Bohong kalau pertemuanku kembali dengan Dallas tak ada pengaruhnya sama sekali bagiku, setelah malam itu aku bahkan tidak bisa tidur. Bagaimanapun, mau tidak mau Dallas menjadi orang yang berpengaruh besar dalam step kehidupanku.
Dari si culun yang so suci menjadi tipe wanita murahan yang tanpa pikir panjang melemparkan dirinya pada hubungan satu malam yang panas hanya karna gairan semata.
Aku perlu berfikir lagi, semenjak ajakannya waktu itu, memulai kembali hubungan kami dengan cara yang benar, bersikap seperti layaknya dua orang dewasa yang sudah harus memikirkan masa depan. Atau itu hanya pikiranku saja, bukan berarti maksud Dallas ingin memulai kembali adalah untuk ke jenjang yang lebih serius, mungkin maksudnya kita berdua bisa berpacaran.
Tapi aku seakan menghindarinya, seolah berhubungan dengan Dallas adalah suatu kesalahan padahal apa yang kami lakukan waktu itu tanpa paksaan siapapun, besar andilku didalamnya.
Tapi entah setiap aku melihatnya, aku makin merasa bersalah, terus mengingatkan bagaimana mudahnya aku malam itu, dan aku tau kesalahan seperti itu bukan tidak mungkin terjadi lagi, kita berdua sama sama menginginkannya, tubuh kami tidak bisa berbohong setiap berdekatan, seolah ada listrik yang otomatis menyengat, saling tenggelam karna tubuhku terus berhianat saat akalku bilang berhenti.
Belum lagi aku harus menyimpan hubungan satu malam itu dari Gita. Walaupun aku tau dia tak akan pernah menghakimi, tetap saja Dallas adalah temannya Mas Rama, suatu kebetulan seolah dunia hanya selebar daun kelor saja.
Aku tak ingin mendapatkan tatapan lain dari Gita kalau dia tau yang terjadi, walaupun aku sangat yakin lagi, atau berharap dia mengerti kegilaan aku tentang hubungan satu malam itu, tapi nanti, bukan sekarang aku akan bercerita padanya.
Setiap pesan Dallas kuabaikan, aku hanya tidak tau harus bersikap seperti apa, aku membuat semuanya rumit dengan menghindarinya.
"Sya, lo kenal sama Dallas apa nggak sih sebenernya?". Gita membuatku kaget dari lamunanku, apalagi dengan pertanyaannya yang tiba tiba tentang Dallas.
"Maksudnya?" aku masih bersikap biasa saja, semoga Gita tidak melihat raut muka kagetku.
"Iya Dallas temennya Rama, gua janjian makan siang sama Rama, tapi laki gua bilang dia sama Dallas, dan dia minta gua ngajak lo juga".
"Kenapa gua harus ikut?".
"Gua yang harusnya nanya, pasti ada sesuatu, Rama gak mau bilang apa apa, katanya cuma makan biasa aja".
"Hmmmm....". Apa niatku untuk tidak bercerita pada Gita harus langsung gagal hanya karna tindakan bodoh Dallas yang terang terangan kaya gini.
"Gua gak nyangka selama ini gua jodohin lo sana sini gak ada yang nyangkut, akhirnya ada juga yang cocok sama lo". Gita menyikut tanganku sambil mengerak gerakan alisnya, aku tau dia sedang menjahiliku, tapi bukan itu intinya.
"Gak gitu Git, gua..."
"Cobalah buka hati Sya, gua gak mau ikut campur ada apa antara lo sama Dallas, gua cuma berharap lo bisa ngasih dia kesempatan, selama ini kan lo selalu gitu, sekali jalan udah, nyari apa si?".
Oh Gita gak tau saja apa yang sudah terjadi, dia bakal membelalak kaget kalau tau yang udah terjadi antara aku sama Dallas.
"Gua juga belum kenal sama temennya Rama yang namanya Dallas ini, tapi kata Rama dia baik secara keseluruhan, walaupun katanya banyak berhubungan sama cewek cewek gitu, katanya dia pernah patah hati sama cewe...Siapa ya namanya yang pernah diobrolin sama temen temenya Rama waktu itu, gua lupa namanya...Wi...Wi...Wini, iya Wini".
"Wini?".
"Iya Wini".
Akh yah aku ingat nama itu, pantesan waktu itu Dallas keliatan salah tingkah saat teman temannya membahas tentang Wini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Namanya Dallas
Romance*Terdapat beberapa konten untuk 21+, harap pembaca bijak. Hidupku berubah dalam satu malam. Hanya karena matanya yang seperti bulan sabit saat tersenyum, bibir tipis yang selalu menyunggingkan senyum jahil, dan alis matanya yang lebat terukir rapi...