VII. Flashback

609 68 2
                                    

FLASHBACK ON

"Yoongi-ah kamu memikirkan apa yang hyung pikirkan kan?"

"Emm." Angguknya.

Setelah pergi dari sekolahan Taehyung, Seokjin dan Yoongi segera menemui Jimin di rumahnya. Sesampainya ditujuan, awalnya Jimin menolak akan kedatangan mereka. Namun mustahil bagi Yoongi tidak bisa meluluhkan hati seorang Jimin, hingga kini mereka sudah berada di ruang tamu dengan persetujuan yang Jimin izinkan.

Seokjin dan Yoongi menjelaskan sedetail mungkin secara bergantian mengenai masalah adiknya dengan manusia mungil ini yang terjadi kesalahpahaman diantara mereka.
Jimin kaget, ia bingung harus percaya atau tidak. Dan lagi-lagi Yoongi meyakinkannya.

"Hp Taehyung masih berada di tangan yang bernama Kai itu. Hyung ingin mengambilnya tapi gatau rumahnya. Hyung pengen kamu ikut juga nemenin kita kerumah Kai. Lagi pula kamu yang tau alamat rumah Kai."

Jimin masih diam.

"Masih gapercaya sama kita Jimin-ah?"

"Sudahlah Yoongi jangan memaksa Jimin. Mungkin Jimin butuh waktu untuk sem–" ucapan Seokjin terpotong.

"TIDAK. Aku percaya sama kalian. Aku percaya sama Taehyung. Hanya saja aku takut berada di sekeliling kalian." Kini Jimin menunduk sambil memainkan ujung jemarinya.

"Takut?"

"Takut kenapa?" Tanya Seokjin.

Jimin kembali mengangkat kepalanya dan berucap hati-hati. "Derajat aku dan kalian berbeda. Aku merasa ga pantas berteman dengan Taehyung. Ditambah lagi aku ga punya apa-apa dan siapa-siapa di dunia ini sekarang, dan itu membuatku semakin tersadar untuk menjauh dari kalian." Jimin kembali menunduk dan meteskan air matanya. Ia tidak berani menatap dua orang yang berada di hadapannya ini.

Yoongi tertawa garing. Bagaimana bisa bocah seperti Jimin ini memikirkan hal seperti itu. 

Kini Seokjin yang mencoba menjelaskan dengan perlahan, berharap Jimin mengerti dan menerimanya.

"Jimin-ah" panggilnya lembut.

Seokjin manangkap kedua pipi chubby itu dan mengangkat mensejajarkan wajah Jimin dengan wajahnya agar bertatapan dengannya. Setelah Jimin menatapnya, Seokjin memejamkan mata mengingat obrolannya dengan Yoongi di mobil.

•••

"Hyung tentang telepati yang tadi, pasti soal ingin mengadopsi Jiminkan?"

"Iya."

"Aku setuju."

"Hyung senang mendengar jawaban kamu Yoongi-ah. Awalnya hyung sempet mikir kalo kamu gabakal setuju dengan keputusan ini."

"Aku udah terlanjur sayang hyung dengan bocah itu, semenjak Taehyung berteman dengannya."

"Good. Kalo gitu nanti kita coba ajak bicara Jimin supaya dia mau tinggal dengan kita."

"Iya hyung."

•••

Seokjin tersadar dan segera membuka matanya kembali, lalu menghela nafas sebelum akhirnya menjelaskan ke Jimin.

"Jim dengarin hyung. Kita gapernah memandang orang dari kasta atau ekonominya. Kalo emang dia pantas, ya pantas. Gaada larangan bagi kita untuk orang yang pantas mendapatkan hal yang layak sekalipun dia beda derajat dengan kita." Seokjin menjeda ucapannya sebentar dan segera melanjutkannya kembali.

"Kita udah sayang sama kamu Jim. Hyung dan Yoongi hyung udah anggap kamu seperti adik kandung kita sendiri, begitupun Taehyung yang udah tidak bisa jauh dari kamu. Jadi–"

BUTTER Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang