Mencintai dalam diam itu gak repot. Karena kita tidak perlu memaksa seseorang untuk membalas cinta, cukup dekati tuhan dan biarkan taqdir yang menentukan.
Amaliaalfaqih
💚🌷🌷🌷🌷🌷
Kotak bekal berwarna hijau itu kini sudah siap di atas meja, kotak yang berisi nasi goreng seafood serta beberapa sayuran rebus tersaji disana. Tak lupa, Shafira memasukkan satu kotak bekal berisi buah buahan segar. Jam di dinding menunjukkan pukul 07.30, gadis itu segera merapikan kotak bekal dan memasukkan ke dalam paper bag.
"Udah siap, Ra?" Tanya Bella yang sudah siap dengan gamis hitam dibalut dengan pashmina berwarna abu muda.
"Udah nih, yuk berangkat!"
"Biar gue yang nyetir," sahut Bella lagi lalu di angguki oleh Shafira.
Jalanan di hari Senin memang selalu padat dan macet, walaupun suasana Bandung tak seperti ibu kota Jakarta, nyatanya tak ada yang berbeda jika menyangkut jalanan yang berhiruk pikuk di pagi hari.
Mobil Audi R8 berwarna silver memasuki area kampus, dua gadis berhijab itu kini turun dari mobil itu.
"Bel, semoga kak Fikri suka yah," Ucap gadis itu penuh harap.
"Iya, suka sama nasi gorengnya, bukan sama lo."
Deg
Selintas rasa sesak menyambar hati, Shafira mendadak diam, mencerna kalimat yang Bella ucapkan. Sahabatnya itu tidak salah. Hanya saja ucapan itu memang kurang pas untuk di lontarkan.
"Ra, gue gak bermaksud-" Bella menyadari keterdiaman Shafira, merutuki kebodohannya itu, seharusnya sebagai sahabat ia mendukung Shafira, tapi ucapanny malah membuat Shafira sakit hati.
"Gak apa-apa Bel, aku gak baper kok." Shafira berusaha tersenyum, lebih tepatnya senyum yang di paksakan.
"Ra, gue serius. Gue minta maaf ya, ini mulut emang susah banget buat di rem." Bella semakin merasa bersalah melihat Shafira, gadis itu memang tersenyum, namun tatapan matanya tak bisa berbohong kalau dirinya merasa sakit.
"Santai aja, yaudah kita masuk, aku udah gak sabar mau ngasih ini ke kak Fikri." Merangkul Bella seakan tak terjadi apa-apa sebelumnya. Bella semakin merasa bersalah karena Shafira tak menunjukkan rasa kesal ataupun marah, Bella sangat bersyukur bisa kenal dan dekat dengan Shafira, gadis yang kuat dan tangguh, bisa menutup rapat rahasia hati yang hanya tuhan dan Shafira saja yang tahu.
Bahagia terus, Ra.
🌷🌷🌷🌷🌷
Fikri baru saja keluar dari ruang dosen, menyerahkan map berisi bandle skripsi, lelaki itu sangat bersyukur di mudahkan dalam mengerjakan tugas akhir, tinggal menyelesaikan penelitian, Fikri bisa langsung mengajukan jadwal sidang.
Langkah tegap di iringi suara sepatu yang menapak lantai, Fikri tak menghiraukan banyak tatapan mata yang menatap ke arahnya, Fikri berniat pergi ke kantin kampus karena kebetulan dirinya belum sarapan. Sampai disana, Fikri melihat sosok Dafi yang sibuk makan sambil mengerjakan sesuatu di laptop.
"Makan dulu, baru nugas," Celetuk Fikri yang kini duduk berhadapan dengan Dafi.
"Gue pengen cepet nyerahin bab 3, pusing di teror mulu sama dospem." Dafi mengacak rambut kasar. Sambil menyuap nasi uduk, Dafi juga tak berhenti mengetik kata demi kata pada laptopnya.
"Gue pesan makan dulu."
"Yee, nyuruh gue makan sebelum nugas, sendirinya juga gitu."
Tak menanggapi ucapan Dafi, Fikri beranjak dari duduk ingin memesan sesuatu untuk mengisi perutnya yang sudah berdemo.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dalam diamku
SpiritualMemendam rasa cinta bertahun-tahun itu tidak mudah, ada banyak rasa yang tak bisa di realisasikan, ada ucapan yang tak bisa di lontarkan, ada rasa protes yang tak bisa di ungkapkan dan ada cemburu yang tak bisa di perlihatkan. semua itu Shafira simp...