Part 9 ••• Konsekuensi

220 35 3
                                    

Sedari tadi Winter menunggu Irene pulang ke rumah, menunggu hasil keputusan pihak sekolah.

Terdengar suara pagar yang di geser, Winter melihatnya dari tempat duduk yang tak jauh dari pagar, dengan cepat ia bangun dan menghampiri Irene.

"Ibu, gimana nasib aku?" tanyanya panik, Winter hanya tersenyum tipis.

"Beasiswa kamu aman dan mereka bertiga di skorsing selama satu bulan."

Mendengar itu Winter bernapas lega, akhirnya komplotan pembuli itu mendapat hukuman.

"Bentar Bu, tunggu dulu," cegah Winter ketika Irene akan melanjutkan pekerjaannya.

"Aku tadi kenapa harus pulang?"

Irene tidak menjawabnya, entah apa yang harus diucapkannya, alhasil ia hanya menggelengkan kepalanya.

Siang tadi setelah pertemuan orang tua dan pihak sekolah, Irene dengan cepat melangkahkan kakinya keluar auditorium karena ada satu orang yang ia hindari. Namun, orang tersebut memanggil-manggil namanya sambil mengejar Irene yang berjalan cepat.

"Irene!" teriak Taeyeon dari jauh. Meskipun teriak, wanita itu tetap terlihat lembut.

Chaeryeong yang melihat mamanya memanggil Ibu dari Winter itu mengerutkan keningnya heran.

"Irene?" panggilnya sekali lagi hingga akhirnya lengan Irene di gapai oleh Taeyeon.

"Apa Winter ada di sini?"

Irene tahu pasti Taeyeon menanyakan anaknya itu, ia menepis lengan Taeyeon kemudian melanjutkan lagi langkah cepatnya. Sesekali ia menengok kebelakang melihat Taeyeon yang mematung di tempat.

"Bu?" Winter menyadarkan lamunannya, Irene mengerjapkan matanya.

"Biar kamu istirahat," jawab Irene asal.

"Tapi aku yang melaporkan kasus itu."

"Tidak apa-apa Winter, ibu bilang kamu sedang sakit."

"Loh ko-

Ucapan Winter terhenti saat ekor matanya menangkap sosok Heeseung yang berdiri di depan pagarnya.

"Heeseung?" gumamnya pelan.

"Siapa, Win?" ujar Irene saat menengok kebelakang.

"Sebentar ya Bu, itu teman aku," kata Winter pelan lalu menghampiri Heeseung.

Winter membuka pagar rumahnya, namun tidak mempersilahkan Heeseung masuk, ia hanya berdiri di sana.

Heeseung memandang Winter yang memakai seragam sekolah khas GHS lengkap dengan almamater biru tua itu dengan heran, pasalnya gadis itu sedang sakit tidak mungkin berangkat sekolah.

"Lo sakit apa?" tanya Heeseung dengan datar.

"Emmm.." Winter tidak tahu harus menjawab apa.

"Dia kecapean, jadi saya suruh istrirahat di rumah," tiba-tiba Irene datang dan merangkul bahu Winter.

"Saya hanya ingin melihat keadaannya," ucap Heeseung meluruskan tujuannya datang ke sini.

"Kalau gitu silahkan masuk," kata Irene.

"Terima kasih, saya hanya ingin memastikan Winter baik-baik saja."

Winter mengerutkan keningnya, apa yang baru saja cowok itu lakukan untuknya?

"Baguslah kalau Winter gak kenapa-napa. Win, gue pergi dulu ya masih ada urusan."

Irene menepuk bahu Irene, menyadarkan lamunan gadis itu.

SAVIOR GIRL | 01 LINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang