21: Setitik dendam

46 6 0
                                    

Gimana kabar kalian?
Semoga sehat selalu 💕😚


Jangan menyalakan perapian terlalu panas kepada musuhmu, agar tidak membakar dirimu sendiri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jangan menyalakan perapian terlalu panas kepada musuhmu, agar tidak membakar dirimu sendiri.

Spam emot 😊 😊



Bugh!

" BANGSAT!! "

" Mati lo, anjing! "

Seorang pemuda jatuh tersungkur ke bawah karena hantaman oleh pelaku yang diketahui memakai jaket salah satu geng motor ternama, Vandalas.

Dengan luka robek dibagian sudut bibirnya, pemuda itu mengusap kasar darah yang keluar dari sudut bibirnya, perasaan marah dan kesal bersatu kala lelaki yang tadi menghajarnya kembali memberinya bogeman sehingga tubuhnya semakin melemah.

Perkelahian itu masih berlanjut pada beberapa kaum lelaki yang saling memukul satu sama lain, bahkan beberapa diantara orang tersebut ada yang mengunakan senjata tajam, seperti pisau lipat. Naas, pisau tersebut sudah direbut oleh sang lawan.

Dua geng motor yang sama-sama terkenal, atau bahkan sama-sama kuat. Mereka, Vandalas dan Ravicks. Api permusuhan diantara mereka kian membara, tidak ada seorang pun yang bisa menghentikannya.

Disini, tepatnya di Markas Vandalas, menjadi tempat saksi bisu pertengkaran antara dua belah pihak yang memang sedari dahulu menjadi musuh bebuyutan yang saling membunuh.

Entah karena dendam, atau memang menginginkan kekuasaan. Sudah banyak sekali korban berjatuhan karena perselisihan itu, tapi tetap saja pertengkaran itu masih berlanjut hingga sekarang. Mereka tak kenal kata ampun untuk menjatuhi sang lawan, keras kepala selalu menjadi alasan utama perang ini takkan pernah usai.

Dua geng itu bahkan sudah pernah mengucapkan ikrar yang akan menghancurkan mereka dengan perlahan.

Ikrar itu berisi:
Jika diantara kami belum ada yang mati, maka kami tak akan berhenti untuk berperang.

Terdengar menakutkan namun itulah ikrar yang mereka ucapkan, sudah menjadi kebiasaan saat akan berperang melawan musuh, kata-kata tersebut akan terus ada dibenak mereka.

" Brengsek!! Harusnya lo mati, sialan! " teriak lelaki itu.

Bugh! Pukulannya semakin brutal dari seorang lelaki pada lawannya, membuat sang lawan ambruk tak berdaya. Nafasnya tak beraturan, karena lelah berkelahi serta kemarahan dirinya yang tak terbendung. Tangannya kembali mengepal dan akan menghajar kembali sang lawan yang berada dibawah kakinya.

LIMERENCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang