10: Dia kembali

61 12 2
                                    

JANGAN LUPA VOTE, BRUHH!!

Sorenya, arsyana memakirkan motor ninja nya di depan kafe yang sering ia kunjungi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Sorenya, arsyana memakirkan motor ninja nya di depan kafe yang sering ia kunjungi. Ia membuka helmnya dengan sedikit merapihkan rambut yang terlihat acak-acakan, syana menaruh helmnya diatas motor itu.

Kakinya berjalan memasuki kafe tersebut, bunyi lonceng dari kafe itu pertanda ada pelanggan yang masuk. Matanya bergulir mencari tempat duduk, lalu tersenyum ketika melihat tempat duduk yang berada dipojokkan.

Ia menaruh tas gendongnya diatas meja, lalu melihat jalanan kota dibalik kaca besar itu, kendaraan beroda empat maupun dua berlalu lalang sana sini, serta ada juga pejalan kaki. Pemandangan seperti inilah yang syana sukai, perasaan nya akan menjadi tenang jika melihat  suasana kota, apalagi ketika sore ataupun malam hari, rasanya ia tak ingin pulang dan terus melihat pemandangan ini.

Tak lama kemudian, salah seorang pelayan menghampiri dirinya dengan membawa buku note, pelayan itu tersenyum seraya bertanya

" Permisi, mba mau pesan apa? " tanya pelayan.

Syana menolehkan ke pelayan itu " Americano and dark chocolate toast. " jawab syana.

Pelayan itu langsung mencatat pesanan yang syana sebutkan tadi.

" Baik, pesanan untuk satu orang saja akan segera diantar, mohon tunggu ya. " Ujar pelayan disertai senyuman ramahnya kepada syana.

Syana menganggukkan kepalanya pelan sambil tersenyum ke arah pelayan itu.

***

Jari lentiknya terus memutari sisi cangkir itu, juga pandangan matanya tak lepas dari jalan raya yang dipadati oleh beberapa kendaraan beroda maupun pejalan kaki.

Sudut bibirnya ditarik menampilkan senyuman tipis dari wajah cantiknya, bahkan beberapa lelaki yang berada di kafe itu tak henti-hentinya berdecak kagum padanya, namun tetap saja perempuan itu lebih fokus pada apa yang dilihatnya saat ini.

" Kalau aja dia ada disini, pasti gue bakalan bahagia banget. Saling berbagi cerita, bercanda, entah kenapa gue berharap itu bakalan terjadi sekarang. Tapi, " Jedanya.

Kepala gadis itu menoleh ke depan, melihat kursi yang kosong dengan tatapan yang sulit diartikan

" Kembali ke realita, jika dia gak ada disini, dia, Jauh. Bahkan gue gak tau kabarnya, apa dia masih hidup atau tidak. Semuanya, hilang. " lanjut syana dengan suara lirih.

Ia memangku dagunya dengan sebelah tangan, lalu menoleh ke arah jalanan dan tersenyum seraya menggumamkan kata yang membuat dadanya sesak.

" Gibran, cepet kembali kesini. Gue kangen. "

***


Entah kesekian kalinya ia terus melihat ponselnya, seperti menunggu sesuatu.

Tangannya mengacak pelan rambut nya membuat ketampananny bertambah, mungkin jika ada perempuan disini maka detik itupun ia akan berteriak melihat pahatan sempurna yang Tuhan ciptakan.

Hei apa pembaca juga bisa merasakan ketampanannya? Baik, silahkan berhalunisasi.

Skip!

Kembali lagi pada lelaki yang tak lain dan tak bukan adalah pangeran kita, siapa lagi kalau bukan Gilang Rajendra.

Matanya melirik ponselnya, ia menghela nafas pelan

" Hmm dia kemana ya? Apa dia sibuk? Apa gue telpon aja ya. " Tanyanya pada dirinya sendiri.

Tangannya mengambil guling lalu dipeluk, kepalanya disenderkan ke kepala ranjang.

" Bener-bener ya, apa syana melet gue? Bahkan namanya selalu ada di pikiran gue. Arghh kayanya malem ini gue bergalau ria aja kali ya. " Gumamnya.

Gilang menutup matanya dengan sebelah tangan lalu tiba-tiba ia tersenyum seperti orang gila. Mungkin, dia sudah tertular sifat gila elvan.

Tiba-tiba suara dering ponsel membuatnya sedikit terkejut, tak butuh waktu lama ia mengangkat panggilan itu tanpa melihat nama seseorang yang menelpon nya.

" Halo, syana. Kemana aja? Gue kangen lo tauuu. " kata Gilang antusias, senyuman yang tadinya melebar langsung lenyap ketika suara dari seberang sana.

" Ciee kangen dia, ehem keselek jengkol. " Ucap suara di seberang sana.

" Diem, bar. Kenapa lu telpon gue? "

" Aku kangen kamu. "

" Gue normal, nyet. To the point aja, lu telpon gue malem-malem gini ada apa? Ada masalah? "

" Gue cuma mau bilang, kalo besok bakalan ada ujian matematika. Jangan lupa buat contekan ya, lang. Ntar gue liat hehe. "

Gilang menatap kesal pada layar ponselnya

" Itu doang? Gak penting banget anjing! " umpat Gilang.

" Santai dong, bos. Gue kan sebagai sahabat yang baik mengingatkan kalo be– "

Tut!

Panggilan itu berakhir, dengan kesal Gilang membanting ponsel miliknya ke kasur. Ia tak habis pikir pada kelakuan bara, dia menelponnya hanya karna besok akan ada ujian matematika. Yang benar saja, ia sudah berharap jika yang menelpon adalah syana, namun perkiraanny salah.

" Shit! Kayanya besok gue harus bicara sama syana, kalo boleh gue bakalan cium dia sampe pingsan. " kata lelaki itu seraya menyeringai mesum.

Matanya mulai sayu, hingga tak lama Gilang menidurkan dirinya sambil memeluk guling dengan senyuman yang tak lepas dari bibirnya.

***


Ketukan sepatu itu bergema disepanjang lorong bandara, ia terus menarik koper yang lumayan besar seraya tersenyum.

Saat keluar dari bandara, langkahnya terhenti. Perlahan ia membuka kacamata hitamnya lalu tangannya direntangkan sambil sesekali menghirup pelan udara segar, dan melihat gedung pencakar langit yang berdiri kokoh.

" Ternyata kota ini banyak berubah ya, apa karna gue udah lama gak kesini. " gumamnya.

" Apapun itu, selamat datang kembali. And, I kept my promise to you. "

" Arsyana. "

 "

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Haloo halo halooo, gaiseuuu!!!!!

Akhirnya setelah bertahun-tahun aku update juga, huftt.

Tau ga? Rencananya aku mau update nanti tahun depan, tapi kayanya kelamaan, takut para readers nunggu chapter cerita ini.
Entar keburu bulukan 😭, ngga deng canda.


Okeyy deh, see u next chap-! 💜

LIMERENCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang