Remember

62 10 3
                                    


"Sudah siap?"

Terry mengetuk pintu kamarnya yang didalam terdapat Lion sedang merapikan gaun. Lion terkejut dengan kehadiran Terry yang memeluknya dari belakang. Jantungnya tidak karuan, bahkan nafas pria itu menyentuh lehernya.

"Kau sudah gila ya?!"
Lion mencoba melepas tangan Terry dari perutnya.

"Iya"
Terry

"Apa semalam kau minum? Lepaskan aku! Kau membuatku takut"
Lion

"Mmm aku juga tidak mengerti"
Terry

"Kau memang sudah gila! Terry, aku benar-benar takut!!!"
Lion

Lion terus mencoba melepaskan diri, Terry dengan cepat memutar badan Lion menjadi berhadapan dengannya. Dengan kedua tangannya Lion mendorong bahu si Pangeran rambut merah agar memberikan mereka jarak. Namun dengan hal yang sebelumnya, kedua tangan Terry masih menempel dan memeluk Lion.

"Jangan takut, ini normal"
Terry

"Normal? Normal katamu?! Aku lebih baik mati kemarin daripada melihatmu seperti ini"
Lion

"Ck, bodoh. Aku hanya memastikan apakah kau bisa kembali kemari setelah minum teh dengan mereka"
Terry

"Jika aku bisa memanggil Suvin kesini, aku akan benar-benar meng-habisimu!"
Lion

Terry melepaskan tangannya dari Lion dan memasang ekspresi seperti biasanya, datar dan dingin. Dia mengibas seluruh bajunya, sebagai tanda pembersihan dari yang kotor. Pria berambut merah itu pamit keluar, untuk menunggu Lion sampai ke gerbang

"Maaf atas kelancangan saya Tuan Puteri"
Terry

Lion tidak tau jika Terry baru saja memberikan tanda di badannya. Tanda itu bisa digunakan Terry, jika benar-benar dalam situasi darurat maupun tidak. Ketika Lion sampai di gerbang, terlihat yang mulia raja dan ratu yang sudah duduk didalam kereta kuda.

"Lion kamu lama"

Julia menyapa Lion dari dalam kereta, disampingnya terlihat wajah Yang mulia raja August tidak begitu suka dengan situasi sekarang. Mengantar Lion sama saja memasuki area musuh, raja dan ratu hanya akan sampai di perbatasan dan tidak boleh sampai ke pantai. Lion memberikan hormat pada mereka berdua, dia lalu masuk ke kereta kuda yang sudah ditumpangi pangeran bersaudara itu. Mereka berangkat melewati hutan.

"Bagaimana perasaanmu?"
Giyu

"Entah, masih berfikir apakah aku bisa bernafas disana?"
Lion

"Yang pasti, kau jangan sampai mati"
Terry

Kata-kata Terry makin tidak benar di telinga Lion. Jadi dia membuang mukanya ke arah jendela kereta, dia sekilas melihat sesuatu dari luar jendela.

"(Eh! Itu...)"

Kereta yang ditumpangi Pangeran dan Puteri itu lebih dulu melewati hutan dan sampai ke pantai. Pangeran Jun terlihat berdiri menunggu di pesisir dan juga disana dan juga seorang wanita ikut disampingnya. Saat Lion turun dari kereta, terlihat mata mereka berbinar-binar dengan takjub.

"Yang terhormat Pangeran Jun"
(membungkuk)

"Kita bertemu lagi Lion, perkenalkan ini ibuku"
Jun

"Senang bertemu dengan anda, saya Lion"

"Saya Rinn"

Mata Rinn juga tertuju pada dua Pangeran bersaudara yang berdiri di belakang Lion. Dia berjalan ke arah mereka.

Prince Request!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang