juga yang waktu itu nebengin aku ke rumah. Emang ada cowok juga di kantor, tapi aku nggak terlalu deket sama mereka. Kurang nyambung."

Pasutri BucinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang