22: Janji Gilang

46 5 0
                                    

Lenguhan berasal dari seorang gadis yang terus menggeliat, ia membenarkan tidurnya mencari posisi ternyaman

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lenguhan berasal dari seorang gadis yang terus menggeliat, ia membenarkan tidurnya mencari posisi ternyaman. Deru nafasnya sedikit teratur sejak ia memeluk sesuatu yang ada disampingnya. Kepalanya digesekkan ke benda itu, semakin mengeratkan pelukannya.

Dahinya berkerut mengira sesuatu itu adalah guling yang biasa ia peluk. Tapi tunggu.. mengapa gulingnya terasa aneh?

" Hmm.. Kenapa gulingnya keras? " gumam sang gadis dengan suara khas orang bangun tidur.

Mata yang tadinya terpejam, perlahan sedikit terbuka demi mengetahui apa yang terjadi pada guling nya. Pertama yang ia lihat adalah sebuah dada bidang yang berbalut kaos berwarna abu-abu, bahkan ia bisa mencium wangi parfum yang berasal dari kaos tersebut.

Wanginya seperti tidak asing, ia seperti sangat kenal bau parfum ini. Bola matanya seketika melotot, wajahnya ia dongakan ke atas dan menatap orang yang tengah tertidur disampingnya.

" Halo Syana sayang, tidurnya nyenyak banget ya? " sapa orang itu tersenyum jenaka.

Mata Syana menelusuri dada bidang itu hingga ke wajah sang empu. Syana membeku. Sebenarnya apa yang terjadi? Harusnya sekarang ia berada dalam mobil bersama Gilang— oh ya lelaki itu tidak ada disini. Apa dia sudah pulang?

Ya tuhan, apa ia ketiduran dimobil lelaki itu? Lalu siapa yang memindahkannya? Apa Gilang yang membopong tubuhnya? Kepalanya terasa pening memikirkan beberapa pertanyaan yang a ada di otak nya.

Kali ini ia merutuki matanya yang mudah sekali mengantuk.

" Bang Varo? Kenapa lo ada disini? Dan.. Bukannya gue ada dimobil? Kok bisa gue ada dikamar? Harusnya— " protes gadis itu kesal sekaligus kaget.

Jari Varo menempel didepan mulut Syana, " Sstt.. Jangan berisik, Syana. Biar abang jelasin kronologi kejadiannya. " sela Varo pura-pura serius.

Pria itu bangkit dan duduk dikasur dengan melipat kakinya lalu mengamati Syana yang masih berbaring  dengan wajah heran menanti jawaban Varo.

Berdeham pelan, dalam sekejap raut wajah serius Varo mengamati Syana yang masih mengernyit bingung, " Jadi? Gimana bisa ceritanya gue ada dikamar? Apa Gilang yang bawa gue kesini? " Syana agak ragu menanyakan Gilang, tapi ia penasaran.

Varo mengangguk, " Bocah tengik itu yang bawa lo pulang, ah lebih tepatnya TERLAMBAT nganterin lo. " jawab Varo sedikit menekankan kata 'terlambat' pada ucapannya.

" Lagipula, bukannya tadi siang lo sama Gibran? Terus, Kenapa malah pulang sama bocah tengik itu? Apa dia pacar lo? " lanjut Varo.

Syana menggeleng tegas, kemudian ia bangkit dari tidurnya dan duduk berhadapan dengan Varo.

" Dia bukan pacar gue, ngga lebih dari sekedar teman. " kilah Syana jujur.

LIMERENCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang