Enam

5.8K 178 0
                                    

Pagi pagi sekali aku sudah bangun, aku hampir tidak bisa tidur. Berbeda dengan laki laki yang terlelap di sampingku, aku seperti menampung orang asing atau memang benar orang asing?.

Asal usulnya saja aku tak tahu, hanya namanya saja yang sekilas tadi malam dia ucapkan, itupun tidak tau benar atau tidaknya.

Setelah bangun tidur keesokan harinya pikiran kita biasanya jadi lebih logis. Merutuki kejadian kemarin malam, serasa mimpi karena terjadi begitu tiba tiba. Kalau bukan karena ada bukti dia masih tidur di ranjang hotel kamarku, aku bisa saja berpikir itu semua hanyalah mimpi.

Aku sudah mandi dan berpakaian, tadi di kamar mandi didepan cermin aku terus memandang diriku. Setiap jengkal yang dikecup dan dibelainya, dan setiap mengingatnya pula ada yang menggelitik di bawah sana.

Apa karna aku perawan tua?. Gita bakal tertawa kalau saja dia tau semalam aku hampir melakukannya, dia pasti menertawakan aku karena hampir saja menyerahkan diri pada orang yang baru aku kenal.

Dulu, aku hanya diam saat Gita tanya apa aku pernah melakukannya dengan mantan kekasihku?, menggaruk tengkukku dan tersenyum canggung. Bukankah para wanita bangga kalau dirinya masih perawan?, tapi beda di jaman sekarang, kalau masih perawan kita malah ditertawakan.

Tapi semalam indah, bukan dipaksa tapi aku sangat sadar. Malah cukup sadar untuk menghentikan semuanya.

Dia menggeliatkan tubuh setengah telanjangnya, mengerjapkan matanya karena sinar pagi sedikit masuk dari celah gorden yang sempat kubuka tadi.

Meraba raba kasur disampingnya, aku hanya diam memandangnya, seolah sedang mencari sesuatu.

Dia kemudian tersentak bangun dan terlihat lega setelah melihat aku sedang duduk di kursi, di depan ranjang memandangi nya sedari tadi.

"Hay,,, aku pikir kamu bakalan pergi kaya di film film". Dia tersenyum dengan rambut kusutnya.

"Aku harus pergi kemana? Bukankah ini kamarku?". Aku langsung mengalihkan pandanganku pada laptop dipangkuanku, ada sedikit pekerjaan yang harus aku email ke kantor.

Dia kembali tersenyum dan bangkit dari ranjang, mengambil kaosnya yang ada di lantai dan memakainya asal.

Dia menghampiriku dan mencium kepalaku.

Aku langsung menghentikan pekerjaanku dari layar laptop dan menatapnya, dia tersenyum lagi dan lagi sambil berjalan ke kamar mandi. Apa yang kami lakukan begitu mengalir serasa sudah ribuan kali kami menjalani rutinitas ini.

Suara air dari kamar mandi jelas menunjukan aktifitasnya, dia menganggap kamar ini adalah kamarnya. Aku menggeleng, apa dia sudah berpikir hanya karena kejadian semalam membuat kita berdua punya ikatan?.

Aku mengedikkan bibirku, bahkan dia taunya aku sudah punya pacar kan!

Dia lalu keluar dari kamar mandi dengan baju yang sama, hanya tampilannya yang berbeda, lebih segar dengan rambut basah yang sedang dikeringkannya memakai handuk.

"Kapan kamu pulang ke Jakarta?". Dia berjalan ke arah mesin kopi dan menyalakannya.

"Mmm...hari ini". Aku mencoba untuk tidak tergoda terus menatap ke arahnya. Berusaha mengabaikan sisa tetesan tetesan air yang turun dari rambutnya, hanya suaranya yang terdengar kala dia menyeruput kopi panasnya.

Apa caranya menempelkan bibir ke gelasnya sama dengan semalam saat dia menempelkannya dengan lidahku?.

Oh Tuhaaannn!!!, akumengerag frustasi dalam hati. Sudah jelas kalau sekarang aku memang benar benar wanita yang haus belaian, tiga tahun berpisah dengan Saga jelas waktu yang lama untuk kembali merindukan berbagai sentuhan itu.

Namanya DallasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang