15: Firasat

58 9 0
                                    

Spam emot 🤩🤩

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Spam emot 🤩🤩


" Mah, udah belom? Aku pegel tau, katanya tadi mau ambil pesenan aja. " keluh seorang gadis yang tengah duduk di sofa.

" Sabar dong sayang, mama lagi ngobrol dulu sama teman mama. Kalo kamu bete, kamu bisa jalan-jalan dulu disekitar sini. " bujuk mamah.

Kini syana dan mamanya sedang berada di toko pakaian yang berada di mall, niatnya ingin membeli novel favoritnya, namun ia urungkan dikarenakan sang ibunda tercinta terus menerus mengobrol dengan penjual pakaian itu yang ia yakini sebagai teman mamanya.

Kalo sudah seperti itu,, apa daya? Toh, ibunya itu keras kepala jika sudah begini maka syana tak bisa menolaknya. Baginya, perintah ibu harus dituruti, jika tidak? Maka semua koleksi novelnya akan di bakar habis oleh sang ibu.

Syana bangkit dari duduknya, dengan merapihkan pakaiannya yangs sedikit kusut. Kemudian ia keluar dari sana, tapi suara ibunya membuat langkahnya terhenti dan berbalik badan menatap malas pada sang pelaku.

" Mau kemana? "

" Jalan-jalan, bosen daritadi nungguin mommy. " jawab syana cuek.

" Yauda, jangan lama, oke? Bentar lagi mama pulang kok. "

Syana bergumam tak jelas menanggapinya, dan langsung berlalu pergi darisana.

•••

Kepalanya menengok ke kiri-kanan, dengan sesekali melihat para manusia yang berlalu lalang di sekitarnya. Ada yang bersama pasangan, dan ada juga yang sendiri, contohnya syana.

Sebenarnya syana tidak terlalu suka berjalan, baginya berjalan kesana kemari itu hanya membuang tenaga, lebih baik ia tidur dikasur yang empuk nan lembut.

Syana tidak sadar sejak sedari tadi, dirinya menjadi pusat perhatian banyak orang, beberapa laki-laki yang ada disana berdecak kagum melihat makhluk tuhan yang cantik bak bidadari, namun tak sedikit juga perempuan yang disana menatap iri pada syana.

" Kalo akhirnya gue bakalan diliatin orang, tau gitu gue nungguin mommy aja disana. " kesal Syana.

Saat sedang fokus melihat toko-toko disana, tiba-tiba ada seorang lelaki yang menabrak bahunya kasar, sontak syana menoleh dan menatap tajam pelaku yang menabraknya.

Baru saja mulutnya akan mengatakan sumpah serapah, Lelaki itu lebih dahulu mengucapkan permintaan maaf sambil mendongakkan kepalanya melihat syana. Detik kemudian mata lelaki itu melotot dengan bibir seperti menahan senyum.

" Caca? " tanya lelaki itu.

" Caca? Panggilan itu kayak gak asing. " gumam Syana, wajah yang tadinya marah digantikan dengan ekspresi yang sulit diartikan.

Syana menelisik wajah lelaki yang ada di depannya ini, mulai dari mata, hidung, bibir, bahkan rahang tegas lelaki itu mengingatkannya dengan lelaki yang selama ini ia tunggu. Lelaki ini seperti- Gibran.

LIMERENCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang