Dia masih sama seperti tiga tahun yang lalu, berdiri di hadapanku dengan senyum seolah kami teman lama yang baru bertemu lagi, mungkin dia menganggapku teman tapi aku tidak. Walaupun dendam itu sudah mengabur dari hatiku tapi dia ku anggap hanya sebatas masa lalu, tidak untuk berteman.
"Hay Sya, aku gak nyangka bisa ketemu kamu disini". Dia mengulurkan tangannya, sebagai tanda aku baik baik saja kubalas juga uluran tangannya.
"Iya lagi ada kerjaan". Jawabku sebisa mungkin terlihat biasa saja.
Dia melihat ke arah Dallas, mungkin ingin bertanya, siapa tapi merasa tidak pantas. Seakan Dallas mengerti dia langsung mengenalkan dirinya dan tersenyum.
"Boleh aku duduk disini?".
Untuk apa?.
Aku melihat ke arah Dallas karena meja ini bukan hanya milikku, dia mengelus punggungku dan tersenyum.
"Yah,,silahkan". Jawabnya ramah tidak merasa terganggu.
"Gimana kabar kamu sya?". Saga membuka lagi obrolan.
"Baik". Aku jelas baik baik saja, memangnya apa yang ingin dia lihat?. Melihat aku yang terpuruk menyesal karena tidak memberinya kesempatan untuk pengkhianatannya?. Aku sekarang baik baik saja, walau lebih baik untuk tidak bertemu seperti ini sih, kalau bisa memilih.
"Kamu kesini sama siapa?", kenapa aku bertanya?. Apa aku se-ingin tahu itu pada dia yang sekarang. Apa yang aku harapkan?, dia yang hancur menyedihkan setelah aku tinggalkan?. Bukannya barusan aku bilang kalau dendam itu sudah lama lenyap?.
"Hmm...Sama anak dan istriku, disana". Dia menunjuk anak yang sedang ada di wahana menggambar atau lebih jelasnya mencoret coret dengan seorang wanita yang memeganginya.
Ohhh...Ternyata dia anaknya, dan ternyata hidupnya berjalan lancar.
Saat dia bilang dulu itu suatu kesalahan, saat dia bilang tidak mengenal sama sekali wanita yang ditidurinya, sekarang dia terlihat seperti keluarga bahagia, hidup memang misteri!.
Aku mencoba tersenyum saat melihat ke arah yang ditunjuknya, mencoba terlihat tidak terganggu sedikitpun, memang tidak ada rasa cemburu atau sakit hati. Hanya sedikit perasaan pengharapan kalau hidupnya seharusnya tidak sebahagia itu, atau aku terlalu naif untuk mengakui kalau rasa sakit hati dan dendam itu diam diam mengakar dan tak mau lepas?.
Dia terlihat ingin berbicara, mungkin tidak enak karena ada Dallas disitu, Dallas yang seolah acuh tetap duduk dan sesekali meminum kopinya, dan aku yang merasa tidak perlu untuk membuat Dallas pergi dari sini, tak ada alasan untuk itu.
"Hmmm.. .Aku cari cari kamu sya, aku kehilangan semua kontak kamu dan kamu juga keluar kerja".
Untuk apa? Tapi tak bisa ku keluarkan, semua itu masa lalu.
"Aku gak bisa disini lama lama, boleh aku minta kontak kamu?". Dan siapa yang mengharapkan kehadirannya disini lama lama, kecanggungan ini menyeruak dari tadi, tapi Dallas seakan tidak terganggu jelas dengan gerakannya yang sesekali mengelus punggungku selah sengaja ingin menunjukan kedekatan kami.
Kalau tidak ada Saga, aku ingin sekali menepis tangannya, yang dilakukannya berlebihan sekali. Skinship berlebihan yang dia lakukan selama beberapa menit hanya untuk mencoba membuat aku dan Saga canggung seperti ini.
"Kalau gitu ini kartu namaku, kamu bisa hubungi aku disitu". Dia menyodorkan kartu namanya dan berdiri karena aku tidak mengindahkan omongannya saat dia meminta kontakku. Dia berdiri dengan canggung sambil sesekali melirik kearah tangan Dallas yang ada di punggungku.
Apa dia masih ada rasa cemburu?.
Jelas dia tidak akan sekonyol itu saat dia mengajak anak dan istriya pergi berlibur seperti itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Namanya Dallas
Romance*Terdapat beberapa konten untuk 21+, harap pembaca bijak. Hidupku berubah dalam satu malam. Hanya karena matanya yang seperti bulan sabit saat tersenyum, bibir tipis yang selalu menyunggingkan senyum jahil, dan alis matanya yang lebat terukir rapi...