part 10. Bingung

12 3 0
                                    

"Cinta itu pasti berlabuh pada objek yang membuatnya tertarik, entah karena fisik, atau memang baik.

Amalia alfaqih
💚

🌷🌷🌷🌷🌷

Shafira memaklumi kalau dosennya itu mengutarakan isi hatinya, Shafira juga tidak bisa melarang karena itu hak setiap manusia. Yang Shafira heran, kenapa pak Revan bisa menyukainya, padahal masih banyak mahasiswa dan dosen perempuan yang lebih cantik darinya. Entahlah, mungkin ada satu daya tarik tersendiri dari Shafira yang membuat pak Revan menyukainya.

Kalau saja Fikri yang mengucapkan kata cinta untuknya, mungkin Shafira sangat bahagia, pasti gadis itu teriak kegirangan karena rasa sukanya terbalaskan, tapi ini bukan Fikri, melainkan pak Revan, dosennya sendiri.

"Astagfirullah, sadar Fira..," menepuk pelan kedua pipinya.

"Pak Revan itu ganteng, pasti banyak yang suka, mungkin aku cuma di jadiin bahan percobaan doang kali yah, biar aku baper terus ngejar-ngejar cintanya pak Revan, ihh.. aku gak mau GR duluan, pokoknya aku harus hati-hati sama pak Revan." Ucap nya pada diri sendiri.

"Heh, Kamu ngapain ngomong sendiri? Udah kayak orang gila aja." Shafira menoleh kaget, sejak kapan ayahnya berdiri di pintu kamar.

"Ya Allah ayah, cantik gini disebut orang gila."

"Lagian ngapain sih pake ngomong sendiri, mending ngomong sama ayah."

"Ayah kesini lah! Ngapain diem disitu, mau cosplay jadi satpam," cetus Shafira sembari tertawa, membalas ejekan ayahnya waktu itu.

Adrian berkacak pinggang. "Heh, kalau ngomong yang bener, duda keren kayak ayah gak cocok jadi satpam."

"Terus cocoknya jadi apa? Jadi supir taksi online." Shafira terus tertawa menggoda ayahnya.

"Ayah cocoknya jadi hot Daddy, kamu juga kalau jalan sama ayah pasti orang ngiranya kita suami istri," ujar Adrian bangga.

"Helehh...inget umur, yah."

Adrian mendengus pelan. "Udah-udah, kenapa jadi bahas ini."

"Hehe, bircindi iyih."

Shafira terdiam, memilin ujung piyama yang ia kenakan, gadis itu mengumpulkan niatnya untuk bercerita pada Adrian.

"Fira mau cerita, yah. Tapi ayah jangan marah." Adrian mengangguk.

Lalu Shafira menceritakan semuanya pada  Adrian, tanpa ada yang di tutupi. Sesekali Adrian mengangguk merespon cerita putrinya itu. Adrian mengakui kalau putrinya itu memang sangat cantik, alis yang tebal, bulu mata lentik, iris mata yang berwarna coklat terang, jangan lupakan pipinya yang chubby seperti moci, wajar saja salah satu dosen itu tertarik pada putrinya.

"Ayah tau kamu gak nyaman sama sikap dosen kamu itu, tapi kamu gak bisa maksa dia untuk hapus perasaannya sama kamu, sayang. Cinta itu hadirnya secara tiba-tiba, dia juga melabuhkan rasa cinta itu pada suatu objek yang membuatnya tertarik."

"Saran dari ayah, kalau kamu gak nyaman atau gak suka sama dosen kamu, jangan kasih dia harapan walaupun dengan hal kecil, juga jangan terlalu menunjukkan kalau kamu itu gak suka sama dia, bersikaplah sewajarnya, ayah gak mau putri ayah ini sampai menyakiti hati laki-laki."

Shafira menunduk, ucapan ayahnya itu memang benar, ia harus bersikap sewajarnya, layaknya dosen dan mahasiswa. Sepertinya Shafira juga perlu membicarakan ini baik-baik dengan pak Revan, jangan sampai lelaki itu sakit hati karenanya.

"Makasih ayah buat sarannya, Shafira jadi lega udah cerita sama ayah."

Senyum Adrian mengembang, "sama-sama, sayang. Ayah senang kamu mau cerita sama ayah."

Dalam diamkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang