Part 24 ••• Pelaku pembunuhan

167 23 1
                                    

Gadis itu sedang mengerjakan tugas sekolah di lantai 1 tempat usahanya berjalan namun fokusnya pada ponsel di genggamannya, Irene yang tengah sibuk mengangkat jemuran milik pelanggannya itu menatap heran pada sang anak terlihat mengetikkan sesuatu, sesekali menunggu balasan pesan itu kemudian pada akhirnya tersenyum pada ponselnya.

Setelah tak ada pakaian yang tersisa, sengaja ia masuk melewati belakang Winter yang duduk di kursi dengan buku di depannya.

"Heeseung?" gumam Irene yang mengintip nama kontak yang tertera di sana.

Winter yang terkejut langsung membalikkan badannya pada Irene, kemudian tersenyum lebar.

"Dasar anak muda." setelah penasarannya terjawab ia duduk di sebelah Winter beristirahat sejenak. Usaha laundry itu memang berjalan kembali setelah pemberian dari Jaehyuk walaupun niat awalnya menghancurkannya.

"Oh iya, Bu," ujar Winter.

"Inget gak Ibu pernah bilang, jangan sampai ketemu orang tuanya Asahi."

Irene terdiam, ia berhutang penjelasan pada Winter, padahal ia harap Winter lupa tentang ucapannya tempo hari itu.

"Mereka menginginkan kamu waktu kecil."

Kini Winter yang diam terpaku pada ucapan Irene.

"Sudah! Jangan dibahas lagi." Winter mengangguk patuh walaupun sebenarnya masih ingin membahas tentang ini.

•••••|||•••••

Ini yang diharapkan Winter, sejumlah wartawan dan pihak kepolisian memeriksa sekolahnya, terlihat mereka yang berjalan menuju gudang sekolah dengan ditemani Direktur dan sekretarisnya.

"Apakah ada cctv di dalam gudang ini?"

"Tidak, hanya ada di sekitar gudang."

Pemeriksaan terus berjalan hingga seseorang menemukan sebuah jam tangan yang di desain untuk perempuan berwarna putih, dimasukkannya ke dalam sebuah kantong dan menunjukkan pada Direktur.

"Anda tahu milik siapa jam tangan ini?"

Ryujin? Tidak mungkin.

"Sepertinya milik salah satu siswa di sini," jawab Direktur, keningnya berkerut heran, memorinya teirngat dengan jam tangan putih itu yang tak lain adalah pemberiannya untuk Ryujin.

"Silahkan lanjutkan pemeriksaannya," ujarnya sebelum pergi ke ruangannya.

"Panggil Ketua bidang kesiswaan dan Ryujin." Sekretaris yang mengikutinya itu hanya mengangguk lalu melalukan tugasnya.

*

"Kenapa kalian menyembunyikan kasus ini?"

"Demi nama baik sekolah, kita bisa dituntut jika pihak dari Akira memaksa membuka kasus ini kembali." bela Pak Won. Lagipula pihak Akira adalah direktur itu sendiri yang tak lain adalah ayah tiri dari Akira.

Ryujin hanya diam duduk sambil menunduk di kursi yang ada si ruangan direktur.

"Won." Direktur Shin tidak percaya dengan ucapan sang adik kandungnya itu.

"Sekolah ini harus menegakkan hukum dan keadilan!"

"Bagaimana dengan Ryujin?" nada bicara tinggi itu keluar dari mulut Pak Won.

"Ryujin?"

"Kalau kita setuju membuka kasus ini, anda harus siap anak ini mendekam di penjara." tunjuknya pada Ryujin yang membulatkan matanya.

"Jadi benar jam tangan itu salah satu buktinya Ryujin?"

Ryujin hanya diam.

"Shin Ryujin!" bentak direktur pada sang putri semata wayangnya. Ryujin tersentak dan menatap Pak Won meminta pertolongan, namun nampaknya ia tidak peduli dengan keponakannya itu.

SAVIOR GIRL | 01 LINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang