Chapter 23: icy cold day

220 27 7
                                    

Mengunjungi Hogsmeade untuk bertemu dengan Hector kini menjadi rutinitas baru yang Harry lakukan setiap akhir pekan. Seperti biasa, bepergian dengan jaringan floo yang mengharuskannya untuk transit di beberapa titik masih menjadi andalannya.

Sempat terpikir olehnya untuk menggunakan sapu. Namun ia yakin pasti akan menghabiskan waktu yang cukup panjang. Selain itu, menaiki naga besi favorit para muggle atau pesawat terbang juga sempat dipertimbangkan olehnya. Namun niat itu ia urungkan karena menunggangi naga besi merupakan salah satu daftar yang ingin ia lakukan bersama seseorang di masa lalunya.

Apa kabarnya saat ini?

Harry sampai saat ini masih belum pernah mendengar kabar pria itu sama sekali. Atau mungkin ia yang tidak ingin mencari tahu sama sekali demi kebaikan batinnya sendiri.

Tidak pernah sekalipun ia bertanya kepada Ron ataupun Hermione yang ia yakini beberapa kali masih berpapasan dengan si pirang platina di kementerian.

Sosok pria bernama lengkap Hector Emeric Switch mulai berhasil menjadi penghuni di hatinya. Kalau tidak, bagaimana mungkin Harry bersedia untuk menemui pria itu setiap akhir pekan.

Seperti saat ini, Sabtu pagi di awal Desember. Harry baru saja keluar dari pemberhentian terakhir jaringan floo yang akan membawanya bertemu dengan Hector. Dengan sedikit menunduk, ia keluar dari perapian berdebu itu. Tak lupa ia membersihkan debu yang menempel di rambut serta pakaiannya.

Saat Harry melangkah keluar dari pos jaringan floo, pemandangan Hogsmeade yang menyerupai kartu natal menyambutnya. Lengkap dengan gerombolan manusia berjubah tebal warna-warni yang memadati jalanan, mengingat ini adalah hari kunjungan Hogsmeade bagi siswa-siswi Hogwarts.

Kedua kakinya terus melangkah menyusuri deretan toko-toko yang terlihat sibuk melayani gerombolan remaja. Harry tersenyum kecil melihat pemandangan itu, membuatnya jadi mengenang tahun-tahunnya saat masih berstatus sebagai siswa Hogwarts.

Hampir lima menit ia menyusuri jalanan, Harry akhirnya bertemu dengan Hector di lokasi yang mereka janjikan. Di depan sebuah toko sepi yang menjual perkamen, pena bulu dan tinta.

Pria itu, seperti biasa, mengenakan jubah berwarna kuning kenarinya. Identitas Hufflepuff yang sepertinya akan selalu ia bawa ke mana pun dan sampai kapan pun.

Keduanya masuk ke dalam rengkuhan satu sama lain dalam waktu yang lumayan singkat.

"Bagaimana perjalananmu?" tanya Hector setelah tautan keduanya terlepas.

"Pengguna jaringan floo hari ini cukup padat ternyata. Aku tadi sempat menunggu giliranku hampir selama 15 menit ketika tiba di pos wilayah York," ujar Harry menceritakan perjalanannya.

Pria berjubah kuning kenari itu tersenyum tips sambil menghela nafas lega. "Sangat tidak biasa, ya. Tapi syukurlah, kamu sampai ke sini dengan selamat," ujar pria itu masih mempertahankan senyum kecilmya.

Sepasang zamrud milik Harry menyadari bahwa tangan kanan pria di depannya sedang menggenggam gagang sapu Comet Two Ninety. "Apa rencanamu hari ini dengan benda itu?" tanya Harry menunjuk ke arah sapu bergagang hitam kelam itu.

Hector mengangkat sedikit sapunya. "Oh, ini? Aku ingin mengajakmu ke suatu tempat," jawabnya.

Harry terlihat bingung. Ini pertama kalinya mereka bertemu, namun tidak menghabiskan waktu di Hogsmeade. Sebenarnya Harry sudah menyusuri setiap sudut desa penyihir itu, dan sejujurnya merasa bosan dengan aktivitas mingguan mereka.

"Memangnya mau kemana? Aku tidak bawa sapuku, nih," ujar Harry. Sempat terbesit di dalam kepalanya ide impulsif untuk membeli sebuah sapu di salah satu toko perlengkapan Quidditch yang ada di Hogsmeade.

"Hagrid memberitahuku tentang sebuah desa muggle yang ada di arah barat Hogwarts. Kata Hagrid, desa itu mengadakan festival musim dingin sepanjang akhir tahun. Perlu sekitar 20 menit berkendara sapu," jawab pria itu. "Aku berniat mengajakmu ke sana, sih. Dan untuk ke sana, tentu saja kita akan mengendarai sapu ini," lanjutnya sambil mengangkat sapu itu kembali ke udara.

Harry mengangguk singkat, kemudian kembali mengangkat suara, "Harusnya kamu kabari aku kemarin, sih. Jadinya aku bisa bawa sapu sendiri," ujarnya. "Atau, aku beli sapu baru saja, deh," lanjutnya.

Kedua alis pria berjubah kuning kenari itu saling bertaut, menunjukkan ekspresi bingung akan kalimat terakhir Harry. "Untuk apa beli sapu?"

"Ya, agar kita bisa pergi ke festival musim dingin," jawab Harry.

Pria itu mengangkat lagi sapu yang ada di genggamannya. "Untuk apa beli sapu baru? Kan sudah ada ini," ujarnya sambil mengayunkan sedikit Comet Two Ninety miliknya.

Alis Harry bertaut tanda ia bingung dengan kalimat yang diucapkan oleh Hector. "Maksudmu, di atas sapu yang sama? Memangnya bisa?" tanya Harry terdengar sedikit tidak yakin. Sebelumnya ia tidak pernah berboncengan menaiki sapu terbang.

"Tidak akan tahu kalau tidak dicoba, kan?" ujar pria bersurai cokelat itu kemudian mulai menunggangi sapunya. Ia memberikan isyarat kepada Harry untuk duduk di belakangnya.

"Maaf, Tuan Switch. Mengingat aku seorang seeker, sebaiknya aku saja yang mengendarai sapu dan duduk di depan, deh," ucap Harry dengan nada menyombong diselipkan dengan sedikit candaan.

"Terserah saja, sih. Asalkan naik sapu berdua dengan kamu," jawab pria itu kemudian menggeser posisinya menjadi agak ke belakang, menyisakan tempat agar Harry bisa duduk dan mengendarai sapu.

Pria berambut hitam itu berjalan mendekat ke arah Hector, kemudian duduk di atas sapu. Harry merasa penasaran apakah sapu ini dapat berfungsi ketika membawa beban dua orang sekaligus.

Nyatanya sapu itu masih bekerja dengan baik. Meskipun Comet Two Ninety tidak secepat Firebolt miliknya, namun ia merasa kecepatan sapu itu cukup sesuai untuk membawa dua orang sekaligus di atas satu sapu.

Momen di atas sapu itu membuat Harry teringat akan sesuatu. Momen di mana pada peperangan Hogwarts saat itu, ia sempat berbagi sapu dengan seseorang, tepatnya saat mereka sedang mencoba untuk kabur dari fiendfyre yang mengejar mereka.

'Damn, why?' Harry merutuki dirinya sendiri yang tiba-tiba teringat akan makhluk pirang dari masa lalunya itu.

Harry berusaha untuk menghirup udara dingin yang ada di sekitarnya agar dapat menetralisir kembali isi kepalanya. Beberapa hembusan nafas, akhirnya dia mulai merasa lebih baik.

Beberapa menit sudah berlalu sejak keduanya melawan gravitasi di atas sapu yang sama. Lucunya, Harry baru menyadari aktivitas mereka kali ini cukup memalukan. Beberapa orang yang berlalu-lalang di jalanan Hogsmeade menyadari pemandangan aneh di langit, dua orang penyihir yang terbang di atas satu sapu yang sama.

Dan hal ini membuat Harry merasa sedikit malu.

Namun, sepertinya pria di belakangnya punya pemikiran yang berbeda. Dapat Harry dengar tawa Hector yang duduk di belakangnya. Pria itu terdengar amat senang, seperti hal yang pernah Harry rasakan saat pertama kali dirinya mengedarai sapu.

Mendengar tawa pria bersurai coklat itu, rasa malu di diri Harry mulai luntur. Lagi pula, untuk apa memikirkan tanggapan orang lain? Yang harus ia pikirkan saat ini adalah bagaimana agar dapat mengendarai sapu dengan stabil sambil melawan arah angin yang membeku di awal bulan Desember.

'Berbeda dengan saat itu yang panas karena dikejar api bodoh, kali ini terasa sangat dingin,' benak Harry sambil berusaha untuk menyamankan dirinya di tengah udara yang dingin membeku.

Seakan mengerti bahwa Harry merasa kedinginan saat ini, Hector melingkarkan kedua tangannya di pinggang Harry. Tanpa perlu mendaraskan mantra penghangat di sekelilingnya, Harry mulai merasakan kehangatan dari rengkuhan pria di belakangnya.

.

tbc

.

oh, hi! i'm still alive, apparently~

The Day We PromisedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang