Enam Puluh Satu

1.4K 135 3
                                    


Mobil yang kukendarai ku parkirkan di depan sebuah cafe, begitu aku meninggalkan gedung kantor. Bunyi lonceng di atas pintu menyambutku saat aku mendorong pintu kaca café yang memang tidak jauh dari kantorku. Hari ini aku mampir untuk menutup kenanganku untuk terakhir kalinya. Ujang tersenyum padaku saat aku memesan segelas es cappucino dan sepotong kue red velvet yang biasa aku pesan bersama Gita dulu.

Aku duduk di meja yang biasa ku tempati, suasana café masih sepi karena baru akan masuk jam makan siang. Tempat duduk yang langsung mengarah ke jalanan yang bisa dilihat dari balik kaca jendela. Aku biasanya duduk dengan Gita disini menertawakan apa saja yang mata kami bisa tangkap, memperhatikan tingkah para pejalan kaki yang lewat di depan café.

Aku mengirimkan pesan pada Gita, bilang padanya kalau aku sedang duduk seorang diri mungkin untuk terakhir kalinya di café langganan kami, dan dia membalas kalau dia juga rindu duduk menyeruput americano kesukaannya sambil menertawakan hal yang belum tentu menurut orang lain lucu.

Ujang berjalan menghampiri mejaku, tampak mengantarkan sendiri pesananku. "Mbak, udah lama saya gak liat Mbak. Mbak Gita kemana?". Tayaya sambil meletakan pesananku di atas meja.

Yah, aku memang sudah lama tidak kesini, kalau bukan Gita yang mengajakku atau kebetulan ada anak kantor yang juga ingin kumpul disini, aku tidak mungkin duduk sendirian seperti sekarang, duduk bengong seperti orang kesepian atau orang yang tidak punya teman demi menikmati secangkir kopi saja.

"Gita, udah gak kerja disini lagi, Jang". Aku mengambil gelas berisi es cappucino pesananku dan menyedot isinya.

"Pantesan gak pernah liat lagi. Sekarang, Mbak Sya, sendirian dong". Aku hanya tersenyum menanggapi ucapannya, Ujang mungkin tidak tau,kalau ini bisa menjadi kali terakhirnya juga melihatku disini. 

Nada dering ponsel ku berbunyi. Nama Dallas tertera di layar ponsel, bibirku tanpa sadar menyunggingkan senyum sambil menjawab panggilannya.

"Hallo, Sya, kamu dimana?". Sambutnya begitu aku menempelkan layar ponsel di telinga.

"Aku baru keluar kantor, sekarang lagi duduk di café sambil nunggu waktu". Aku dan dia rencananya akan fitting baju untuk akad nanti. Mbak Laras, Kakaknya Dallas juga akan ikut menemaniku. Makannya aku memutuskan untuk mampir ke café sekalian menunggu waktu pertemuan kami daripada harus kembali dulu ke rumah.

"Sendiri?". Tanyanya.

"Iya sendiri". Jawabku.

"Ngapain kamu sendirian di café?, mending kesini aja biar kita bisa berangkat bareng".

"Bukannya kamu katanya ada meeting siang ini?".

"Iya. Tapi kan kamu bisa nunggu di ruangan aku, sekalian istirahat daripada bengong sendirian".

"Nggak lah. Aku nunggu disini aja. Mungkin ini terakhir kalinya aku duduk di cafe ini, nanti kan gak kesini lagi".

Dallas tertawa di telepon dengan kalimatku. "Sayang, emang kamu lagi dimana?. Itu masih di Jakarta kan!, kita bisa kesana tiap hari kalau kamu mau". Mungkin terdengar berlebihan, tapi aku bukan orang yang suka nongkrong di tempat tempat seperti ini, kemungkinan aku untuk datang kesini lagi sangat kecil.

"Oh ya,Sya .Kamu gak minum kopi kan?". Tanyanya kemudian.

Aku langsung melihat gelas yang ada di depanku, segelas es cappucino yang sudah kuseruput sebanyak dua kali.

"Kamu pasti pesen kopi ya!, jangan diminum ya, ganti sama air putih kalau nggak susu aja. Ibu hamil gak boleh minum kopi". Suara Dallas terdengar tegas dan tidak boleh dibantah.

Namanya DallasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang