06 : aby & nana

1.5K 217 40
                                    

Memang terkadang keinginan tidak akan selalu langsung terwujud

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Memang terkadang keinginan tidak akan selalu langsung terwujud. Meski telah mengeluarkan banyak usaha, pada akhirnya menerima dengan lapang dada adalah hal terakhir yang harus di lakukan dan di barengi dengan rasa syukur.

Lavina menginginkan bayi kembar fraternal, atau jenis kelamin yang berbeda yaitu laki-laki dan perempuan. Namun setelah melakukan pemeriksaan ke dokter kandungan bersama suaminya kemarin, ia tahu bahwa keinginannya ternyata tidak terwujud, sebab yang kini berada di dalam perutnya hanya ada satu bayi yang berjenis kelamin perempuan. Tapi, Lavina tetap bersyukur dengan apa pun yang telah Tuhan berikan padanya. Wanita itu tetap senang dan tentu menerimanya. Yang terpenting untuknya adalah, bayinya sehat dan berkembang dengan amat baik di dalam perutnya.

"Jadi, mau pake nama yang aku bikin buat anak kita nanti?" Alby bertanya, ia muncul sambil membawa Caca dalam pangkuannya. Anak itu rupanya masih senang menempel padanya. Dan iya, mereka malam ini sedang berada di rumah orang tua Lavina untuk kumpul keluarga, sekalian barbeque-an ala-ala di halaman belakang rumah.

"Kenapa nggak? Cheera, nama yang lucu. Kita tinggal bikin nama panjangnya aja buat melengkapinya." Jawab Lavina, sambil mengelus-ngelus perut buncitnya yang di balut dress ibu hamil yang di belikan Alby tempo hari.

Alby tersenyum lembut, lantas sebelah tangannya mengelus puncak kepala istrinya. "Dia pasti anak perempuan yang cantik dan lucu banget kayak kamu, Lav."

"Pasti dong. Apalagi kalau misalnya nanti bibir tebelnya nurun dari kamu, makin gemoy banget kayak boneka." ujarnya.

"Udah ketahuan jenis kelamin bayinya apa?" itu mamanya Lavina, yang baru saja muncul dan bergabung bersama anak serta menantunya yang menggendong anak.

Lavina mengangguk. "Udah, Ma. I got a baby girl."

Wanita paruh baya itu tersenyum sambil mengelus perut putri sulungnya. "Wah, makin banyak anak perempuan ya di keluarga ini. Sehat terus sampai kamu lahir ke dunia ya, cucu pertama Oma."

"Namanya Cheera, Ma. Suamiku yang namain." Lavina memberitahu dan menunjuk Alby sebagai pemberi nama anaknya.

"What a cute name."

Lavina melirik keponakan kecilnya yang berada dalam gendongan Alby sambil tersenyum jahil. "Jelas dong. Caca bakalan kalah lucu pokoknya, nanti Om Aby punya bayi perempuan soalnya. Caca gak boleh di gendong Om Aby lagi karena nanti Om Aby udah gendong dedek bayi punya sendiri. Wleee."

Anak itu merengek tak terima bersama sudut bibirnya yang melengkung ke bawah. "Om Abu, Tante Nananya nih jahat terus sama Caca."

"Nggak gitu, Ca, Tante Nana cuma bercanda."

Lavina menjulurkan lidahnya. "Caca gak bisa minta gendong lagi nanti."

"IHHH! Om Aby jangan punya bayi dong. Kan ada Caca."

"Et, mana bisa begitu wahai bocil. Om Aby mana mau ngurusin bocil yang rewel kayak kamu." Balas Lavina.

"Lav, udah jangan di isengin terus, nanti dia nangis. Tahu sendiri Caca kalau nangis kenceng suka lama berhentinya."

Pasutri BucinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang