05 : bumil ngidam

2K 225 103
                                    

Waktu berjalan begitu cepat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Waktu berjalan begitu cepat. Tidak terasa usia kehamilan Lavina kini telah memasuki trimester kedua. Perutnya sudah mulai terlihat menyembul dan wanita itu memutuskan untuk berhenti memakai celana selama hamil, apalagi celana jeans. Memang tidak masalah, tapi Lavina rasa dirinya akan lebih nyaman memakai rok selama hamil. Dan Lavina juga merasa dirinya lebih cantik dan percaya diri saat memakai rok atau dress ibu hamil.

Tapi, semenjak wanita itu hamil, Lavina menjadi sangat gampangan. Iya, gampangan. Gampang menangis, gampang marah, gampang kesal, gampang lapar. Pokoknya dia menjadi lebih sensitif. Yang lebih sering adalah, gampang menangis dan gampang lapar. Makanya, Lavina menjadi lebih berisi bersama pipinya yang mulai chubby karena asupan makannya lebih besar dari sebelumnya. Alby juga selalu mencoba sabar serta berhati-hati karena tidak mau ibu hamil kesayangannya ini mengalami suasana hati yang tidak baik dan berakhir menangis.

Yah, sekeras apa pun Alby berusaha untuk tidak membuat suasana hati Lavina buruk, tetap saja orang-orang di luar sana dapat melakukannya. Baik tanpa sengaja maupun di sengaja, dan Alby tidak mampu untuk mencegah itu karena dirinya tidak bisa selalu berada di samping istrinya yang juga memiliki aktivitas di lingkungan pekerjaannya.

Seperti sekarang. Setelah sampai di rumah setelah bekerja hampir seharian, Lavina menangis tersedu-sedu seolah dirinya telah tersakiti, hal itu tentu membuat suaminya khawatir dan langsung memeluknya sambil menenangkannya dengan usapan-usapan lembut serta beberapa kalimat penenang lain untuk membuat istrinya merasa lebih baik.

"Ya udah, bos kamu besok aku marahin balik. Seenaknya aja dia marahin istri aku sampai nangis begini. Uuhh cayang... cayang..." ucap Alby, yang lalu mengecup puncak kepala Lavina dan kembali mengusapnya dengan penuh sayang.

Wanita itu menggeleng dalam di dalam dekapan Alby, sambil terisak. "J-jangan! Kalau kamu ngelakuin itu, nanti malah aku yang di pecat. Aku masih mau kerja."

"Lagian, aku juga yang salah. Makanya aku di marahin." Tambah Lavina.

"Ya tetep aja, bos kamu seharusnya jangan langsung marahin kamu gitu dong, Lav. Dia kan bisa ngasih tahu kamu dengan baik dan tegas, bukan dengan cara marah," balas Alby. "Aku aja nggak pernah marahin kamu, tapi kamu malah di marahin orang lain. Aku nggak terima lah."

"Ya pokoknya jangan!" Tangisan Lavina kembali semakin kencang. "Nanti aku di pecat, aku nggak mau!"

Alby mengerjap. Merasa dirinya serba salah dan berakhir bingung harus melakukan apa untuk membuat istrinya merasa puas dan lebih baik."Terus, aku harus gimana?"

"Nggak gimana-gimana. Peluk aku aja sampe aku berhenti nangis."

"Oke, iya, aku peluk. Nggak akan aku lepas sampai kamu minta."

"Tapi peluknya jangan kenceng-kenceng, kasian debaynya ke jepit."

Alby menghela napas dan sedikit melonggarkan pelukannya. "Iya, Sayang, iya. Kamu juga nangisnya jangan lama-lama ya, kasian debaynya juga ikut sedih kalau Maminya nangis terus."

Pasutri BucinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang