24: Rasa dan Karsa

55 5 0
                                    

Kalau ada yang typo kasih tahu aku ya, beb?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kalau ada yang typo kasih tahu aku ya, beb?

...oOo...

Setelah kepergian Diva, Elvan memperhatikan dengan tatapan yang sulit diartikan. Apa sikapnya sudah salah karena memaksa gadis itu? Padahal niatnya hanya ingin berdekatan dengan Diva, tapi pada akhirnya mereka bertengkar.

Satu tarikan nafas berasal dari Elvan. "Fine, kita pulang," ajak Elvan pada Bara.

"Dari tadi kek, siput!" cerca Bara.

"Baraasu, mana kunci mobil lo? Gue mau nebeng," kata Elvan mengulurkan tangannya.

Bara berdecak, tapi tetap memberikan kunci mobilnya pada Elvan. "Nih, nyetir yang bener. Awas aja kalau sampai mobil gue lecet, motor kesayangan lo gue jual!" Ancaman Bara membuat Elvan mengangguk lesu.

"Napa, sih? Muka lo kusut banget. Pasti gara-gara Si Diva, ya, kan?" terka Bara.

Bukannya menjawab Elvan langsung masuk ke dalam mobil berwarna hitam itu, Bara yang melihat itu merotasikan matanya ke samping. Kemudian, Bara berlari kecil dan masuk ke mobilnya, tak lupa menutup pintu mobil dengan keras hingga Elvan berjengit kaget.

Sebelah tangan Elvan mengusap dadanya. "Sialan lo, Bar! Hampir aja gue kena serangan jantung," Ucap Elvan.

"Bacot! Jalanin mobilnya, cepat!"

"Iya, sayang."

"Van, lo mau gue buang ke jurang?"

"I'm sorry, dude. Bercanda doang elah, baper amat."

"Turun!" perintah Bara. Elvan kalang kabut, dia langsung menancap gas mobil. "Turun, sialan!" tegas Bara lagi.

"Please, jangan! Yaudah, gue salah, maafin gue. Tapi jangan usir gue, Bar. Lo tega biarin gue sendirian dijalan?" rengek Elvan sesekali melirik Bara yang menatap lurus dengan raut wajah yang datar.

Bahkan AC dalam mobil seperti tidak terasa, karena terkalahkan oleh aura panas yang dikeluarkan Bara. Elvan hanya meneguk ludahnya kasar. Apa dia sudah salah bicara?

Melihat Bara dalam mode senyap seperti itu, terbesit dalam hatinya agar tetap diam dan tidak mencari masalah, supaya Bara tidak mengamuk.

Karena tidak kuat sunyi, tangan Elvan menekan tombol radio dimobil Bara, dia mencari musik favoritnya. Sudut matanya bergulir ke arah Bara, rupaya lelaki itu sudah tertidur.

Elvan mendengus, mulutnya bernyanyi mengikuti irama musik sambil fokus menyetir mobil.

...oOo...

Diva
Diva
Diva

Nama itu semakin terngiang di kepala Elvan.

Tubuh Elvan merosot ke lantai, punggungnya dia sandarkan ke sofa. Matanya menutup, mengingat jelas saat Diva membentaknya tadi. Tidak menyangka bahwa barusan harga dirinya seolah terinjak oleh Diva.

LIMERENCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang