Begitu sampai, Alby menghentikan mobil hitamnya di parkiran gedung kantor tempat istrinya bekerja. Pria yang memakai kemeja putih dengan bagian lengan yang di gulung sampai ke siku itu keluar dari mobilnya sambil menghubungi nomor Lavina untuk memberitahu bahwa dirinya sudah tiba. Namun, Lavina tidak juga menjawab dan Alby tetap berjalan masuk ke dalam untuk menemui wanita itu langsung di ruangan biasa tempat istrinya bekerja.
Pria tinggi itu mengetuk pintu ruangan tersebut terlebih dulu sebelum membukanya dan menyembulkan kepalanya, mendapati 3 rekan Lavina di dalam satu ruangan. 2 perempuan dan 1 laki-laki. Kedua perempuan tengah bersiap untuk pulang, sementara yang laki-laki masih berkutat di hadapan komputer. Tapi Alby sama sekali tidak melihat istrinya. Kubikel yang biasa wanita itu tempati kosong, hanya ada tasnya saja yang tertinggal di meja. Apa Lavina sedang pergi ke toilet ya?
"Maaf, saya mau jemput istri saya. Lavina. Dia lagi ke mana ya?" Tanya Alby.
"Mbak Lavina udah keluar ruangan dari tadi sih, Pak. Dia juga nggak bilang apa-apa ke kita, kirain saya dia mau buru-buru pulang karena udah di jemput sama Bapak." Jelas yang laki-laki, yang sering di panggil Devon.
Alby membenarkan letak kacamatanya. "Tapi, itu tas dia masih ada di sini. Nggak mungkin dia nekat pulang sendiri tanpa bawa tasnya."
"Mungkin lagi ke toilet, Pak."
"Iya kali ya?"
"Masuk dan duduk dulu aja sambil nunggu, Pak. Lavina kalau ke toilet emang suka agak lama."
Alby tersenyum, lantas dirinya benar-benar memasuki ruangan tersebut. "Iya, makasih."
"Kalau gitu kita berdua duluan ya, Pak."
"Iya, silakan."
Dengan begitu, Alby duduk di sebuah sofa di ruangan tersebut untuk menunggu Lavina kembali. Namun, lama ia menunggu, Lavina tidak kunjung menunjukan batang hidungnya dan itu membuat Alby langsung cemas. Se lama-lamanya Lavina di toilet, tidak akan sampai se lama ini. Apa Lavina memang sudah pulang tanpa menunggu dirinya menjemput ya?
"Maaf. Tadi Lavina nggak bilang apa-apa sama kamu mau ke mana-mananya?" Tanya Alby pada Devon yang masih berkutat dengan komputernya.
"Nggak, Pak," jawab pemuda itu yang juga merasa tidak enak karena dirinya tidak bisa membantu apa-apa. "Coba aja telepon Mbak Lavina-nya lagi. Mungkin Mbak Lavina udah pulang duluan dari tadi, Pak."
"Udah saya telepon dari tadi, tapi nggak di jawab terus. Nggak biasanya dia kayak gini," Alby menghela napas dan ia bergerak tidak tenang. "Kalau gitu, saya pamit dulu. Mau cari istri saya."
"Iya, Pak. Maaf ya saya nggak bisa bantu."
Alby mengangguk maklum dan lantas pergi meninggalkan ruangan tersebut sambil menelepon adik iparnya. Berharap bahwa Lavina pulang bersama Yohan, walaupun ia sendiri tidak yakin dengan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pasutri Bucin
Romance[COMPLETED] [2nd of short story collections] Bucin setelah menikah itu nikmat dan menyenangkan. (17+) Copyright © 2021 by carameluv.