Chapter 8 : Better Keep It

768 139 26
                                    

⚠️this chapter contains alcohol use and drunk scene. your considerations is required before reading this chapter⚠️

.

.

"Satu Bean Bacon Soup, satu Italian Sausage Stew, dua Lemon Ricotta Pasta, dua Peach Jelly, dan terakhir ... hmmm ... dua gelas Lemonade Squash sepertinya tidak buruk," ujar Hermione menyebut menu yang dipesan kepada pelayan yang sibuk mencatat. Harry yang masih melihat-lihat isi buku menu cukup terkejut mendengar semua pesanan sahabatnya itu. Mungkin Hermione sedang sangat kelaparan.

"Apakah ada pesanan lainnya?" tanya pelayan itu memastikan setelah ia mencatat seluruh pesanan Hermione.

"Sudah, itu saja," sahut Hermione dengan cepat sebelum Harry dapat membuka mulut.

Pelayan itu hanya mengangguk kemudian menghilang dari hadapan keduanya. "Aku bahkan belum menyebut pesananku!" protes Harry pada wanita di depannya.

"Oh, tenang saja. Aku sudah memesankan menu terbaik di restoran ini," jawab Hermione dengan santai.

Harry memutar kedua bola matanya. "Kukira semua itu pesananmu," cibirnya.

Hermione tertawa pelan. "Kau pikir aku gila, ya? Aku tidak akan sanggup menghabiskan itu semua sendirian," ucapnya sambil tertawa.

Harry hanya balas tertawa kemudian mengalihkan pandangannya ke sekeliling restoran. "Kau sering ke sini?" tanya Harry kemudian.

Hermione mengangguk. "Sangat sering. Ron benar-benar suka restoran ini. Kami selalu ke tempat ini setiap kamis malam," ucap Hermione sambil memainkan cincin di jarinya.

"Wah, aku semakin penasaran dengan rasa makanan di tempat ini, sampai menjadi tempat wajib untuk kencan kalian," balas Harry.

"Kau tidak akan kecewa dengan rasa makananya," ujar Hermione. Keduanya lanjut mengobrol ringan mengenai kehidupan masing-masing. Lebih tepatnya, Hermione yang lebih banyak menceritakan pengalamannya selama bekerja.

"Kau tahu, aku benar-benar membenci si Davies! Ia selalu berusaha mencari kesalahan dari pekerjaanku, benar-benar menjengkelkan!" Wanita itu bercerita dengan berapi-api mengenai seorang pegawai kementrian bernama Davies. Harry hanya mendengarkan sambil memberikan tanggapan beberapa kali mengenai Davies yang kalau tidak salah adalah seorang Ravenclaw beberapa tahun di atasnya. Tepat saat Hermione menyelesaikan ceritanya mengenai Davies, seluruh hidangan telah diantar ke meja mereka.

"Baik, mari mulai makan," ajak wanita itu. Ia menyodorkan mangkuk dengan sup berwarna kekuningan kepada Harry. Ia mulai menyantap sup sosis favoritnya yang berwarna kemerahan.

Harry mulai menikmati sup daging dan kacangnya. Sensasi gurih dan hangat menyapa dinding kerongkongannya. Hermione benar, sup itu bisa dikatakan sebagai sup paling enak yang pernah ia rasakan. Dengan semangat ia kembali menyantap makanan yang masih hangat itu.

"Benar, kan? Makanan di sini memang enak," ucap Hermione membanggakan diri seakan dia yang bekerja keras untuk memasak semua makanan yang terhidang di meja itu.

"Ya! Aku akan mengajak Draco ke sini lain kali!" balas Harry dengan semangat.

"Kau harus berhenti berkencan dengan sepupumu itu. Pergi cari pacar untukmu sendiri, Harry!" gelak Hermione sambil menyeruput minuman lemonnya.

Harry tersedak mendengar ucapan Hermione barusan. "Maksudnya? Sepupu?"

"Ya. Sirius adalah ayah baptismu. Ibunya Draco adalah sepupunya Sirius. Itu artinya Draco secara tidak langsung adalah sepupumu. Meskipun secara hukum dan darah tidak," jelas wanita berambut cokelat itu.

The Day We PromisedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang