Empat Puluh Lima

1.7K 149 7
                                    

Sepulang bekerja hari ini aku ada acara bertemu dengan Tante Rani di salah satu Mall di Jakarta Selatan. Sedari tadi Dallas terus mengirimiku pesan , bilang akan menjemputku di Mall nanti. Aku menolaknya karena selain aku memang membawa mobil, sepulang dari Mall nanti aku ingin ke rumah sakit menjenguk Gita sebelum aku besok berangkat ke Bali.

Aku sengaja izin pulang cepat dan membawa  pekerjaan ke rumah agar bisa diselesaikan nanti malam. Jam empat sore aku sudah bertolak menuju Mall tempat aku dan Tante Rani janjian. Tante Rani katanya datang bersama  Mbak Laras, kakaknya Dallas. Aku pikir kami hanya akan bertemu berdua saja, tapi aku sedikit lega akhirnya Tante Rani mengajak Mbak Laras.

Aku lumayan cepat akrab dengan Mbak Laras dibanding yang lainnya. Saat aku berkunjung ke rumah Dallas waktu itu, Mbak Laras banyak mengajakku ngobrol terlebih dahulu, mungkin karena usianya jauh di atasku, dan merupakan sosok Kakak untuk Dallas, dia seolah punya kewajiban untuk mencairkan suasana. Beberapa kali setelahnya juga kadang Mbak Laras mengirimiku pesan bertukar kabar  atau bertukar pesan saat aku mengomentari status Whatsapp nya yang lebih sering menunjukan aktifitas kedua anaknya Dida dan Dadi.

Jalanan sore hari ini belum terlalu macet karena memang belum waktunya bubaran kerja. Itu juga alasanku memilih pulang cepat, kalau aku keluar kantor telat beberapa menit lagi saja, kemacetan akan terjadi dimana mana, yang ada aku akan sangat telat sampai tujuan.

Aku menebak nebak sepanjang perjalanan kira kira Tante Rani akan membahas masalah pertemuan kita terakhir kali atau tidak, karena setelah itu kami belum bertemu atau bahkan berkomunikasi lagi. Itupun sedikit membuatku canggung dan merasa tidak enak.

Aku merasa sedikit keterlaluan dan kekanak kanakan saat Beliau menghubungiku dan mengirimiku pesan terakhir kali. Aku tidak menjawabnya bahkan setelah itu aku sama sekali tidak mengiriminya pesan lagi. Saat itu aku terlalu mementingkan perasaanku yang sakit dan tidak menghiraukan yang lainya.

Setelah sampai di Mall dan memarkir mobil, aku naik ke lantai dua tempat kami janjian bertemu. Aku melihat Tante Rani dan Mbak Laras dari kejauhan, mereka sedang ada di toko pakaian anak anak.

Mbak Laras menyadari kehadiranku saat aku memasuki toko, dia mengulas senyum dan langsung menghampiriku. Kami berdua berbalas pelukan dan cium pipi kiri kanan, aku pun menghampiri Tante Rani yang ikut melihat ke arahku, aku menyalami tangannya dan mencium pipinya. Dia mengusap lenganku dan tak henti hentinya tersenyum.

Tante Rani adalah orang yang ramah sejak dari dulu aku mengenalnya. Pembawaannya anggun sangat pas dengan nada bicaranya yang kalem dan keibuan, mungkin itu yang menyebabkan Ibu dan Tante Rani bisa berteman dekat. Tante Rani bukan Ibu Ibu cerewet yang berbicara membabi buta, dia seolah tau kapan harus diam atau saat harus banyak bicara.

Aku bisa tau dari mana sifat Dallas menurun, Om Burhan Adalah laki laki yang sangat tidak banyak bicara. Sifat kalem dan irit bicara jelas menurun dari kedua orang tuanya.

"Gimana Sya, sehat kan?." Tante Rani bertanya sambil memilih milih baju yang tergantung di pajangan.

"Sehat Tan, Tante gimana?". Aku mengikuti Tante Rani di belakangnya sambil ikut  melihat lihat.

"Tante sehat ko, tapi namanya juga udah tua, ya beginilah kadang ada aja keluhannya. Ibu kamu gimana?, Tante juga udah lama gak ngobrol apalagi ketemu sama Ibu kamu".

"Ibu sehat, Tan".

Suara anak kecil terdengar di belakangku. Aku melihat Mbak Laras dan Dadi keluar dari ruang ganti, pantas saja tadi aku langsung tidak melihat Mbak Laras, ternyata dia mengajak Dadi mencoba beberapa Pakaian.

"Hai Dadi, Tante gak liat kamu. Masih ingat kan sama Tante Sya?". Aku menunduk mengusap kepala Dadi yang tampak kaget melihatku. Dadi adalah anak kedua Mbak Laras, umurnya baru empat  tahun, hampir seumuran dengan Ando anaknya Saras.

Namanya DallasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang